Be-rajah dan Be-guru: Epistem Afeksi Masyarakat Sasak-Lombok

SEBAGAIMANA dijelaskan pada edisi sebelumnya, bahwa be-rajah dalam persepsi masyarakat Sasak adalah sebangun-seirama dengan model pembelajaran modern peer to peer (Frank Emmerich, Peer Teaching, 1973), atau belajar antar teman sebaya (Benjamin Bloom, The 2 Sigma Problem: The Search for Methods of Group Instruction as Effective as One-to-One Tutoring, 1984), yang tidak mengharuskan kehadiran seorang guru atau mentor. Adapun belajar pada seorang ahli, mentor, atau guru, oleh masyarakat Sasak mengistilahkannya dengan terma be-guru.

Dalam tradisi be-rajah ini, para pelajar Sasak lebih bebas dan leluasa untuk berekspresi dan bereksperimen. Be-rajah oleh masyarakat Sasak selain sebagai sebuah wahana dan proses pembelajaran, juga mengandung makna dan tujuan lain. Bagi yang sudah saling kenal sebelumnya, be-rajah akan menjadi sarana dan lembaga yang akan mempererat hubungan di antara mereka.

Adapun bagi yang belum saling mengenal satu sama lain, be-rajah selain sebagai wahana pembelajaran, juga menjadi ajang untuk menemukan teman dan kolega baru. Kendati demikian karena pembelajaran menjadi kemasannya, aktivitas, dan konsiderasi lain yang ditimbulkannya tidak mendistorsi tujuan awalnya yaitu belajar.

Dari itu be-rajah tidak mensyaratkan hadirnya seorang guru, mentor, dan pembimbing. Be-rajah lebih mengarah pada pendalaman dan pematangan materi yang sudah diperoleh sebelumnya, atau saling tukar pengalaman dan pengetahuan antar sesama atau homogen secara sosial dan tingkat pengetahuan.

Memperhatikan makna dan karakteristiknya, be-rajah hampir tidak memiliki tempat khusus yang permanen dan statis. Namun sering kali berpindah-pindah dengan tujuan mendapatkan suasana baru, dan memperluas hubungan dan memantapkan relasi.

Merujuk pada konsep pendidikan modern, be-rajah lebih mendekati makna pengayaan dan pemantapan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, baik melalui sekolah formal ataupun non formal dengan tidak menuntut hadirnya seorang guru atau mentor.  Di mana, peserta yang lain yang lebih berbakat akan membantu yang lainnya, untuk memperoleh pemahaman yang sama.

Peserta yang lebih berbakat berkesempatan untuk bereksperimen dan menambah pengamalam baru untuk mengajarkan teman sebayanya, yang sekaligus memantapkan pemahaman mereka. Terkait materi dalam be-rajah, tidak sistematis, dan spesifik, namun bebas sesuai dengan kecenderungan dan keinginan kolektif pada saat aktivitas be-rajah tersebut terselenggara.

Lain halnya dengan be-guru, dalam terminologi Sasak, be-guru juga termasuk proses belajar, akan tetapi mengharuskan hadirnya seorang guru, mentor, mursyid, atau apa pun istilah sejenis yang dilekatkan dengan pengajar. Karenanya, lokasinya biasanya lebih bersifat stabil, permanen di suatu tempat, atau di rumah seorang guru.

Baca juga: Be-rajah, Be-waran, dan Be-paosan: Tiga Jenjang Pola Pendidikan Sasak Pembentuk Kepribadian

Baca Juga  Pinje-Panje, Sesenggaq, dan Lelakaq: Tiga Pilar Paradigma Edukatif Suku Sasak

Konsep be-rajah dan be-guru ini relevan dengan konsep pengayaan dalam pembelajaran yaitu suatu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan memberikan materi atau aktivitas yang lebih kompleks, menantang, dan berbeda dari yang biasanya diberikan dalam kelas. Beberapa tokoh yang menjelaskan konsep pengayaan dalam pembelajaran seperti:

Pertama, Renzulli, J.S. (1977), The Enrichment Triad Model: A Guide for Developing Defensible Programs for the Gifted and Talented, Renzulli Press, menjelaskan tentang model pengayaan yang terdiri dari tiga komponen yaitu: pengayaan di dalam kelas, pengayaan di luar kelas, dan pengayaan individual.

Kedua, Maker, C.J. (1996), Teaching Models in Education of the Gifted, Lahaska Press, membahas tentang berbagai model pembelajaran untuk anak berbakat, termasuk strategi pengayaan.

Ketiga, VanTassel-Baska, J. (2003), Comprehensive Curriculum for Gifted Learners, Prufrock Press, membahas tentang strategi pengayaan dalam pembelajaran dan memberikan contoh-contoh aktivitas pengayaan yang dapat diberikan pada siswa berbakat.

Keempat, Kaplan, S.N. (2019), Depth and Complexity Icons for Enhancing Instruction: A Handbook for Teachers, Corwin, yang memberikan konsep icon “depth and complexity” sebagai strategi pengayaan dalam pembelajaran. Icon ini dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman siswa pada suatu topik dan membantu siswa untuk berpikir kritis.

Kelima, Silverman, L.K. (2013), Upside-Down Brilliance: The Visual-Spatial Learner, DeLeon Publishing. Yang memberikan strategi pengayaan dalam pembelajaran yang dapat membantu siswa visual-spatial untuk lebih memahami dan belajar dengan lebih baik.


Jika be-rajah, adalah proses belajar yang bebas (non tematis), maka be-guru merupakan proses belajar yang sangat spesifik seperti: be-guru ngaji, be-guru silat, be-guru senggeger (ilmu pelet atau mahabbah), be-guru memaling (tata-cara mencuri), dan bahkan be-guru selak (ilmu leak) dan lain sebagainya.

Mungkin terlihat janggal dan aneh, jika ilmu mencuri, ilmu leak, dan bahkan ilmu sihir juga termasuk dalam term be-guru. Untuk dimaklumi, bahwa dalam pandangan sebagian besar masyarakat Sasak-Lombok, semua ilmu itu pada hakikatnya adalah baik dan bagus.

Adapun kenapa ilmu itu terkesan tidak bagus, bahkan diklaim ilmu hitam, menurut masyarakat Sasak, sebenarnya yang hitam adalah yang menggunakannya. Jadi semua ilmu itu awalnya adalah baik, tergantung siapa dan untuk apa digunakan. Ilmu itu seumpama sebuah alat transportasi yang akan mempermudah dan mempercepat untuk mencapai tujuan.

Arah dan tujuan tersebut tergantung yang mengendarainya, apakah menuju ke lokasi yang baik atau ke tempat yang kurang baik dan merugikan. Jadi bagi orang Sasak, baik dan buruknya suatu ilmu tergantung yang menggunakan dan tujuan penggunaannya.

Baca Juga  Lombo' Mirah Sasak Adhi

Seperti contoh be-guru ilmu senggeger (pelet atau mahabbah), jika mempelajarinya untuk menuai badai kekecewaan banyak orang, maka itu salah dan keliru, namun jika digunakan untuk mempererat ikatan dan keharmonisan yang sudah ada, akan baik dan sangat menguntungkan.

Baca juga: Lelakaq: Kebijakan Metodis Pendidikan Sasak

Demikian pula halnya dengan be-guru ilmu memaling (mencuri), atau be-guru ilmu seher (sihir), jika mempelajarinya untuk menjadi pencuri dan menyihir orang, sudah jelas salah dan keliru, namun jika mempelajarinya untuk tujuan menghindari pencurian, dan menghindari sihir setelah mengetahuinya, maka akan sangat bagus bermanafaat.

Jadi dengan demikian baik dalam tradisi be-rajah maupun be-guru, secara materi  pembelajaran, adalah bebas nilai. Adapun dalam praktiknya secara adab kesopanan, perilaku, dan tindak-tanduk tetap tejaga. Jelas, be-rajah berbeda dengan be-guru.

Dalam be-rajah karena beranggotakan teman sebaya, sopan santun dan sapaan sebagaimana antar teman sebaya, yang berbeda dengan be-guru, karena menghadirkan seorang guru, dibutuhkan sikap tindih (sikap merendah pada orang yang lebih baik usia maupun ilmu), taat, dan berbakti terhadap seorang guru. Kecerdasan metode pendidikan masyarakat Sasak-Lombok pada aspek psikis jelas tercemin dalam satu tradisi belajar dengan dua kondisi dan keadaan yang berbeda.

Melalui tradisi ini, jelas terlihat kematangan emosional masyarakat Sasak-Lombok. Melalui dua tradisi ini secara tidak langsung generasi penerus Sasak-Lombok, diberitahukan, ditunjukkan, dan diajarkan dengan cara mempraktikkan langsung tata-cara perbedaan bersikap terhadap teman sebaya dan seorang guru.

Mengakhiri narasi tentang be-rajah dan be-guru ini, dalam perspektif pendidikan agama Islam, penulis menutupnya dengan hadis Nabi Muhammad saw dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:

Maksudku, sesungguhnya orang yang mengumpulkan ilmu adalah seperti pohon yang berbuah, buahnya diberikan kepada siapa saja yang menginginkannya. Sesungguhnya Allah swt mencintai orang yang berusaha dalam rangka memperoleh ilmu, dan mencintai orang yang berusaha dalam rangka mengajar ilmu, dan mencintai orang yang mempergunakan ilmunya dengan baik.” (HR. Ibnu Majah)[]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *