Jika ada yang paling dibanggakan seorang ayah, maka itu adalah anak-anak yang berhasil. Sebagai bapak negeri, Anwar Usman punya komitmen untuk melahirkan anak-anak dengan kapasitas yang mumpuni melalui literasi. Khususnya untuk anak-anak Bima, kampung kelahirannya.
Maka ketika diminta memberikan tausiah tentang literasi konstitusi, Anwar mengatakan; “Sendi bernegara itu adalah konstitusi. Pun sebagai umat yang taat, maka tunduk pada konstitusi adalah cerminanya”
Literasi sendiri tercantum dalam al-Quran. Allah memerintahkan nabi untuk membaca. Iqra.
“Tidak saja membaca secara harfiah, tetapi juga memahami isinya, mengamalkan ajarannya”.
Lelaki sederhana dan humoris yang dulu dimasa mahasiswa pernah menjadi pemain film Perempuan dalam Pasungan bersama Nungki Kusumastuti, Frans Tumbuan dan Rini S. Bono besutan sutradara ternama Ismail Soebarjo tahun 1980 ini paham betul bagaimana menerjemahkan literasi dalam sikap keseharian. Terutama literasi keagamaan, Al Quran dan Hadist, dan literasi konstitusi sebagai bagian dari nadi hidupnya.
Bagi lelaki yang memulai karier sebagai seorang guru honorer pada 1975. Sukses meraih gelar Sarjana Hukum pada 1984, dan diangkat menjadi Calon Hakim Pengadilan Negeri Bogor pada 1985 ini, membaca, memahami, mengamalkan adalah rangkaian tak terputus dari gerak literasi.
Ketika menyinggung mengenai nilai “Maja labo Dahu” dan “Nggahi Rawi Pahu” dalam menumbuhkan dan membangun karakter anak pada konteks lokal, ayah dari Kurniati Anwar, Khairil Anwar, dan Sheila Anwar ini, menyebutkan bahwa sejatinya karakter Nggahi Rawi Pahu diawali dengan niat. Dari situ tumbuh komitmen untuk menerjemahkan dalam kehidupan.
“Saya ingin menyambung soal Nggahi Rawi Pahu,”ucapnya pada redaksi Alamtara.co usai menjadi narasumber dalam acara Literasi Konstitusi yang diselenggarakan Alamtara Institute dan Lembaga Pengembangan Wilayah (LPW)-NTB.
“…segala sesuatu keberkahannya diawali dengan niat. Dalam berbuat jangan niatkan untuk mencari keuntungan. Niatkan untuk mendapatkan keberkahan dari Allah. Berbuat untuk kebaikan banyak orang, maka rejeki akan mengalir.”
Saat ini Dr. Anwar Usman, SH., MH. adalah Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) dua periode.
“Saya mendapat keberkahan dari keluarnya aturan baru mengenai batas usia pensiun seorang hakim MK. Sampai usia 70 tahun. Jadi insha Allah yang terpenting niatnya (untuk kebaikan). Insha Allah rejeki akan terus mengalir”.
Lahir dan dibesarkan di Bolo Kabupaten Bima, Anwar memulai menata masa depannya dengan mengepakan sayap mencari ilmu dengan ‘merantau’ ke Kota Bima. Setelah lulus dari SDN 03 Sila, Bima pada 1969, Anwar harus meninggalkan desa dan orang tuanya untuk melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Bima selama 6 tahun hingga 1975.
“Apa yang kita dapat hari ini adalah hasil perjuangan, kerja keras dan ridho Allah yang Maha Pemberi rejeki”.
“Kami dulu jalan kaki sampai Nggembe, lalu Bajo, baru nyebrang dengan perahu untuk sampai dan bersekolah di Bima. Perjuangan yang luar biasa.”
Maka motivasi dan pencapaian anak-anak sekarang juga harus lebih kuat dan lebih tinggi. Karena ada kemudahan memperoleh ilmu saat ini.
Rasulullah pernah bersabda; tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina. “Jadi jauh sejak zaman dulu, Nabi sudah tahu bahwa Cina akan menguasai ilmu pengetahuan,”
Perintah iqro dalam al-Quran (al-Alaq, ayat 1-19) dan menuntut ilmu hingga jauh ke Cina dalam hadist adalah sumber semangat bagi gerakan literasi.
Pengetahuan adalah kunci, literasi adalah pintunya. (RR)
Penulis buku Gurun Tak Bernama, mantan wartawan, dan alumni Erasmus University Rotterdam.