Amina Wadud adalah seorang akademisi, aktivis, dan feminis Muslim kelahiran 25 September 1952 di Bethesda, Maryland, Amerika Serikat. Ia dibesarkan dalam keluarga muslim yang taat dan memeluk Islam sejak kecil. Wadud menempuh pendidikan tinggi di Universitas Pennsylvania, di mana ia meraih gelar sarjana dalam bidang Studi Islam dan Bahasa Arab.
Ia kemudian melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Michigan, memperoleh gelar master dan doktor dalam Studi Islam dengan fokus pada tafsir Al-Qur’an. Selama karir akademisnya, Wadud mengajar di berbagai universitas, termasuk International Islamic University Malaysia (IIUM) dan Virginia Commonwealth University.
Namun, ia lebih dikenal karena perannya sebagai tokoh yang memperjuangkan kesetaraan gender dalam Islam, terutama melalui pemikiran dan aksinya yang kontroversial, seperti menjadi imam shalat Jumat bagi jamaah campuran (laki-laki dan perempuan) pada tahun 2005.
Pemikiran dan Kontribusi terhadap Kesetaraan Gender dan HAM
Amina Wadud adalah salah satu pelopor feminisme Islam yang menantang penafsiran tradisional terhadap teks-teks keagamaan. Ia berargumen bahwa ketidaksetaraan gender dalam masyarakat Muslim bukanlah ajaran Islam yang sejati, melainkan hasil dari interpretasi patriarkal yang dominan.
Karya utamanya, Qur’an and Woman: Rereading the Sacred Text from a Woman’s Perspective (1992), menjadi landasan penting dalam gerakan feminis Muslim. Dalam buku ini, Wadud menawarkan metode tafsir yang inklusif, menekankan bahwa Al-Qur’an sebenarnya mendukung kesetaraan gender jika dibaca secara kontekstual dan tanpa bias patriarkal.
Ia juga menolak pandangan bahwa peran perempuan dalam Islam hanya terbatas pada ranah domestik. Selain pemikirannya, aksi nyata ia memahami Wadud sebagai imam shalat Jumat pada 2005 di New York menuai kontroversi sekaligus pujian. Langkah ini dianggap sebagai upaya mendobrak tradisi yang selama ini hanya mengizinkan laki-laki menjadi imam. Bagi Wadud, tindakan ini adalah bentuk penegakan hak asasi manusia (HAM) dan kesetaraan dalam beribadah.
Konteks Sosio-Politik-Kultural Pemikiran Amina Wadud
Pemikiran dan aksi Amina Wadud muncul dalam konteks masyarakat Muslim yang sedang bergulat dengan isu gender dan modernitas. Di banyak negara Muslim, penafsiran agama masih didominasi oleh ulama laki-laki yang cenderung mempertahankan struktur patriarkal. Ia memahami hadir sebagai suara alternatif yang menawarkan pembacaan ulang terhadap teks suci dengan perspektif feminis.

Latar belakangnya sebagai Muslimah Afrika-Amerika juga memengaruhi pandangannya. Sebagai minoritas di AS, ia memahami betapa pentingnya memperjuangkan keadilan dan inklusivitas, tidak hanya dalam konteks gender tetapi juga ras dan kelas. Gerakannya mendapat ia memahami dukungan dari kalangan feminis Muslim global namun juga menghadapi kritik tajam dari kelompok konservatif yang menganggapnya melanggar norma agama.
Dampak dan Warisan Pemikiran Wadud
Meskipun kontroversial, pemikiran dan aksi Amina Wadud telah memberikan dampak signifikan: Pertama, inspirasi bagi feminis muslim muda. Banyak akademisi dan aktivis perempuan Muslim kini mengadopsi pendekatan Wadud dalam membaca teks agama.
Kedua, perluasan diskusi tentang kepemimpinan perempuan: Shalat Jumat yang dipimpinnya pada 2005 membuka pintu bagi diskusi tentang kemungkinan perempuan menjadi imam dalam kondisi tertentu. Ketiga, kritik terhadap otoritas keagamaan tradisional: Wadud menunjukkan bahwa otoritas keagamaan tidak harus dimonopoli oleh laki-laki, melainkan bisa diperjuangkan melalui pengetahuan dan kesadaran kritis.
Amina Wadud adalah salah satu tokoh penting dalam gerakan kesetaraan gender dan HAM dalam Islam. Melalui pemikiran dan aksinya, ia mendorong reinterpretasi teks keagamaan yang lebih adil bagi perempuan. Meskipun menghadapi resistensi, kontribusinya ia memahami telah membuka ruang diskusi tentang feminisme Islam dan hak-hak perempuan dalam tradisi keagamaan. Perjuangannya menunjukkan bahwa Islam dan kesetaraan gender bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan dapat ia memahami berjalan beriringan dengan pemahaman yang lebih inklusif.
Bahan Bacaan:
Wadud, Amina. Qur’an and Woman: Rereading the Sacred Text from a Woman’s Perspective. Oxford University Press, 1999.
Badran, Margot. Feminism in Islam: Secular and Religious Convergences. Oneworld Publications, 2009.
Barlas, Asma. “Believing Women” in Islam: Unreading Patriarchal Interpretations of the Qur’an. University of Texas Press, 2002.
Hammer, Juliane. American Muslim Women, Religious Authority, and Activism: More Than a Prayer. University of Texas Press, 2012.A,AA

Mahasiswa Pascasarjana UIN Mataram