Perkembangan dampak globalisasi adalah munculnya tata krama dalam menggeser karakter anak. Oleh karena itu, prinsip atau falsafah Maja Labo Dahu diperlukan untuk menjadi instrumen pembinaan moral untuk membangun karakter anak. Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam mendidik anak. Karena orang tualah yang pertama kali dikenal oleh anak di lingkungan keluarganya, kemudian dilanjutkan oleh lembaga formal dan lembaga nonformal.
Peran orang tua dalam menerapkan nilai kearifan lokal maja labo dahu mengingat ungkapan maja labo dahu memiliki makna yang sangat luas sekali. Selain memiliki makna yang sangat luas, ungkapan maja labo dahu tersebut juga mengatur hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan tuhan dan hubungan manusia dengan lingkungan sosial.
Berdasarkan hasil penelitian (Umar, Hendra, & Yussof, M. H. B. (2019) dalam Jurnal Iqra’: Kajian Ilmu Pendidikan, Vol:4(2) hal 182-201, yang berjudul Building Children’s Character: Ethnographic Study of Maja Labo Dahu Culture at Bima Community, menunjukkan bahwa aspek keteladanan dari orang tua, guru dan tokoh elit sebagai kunci pembentukan karakter anak. Karena Perubahan zaman, masuknya budaya asing, kemajuan teknologi, lingkungan sekitar, ketidak pedulian anak yang menjadi hambatan dalam pewarisan dan pengimplementasian nilai kearifan lokal maja labo dahu dalam kehidupan sehari harinya. (Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan, Brunei Darussalam, 2020).
Hasil penelitian diatas dikonfirmasi oleh Rahmi Rahmi, Yayu Rahmawati, dan SARI, (2020) yang menunjukkan bahwa, peran orang tua atau ayah dan ibu sama-sama memberikan teladan yang baik dan mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal Bima kepada anaknya. Selanjutnya pewarisan nilai kearifan lokal tersebut diajarkan melalui media-media internet serta memberikan nasihat-nasihat secara langsung yang dilakukan secara informal seperti saat ngobrol bersama di ruang TV atau saat selesai sholat berjamaah.
Saat orang tua telah meneladani serta menasihati namun mereka tidak mengimplementasikan dengan perbuatan sehari-harinya, maka orang tua atau lebih tepatnya ayah akan menegurnya dengan cara yang lembut hingga keras. Cara orang tua mewariskan nilai-nilai kearifan lokal melalui keteladanan, kebisaan, nasehat, dan memberikan contoh keteladan yang sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal: maja labo dahu, nggahi rawi pahu, dan katada rawi ma tedi, katedi rawi ma mada. Tujuannya agar anak-anak mereka mengetahui dan meneladani nilai-nilai kearifan lokal tersebut.
Proses Pewarisan Nilai
Berdasarkan hasil penelitian (Nurhayati, N. (2016) menunjukkan bahwa peran orang tua dalam menerapkan nilai maja labo dahu pada anak sangatlah penting mengingat orang tua yang paling dekat dengan anak-anak sejak dini. Adapun bentuk peran orang tua dalam menerapkan nilai maja labo dahu terhadap anak-anaknya adalah ketika orang tua mengajarkan anak-anak agar melakukan perbuatan baik seperti halnya menyuruhnya sholat, mengaji, menghargai orang lain, disiplin, menghormati orang tua, dll.
Serta merasa malu dan takut jika melakukan suatu perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama. Hingga dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Apapun yang dilakukan oleh manusia selalu dilihat oleh Allah swt. Oleh sebab itu nilai maja labo dahu merupakan alat pengotrol dalam bertindak bagi masyarakat Bima.
Peran orang tua, pendidik, tokoh agama, dan tokoh masyarakat secara kolaboratif merupakan strategi komunikasi yang dianggap efektif oleh masyarakat Bima dalam mentransfer nilai kearifan lokal Mbojo pada anak usia dini. Para transformator kearifan lokal Mbojo tersebut menggunakan strategi komunikasi langsung dan tidak langsung saat menanamkan nilai kearifan lokal Mbojo.
Komunikasi langsung lebih banyak dilakukan oleh orang tua dan pendidik, sementara komunikasi tidak langsung dilakukan oleh keempat transformator lewat keteladanan dalam aktivitas sosial keseharian mereka. Menjadikan anak usia dini sebagai sasaran transformasi kearifan lokal Mbojo yang diintegrasikan dengan pendidikan karakter merupakan langkah yang tepat dan konstruktif untuk membangun generasi Mbojo masa depan yang berkepribadian mulia sesuai dengan ajaran Islam dan budaya Mbojo. (Kadri a,1, Universitas Islam Negeri Mataram, 2020).
Dengan demikian bahwa, setiap manusia penting untuk menyadari perubahan zaman yang diserati pesatnya teknologi informasi dan ilmu pengetahuan sehingga berdampak terhadap pemikiran dan perbuatan dalam segala aspek kehidupan. Selain perubahan zaman yang begitu cepat dan kompleks, maka secara naluriah manusia mudah menerima sesuatu hal yang baru dan mudah melepaskan nilai-nilai yang lama (tradisional dan konvesional) sehingga dalam menghadapi sesuatu yang manusia mengalami ketidakpastian, tidak adanya standar/degrasi moral, bahkan kehilangan nilai, karakter dan falsafah hidup yang menjadi kompas dan petunjuk dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Karena itu, dalam kondisi ketidakpastian dan kehilangan nilai itulah, maka akan berdampak pewarisan internalisasi nilai kearifan lokal falsafah maja labo dahu terhadap anak remaja dan generasi muda dalam bermaysrakat.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter anak pada keluarga etnis Bima yaitu faktor kebiasaan dan faktor lingkungan sosial. Di antara kedua faktor ini saling mempengaruhi terhadap pembentukan karakter anak. Serta memiliki peran masing-masing dalam pembentukan karakter anak- anak.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kebiasaan anak dalam melakukakan perbuatan yang baik maupun jelak akan berdampak pada karakternya begitu pula dengan lingkungan sosial merupakan lingkungan dimana anak-anak melakukan segala aktivitasnya sehari-hari. Sehingga anak mendapatkan pendidikan yang berupa nilai agama serta nilai budayanya. Cara agar mudah mewariskan nilai kearifan lokal maja labo dahu adalah dengan faktor kebiasaan/keteladan dari peran orang tua, agar terbiasa mmebudaya dalam kehidupan sosial masyarakat. Selain itu, dengan cara komunikasi langsung lebih banyak dilakukan oleh orang tua dan pendidik, sementara komunikasi tidak langsung dilakukan oleh keempat transformator lewat keteladanan dalam aktivitas sosial keseharian mereka.
Sumber Referensi:
1. Building Children’s Character: Ethnographic Study of Maja Labo Dahu Culture at Bima Community. Jurnal Iqra’: Kajian Ilmu Pendidikan, 4(2), 182-201. Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan, Brunei Darussalam, (2020). Umar, U., Hendra, H., & Yussof, M. H. B. (2019).2. PROSES KOMUNIKASI PEWARISAN NILAI KEARIFAN LOKAL MELALUI KOMUNIKASI KETELADANAN DALAM MASYARAKAT PERKOTAAN DI KOTA BIMA, Rahmi Rahmi, Yayu Rahmawati, SARI, (2020).
3. Strategi Komunikasi Masyarakat Bima dalam Mentransfer Nilai Kearifan Lokal Mbojo pada Anak Usia Dini Kadri, Universitas Islam Negeri Mataram, (2020).
4. Urgensi Nilai Kearifan Lokal Maja Labo Dahu dalam Pembentukan Karakter Anak pada Keluarga Etnis Bima di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar (Pendekatan Sosiologi) (Doctoral dissertation, u), Nurhayati, N. (2016).
Ilustrasi: UGM.ac.id
Mahasiswa Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang {UMM) dan Pegiat Rumah Baca Cerdas (RBC) A. Malik Fadjar Malang.