Momen Titik Balik Kehidupan

Kehidupan yang membentang sepanjang usia yang kita jalani, lakonnya sangat dinamis, antara baik dan buruk saling tarik menarik. Begitu dinamisnya lakon kehidupan ini, terkadang sulit bagi kita untuk menemukan pemenang dari dua kutub yang saling tarik menarik itu.

Kenisbian kita sebagai manusia sering kali menggeret kita untuk condong menikmati lakon yang buruk (baca: negatif) dengan berusaha untuk berdamai dengan hati dan keadaan, hingga berada pada zona nyaman dengan satu kalimat pegangan dan pembenaran “bahwa tidak dikatakan manusia kalau tidak memiliki kesalahan”.

Ketika kita sudah terperangkap pada gerbong negatif dan menikmatinya dengan zona nyaman, mulailah rasa di dalam diri memproduk ayat-ayat pembenaran yang membuat kita damai pada zona itu, yang pada akhirnya kemampuan rasional menjadi tumpul dan rasa yang ada menjadi rabun untuk dapat melihat lakon yang baik.

Kondisi seperti di atas tidak menutup kemungkinan akan terjadi pula pada diri kita, itulah sebagian dari kelemahan kita sebagai manusia. Akan tetapi Tuhan tidak menaruh titik lemah itu dalam keadaan berdiri sendiri, Dia menaruh satu kemampuan yang mendampingi kelemahan itu di dalam lubuk hati yang paling dalam, yang suatu saat akan berbisik tentang kedamaian dan berbisik pula tentang kebenaran sejati, dan akan melahirkan energi positif berupa titik balik kehidupan.

Titik balik kehidupan menjadi sebuah episode dalam fase kehidupan, yang akan dialami oleh seseorang, yang sudah terlampau jauh menikmati zona nyaman dari kondisi dan peristiwa yang membawanya pada keterpurukan, ketika itulah penyadaran yang mendalam tentang diri dan tentang keagungan moral akan terjadi.

Banyak kasus yang bisa kita telaah pada kisah yang menceritakan titik balik kehidupan. Seperti yang dialami oleh seorang pemikir yang sangat ekstrim-radikal. Begitu sampai pada titik kulminasi pemikiran radikalnya, dia menemukan titik balik dalam kehidupannya, dia menyadari bahwa dirinya telah jauh dari standar rasional pemikiran manusia dan moral etik ketuhanan, sehingga tiba-tiba ada tekanan perubahan yang mendorong kesadaran dari dalam dirinya, yang mengantarkannya menjadi orang yang paling beragama.

Baca Juga  Tidak Sadar Menjadi Orang Kalah

Seorang pecandu judi dan pemabuk yang melampaui batas, hingga sampai pada titik kulminasi dari kebiasaan judi dan mabuk, hingga melampaui ambang batas antara sadar dan lupa dengan dirinya sendiri. Dalam ketidaksadarannya itulah tiba-tiba menemukan titik balik kehidupan, yang membawanya berubah menjadi manusia paling taat dan paling baik akhlaknya.

Kasus di atas di kalangan sufi sering terjadi dan menjadi iktibar bagi kita, bahwa pada masing-masing diri telah Tuhan anugerahkan satu nuktah di dalam lubuk hati, untuk mengantarkan manusia menemukan titik balik dalam kehidupannya.

Untuk menemukan rahasia titik balik kehidupan, kita tidak harus melakoni lorong kehidupan dalam kasus di atas. Tuhan dan Rasul-Nya sebenarnya tidak menghendaki seorang hamba untuk harus melampaui batas terlebih dahulu dalam melakukan hal-hal yang menyimpang, baru memfungsikan potensi untuk melakukan titik balik kehidupan, akan tetapi Tuhan melalui Rasul saw ingin agar kita sebagai umatnya mengaktifkan potensi titik balik kehidupan itu setiap hari.

Man kana yaumuhu khairan min amsihi fahuwa rabihun, wa man kana yaumuhu mitsla amsihi fahuwa khasirun. Wa man kaan yaumuhu syarran min amsihi fahuwa halikun”. Siapa harinya lebih baik dari kemarin maka beruntung, siapa yang harinya sama dengan kemarin maka merugi, dan siapa yang harinya lebih buruk dari kemarin maka celaka.

Hadis di atas menghendaki agar kita dapat melakukan titik balik kehidupan setiap hari, dengan menjamin bahwa tiap hari yang kita lakoni dalam hidup kita, harus menjadi hari yang lebih baik dari hari sebelumnya.

Artinya, petuah Nabi saw di atas tidaklah muluk-muluk dalam mengajak kita untuk berorientasi menjadi orang baik, tidak menuntut kita untuk memperbaiki hari kita selama satu Minggu, atau satu bulan, apalagi satu tahun. Namun Nabi saw hanya ingin agar kita meng-update diri sehari saja. Dan apabila kita bisa melakukan perbaikan diri atau mengaktifkan titik balik kehidupan kita menjadi orang yang lebih baik sehari saja setiap hari, maka kita akan menjadi orang paling baik sepanjang usia kita.

Baca Juga  Terasa Sangat Singkat

Kemampuan kita memfungsikan potensi titik balik kehidupan setiap hari dalam hidup kita, akan semakin meruncingkan hasrat kesadaran untuk menjadi lebih baik, dan seluruh aktivitas yang kita jalankan dalam segala bentuk ruang dan waktu akan membuahkan poin-poin positif.

Itulah yang dibahasakan oleh Nabi saw dalam hadisnya, mengajak untuk konsisten dan komitmen dalam taqwa. “Ittaqillaha haitsuma kunta waat biissaital hasanata tamhuha wakhaliqinnas bikhulukin hasanin”. Bertakwalah kepada Allah di mana dan kapan saja kalian berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan yang akan menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.  

Berprilaku yang mencerminkan ketaqwaan di mana pun dan kapan pun adalah aktualisasi dari keharusan kita melakukan upaya titik balik kehidupan setiap hari, setiap waktu, dan setiap saat.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *