KH Miftachul Akhyar Terpilih Sebagai Rais Aam PBNU Masa Khidmat 2021-2026

Muktamar NU ke-34 yang dihelat di Lampung 22-23 Desember 2021 kini sudah memasuki hari kedua, setelah sehari sebelumnya dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Di hari kedua, dua agenda penting yakni pemilihan Rais Aam PBNU dan pemilihan Ketua Umum PBNU masa khidmat 2021-2026. Setelah sebelumnya dilakukan pemilihan anggota Ahwa (Ahlul Halli wal Aqdi) oleh muktamirin yang sempat menimbulkan riak kecil.

Kemudian anggota terpilih yang terdiri dari sembilan orang kiai sepuh yakni KH Ma’ruf Amin (Banten), KH Ahmad Mustofa Bisri (Jateng), KH Miftachul Ahyar (Jatim), KH TG Turmudzi Badruddin (NTB), KH Dimyati Rais (Jateng), KH Anwar Mansur (Jatim), KH Nurul Huda Jazuli (Jatim), KH Ali Akbar Marbun (Sumut), KH Zainal Abidin (Sulteng).

Sembilan anggota Ahwa kemudian bermusyawarah yang dipimpin oleh KH Ma’ruf Amin.

“Tidak ada yang bersedia memimpin musyawarah, ditunjuk KH Mustofa Bisri, tidak bersedia, masih ada yang lebih sepuh yang harus didengarkan pendapatnya”, jelas KH Zainal Abidin saat membacakan keputusan anggota Ahwa, Rabu malam.

Selama musyawarah berlangsung, tidak ada silang pendapat antara anggota Ahwa. Semuanya saling menjaga adab dan sopan santun.

“Sampai tidak ada yang berani mengeluarkan pendapat. Ketika saya ditunjuk, masih ada yang lebih senior daripada saya, itulah ciri Jam’iyyah kita Nahdlatul Ulama. Ciri ketawadukkan ulama sepuh untuk diteladani”, lanjutnya saat membacakan hasil musyawarah anggita Ahwa di hadapan muktamirin.

Hasil musyawarah anggota AHWA tersebut menunjuk KH Miftachul Ahyar sebagai Rais Aam PBNU masa khidmat 2021-2026, dan semua anggota Ahwa menyetujui hasil tersebut.

“Kami akhirnya menunjuk KH Miftachul Akhyar untuk menjadi Rais Aam PBNU masa khidmat 2021-2026, dan semua anggota AHWA menyetujui, ketika ditanya kepada yang bersangkutan, beliau mejawab sami’na wa ato’na” Jelas kiai karismatik asal Sulawesi Tengah ini.

Baca Juga  Persembahan untuk Bunda, Santri TAAT Tunjukkan Beragam Kreativitas

Namun, ada beberapa masukkan yang dihasilkan dari musyawarah anggota Ahwa tersebut, yakni yang menjadi Rais Aam PBNU tidak boleh merangkap jabatan di ormas lain kemudian Rais Aam terpilih harus menerima semua calon ketua umum tanfidziyah tanpa terkecuali, selama memenuhi syarat.

“Dan dengan tegas KH Miftahul Akhyar menjawab, sami’na wa ato’na” tutup KH Zainal Abidin yang juga anggota Ahwa termuda ini.

Pembacaan keputusan musyawarah Ahwa ditutup dengan doa yang dipimpin oleh rais aam terpilih KH Miftachul Akhyar.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *