Generasi Baru, Musik, dan Politik

Musik ialah ekspresi politik. Musik adalah cerminan realitas sosial. Musik salah satu suara yang menyatukan kepentingan. Itulah memang realitas budaya populer kita di era kontemporer ini. Suara-suara dari kerasnya dentuman drum atau dari lirik yang menggelorakan semangat perlawanan pada kekuasaan. Sebut saja, lagu-lagu dangdut yang dibawa oleh Rhoma Irama yang sifatnya politik, dakwah, atau romansa. Lagu-lagu Iwan Fals yang sarat kritik pada pemerintah dan solidaritas sesama rakyat.

Nada dan lirik seolah menyatu dalam semangat kebersamaan. Kekuasaan yang otoriter juga tidak terlalu bagus untuk jalannya roda kehidupan masyarakat. Juga, untuk tumbuhnya generasi baru yang berharap kehidupan ke depan lebih baik. Selera musik hadir sebagai pemersatu kepentingan dan penyemangat perjuangan dalam politik.

Transisi, Musik, dan Pemilih Muda

Berganti generasi, gaya berpolitik dan proses mobilisasi massa juga berubah. Pun, dalam Pilkada Kota Bima 2024 lalu. Mobilisasi pemuda yang masif dalam proses politik juga menghadirkan suasana lain dalam memobilisasi dukungan. Salah satu yang paling berkesan ialah penggunaan musik disk jockey (dj) dalam kampanye Pilkada Kota Bima 2024.

Dalam kampanye-kampanye yang dilakukan oleh setiap kontestan, hiburan musik dj ini yang ditunggu-tunggu oleh kalangan muda. Anak muda dari berbagai kampung dengan suka cita dan teman-teman sebaya datang ke acara kampanye paslon salah satunya hanya untuk menyaksikan konser musik dj yang dihadirkan oleh kandidat yang berkampanye.

Di sisi lain, musik pop dan dangdut juga meramaikan kegiatan-kegiatan kampanye. Ini merupakan tanda bahwa sedang terjadi transisi dalam dunia musik dan politik di Bima. Hal itu terjadi karena selera musik kaum muda yang berubah juga dan kandidat menjawab itu dengan menghadirkan artis-artis dj.

Hal ini bisa dilihat dari kampanye akbar yang dilakukan oleh pasangan A. Rahman H. Abidin-Feri Sofiyan di Lapangan Serasuba, Kota Bima 21 November 2024 lalu. Tim A. Rahman H. Abidin-Feri Sofiyan menghadirkan Dj Alif, Dj Younk, Big Jhon (reggae), dan penyanyi pop dan dangdut di antaranya Ihsan Rachateza, Rakawara Band, Ika Bima, Eka Bima, Alboa DA 3. Sedangkan kampanye akbar yang dilakukan oleh pasangan Mohammad Rum-Mutmainnah Haris, pasangan dengan tagline “Kota Bima Baru” ini menghadirkan Dj Vin. Sedangkan penyanyi lainnya turut hadir juga Ayu Sukasari, Fauzi BM, Aan Bima, Fyan & Friends. Pasangan yang ketiga Syafriansar-Syamsuddin memilih untuk tidak melakukan kampanye akbar.

Baca Juga  Seberapa Besar Pengaruh Selat Hormuz terhadap Perekonomian Dunia

Dengan bentuk komposisi penyanyi seperti ini untuk menghibur masyarakat dalam kampanye akbar ini, masuknya musik dj sebagai salah satu musik yang khas kaum muda merupakan bentuk akomodasi kandidat untuk menarik simpati pemilih muda. Di banding, kampanye-kampanye sebelumnya, di arena-arena politik Bima yang hanya diisi oleh musik pop atau dangdut.

Pemilih muda yang kian bertambah, membuat gerbong politik juga berubah. Politik juga harus disesuaikan dengan selera anak muda. Variasi musik, artis yang naik daun, dan tawaran musik yang bisa membawa suasana kegembiraan dengan teman-teman sebaya menjadi tolok ukur kaum muda untuk hadir memeriahkan kampanye akbar pada Pilkada Kota Bima 2024, selain faktor fragmentasi dan orientasi politik sejak awal.

Dialog dan Musik: Siapa Menang?

Gaya kampanye yang dilakukan oleh pasangan kontestan pada Pilkada Kota Bima 2024 kemarin mengambil dua ceruk yang berbeda. Pada konsolidasi pemuda yang diadakan oleh Garda Muda (pendukung muda A. Rahman H. Abidin-Feri Sofiyan) yang dilaksanakan di Lapangan Depan Puskesmas Mpunda pada 10 November 2024 lalu, mereka mengundang Big Jhon sebagai bintang tamu.

Pada kegiatan itu, A. Rahman H. Abidin dan Feri Sofiyan tampak hadir dan menyampaikan pidato politiknya di depan ribuan anak muda Kota Bima. Acara ini tampak meriah dan di akhir kegiatan pesta kembang api semakin membuat acara ini menarik perhatian publik. Selain itu, dengan “1 Tekad, 1 Tujuan, yakni Tenang, Senang, Menang” untuk kemenangan A. Rahman H. Abidin-Feri Sofiyan (Garda Asakota, 11/11/2024).

Lain halnya dengan pasangan Mohammad Rum-Mutmainnah Haris dalam kegiatan Konsolidasi Akbar Pemuda AMANAH yang dihelat di Lapangan Volly Rabangodu Selatan, Kota Bima melakukan talkshow dengan meniru gaya acara “Desak Anies”. Walau diselingi dengan penampilan beatbox, nyanyi, dan dance dari beberapa penampilan dari anak muda yang hadir.

Baca Juga  Tepuk Sakinah: Refleksi Kesetaraan Gender dan Esensi Keluarga Sakinah

Penulis yang hadir langsung dalam kegiatan tersebut menyaksikan bahwa gaya kampanye dialog yang dilakukan belum efektif untuk menggaet perhatian massa. Dalam dialog yang dilakukan keduanya, dan dipandu seorang moderator perempuan, menjelaskan tentang visi misi dan program kerja yang mereka buat untuk kaum muda. Yang menjadi catatan ialah, Ketika dialog berlangsung, peserta tidak terlalu antusias dalam mendengarkan. Di tambah, kemampuan retorika dari Mutmainnah Haris tidak terlalu menonjol.

Hal inilah yang harus menjadi catatan dalam kegiatan kampanye kandidat dalam Pilkada Kota Bima ke depan. Bahwa kaum muda ke depan akan semakin menjadi perhatian kandidat dalam mendulang suara dalam Pilkada. Namun, kaum muda juga harus memiliki bargaining politik yang memadai. Sebab, kepentingan dan aspirasi kaum muda juga penting untuk diperjuangkan dalam mengambil kebijakan. Dan ide-ide pembaruan dan kebijakan yang adil tidak boleh disepelekan.[]

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *