SELIMUT menjadi satu kata atau kalimat yang dipilih Tuhan dalam firmanNya sebagai penanda bagi sesuatu yang harus dirahasiakan, tentang satu sikap dan kepribadian yang ragu, dan tentang satu kebiasaan malas dan takut.
Berselimut yang digunakan al-qur’an untuk memanggil dan menyentuh hati Muhammad SAW di awal kenabiannya, sesungguhnya bukan semata-mata dialamatkan kepada pribadi Muhammad, yang pada saat itu masih dalam ketakutan dan keraguan untuk menyebarkan syiar agama. Sikap ragu dan takut itulah yang sebenarnya disindir oleh Tuhan yang menjadi musuh yang berselimut, yang harus dipanggil dengan sebutan “orang berselimut”, agar Muhammad bangkit dengan penuh semangat, percaya diri dan komitmen.
Begitu tinggi makna dan kandungan kalimat “hai orang yang berselimut” bagi hamba yang memiliki kesadaran tinggi, sehingga panggilan itu membuat Muhammad SAW serasa disambar petir untuk harus segera bangkit dan bangun dari ketakutan dan keraguannya.
Pertanyaannya, pada situasi, kondisi, dan keadaan yang bagaimanakah kalimat panggilan “hai orang yang berselimut” itu pantas untuk digunakan dalam menyadarkan generasi saat ini?.
Melihat situasi dan kondisi pada zaman sekarang, dengan perkembangan dan kemajuan di segala bidang terutama bidang teknologi, menjadikan generasi yang hidup di zaman ini memiliki kebiasaan malas, ragu, dan tidak kreatif. Tentu panggilan “hai orang yang berselimut” ini masih sangat layak digaungkan.
Dalam aktivitas sehari-hari misalkan, sejatinya saat ini semua kita tidak pantas untuk bermalas-malasan alias berpangku tangan, karena tersedianya fasilitas yang membuat pekerjaan itu mudah (mudah didapatkan, mudah dikerjakan, dan mudah diakses). Maka seandainya masih ada diantara kita yang merasa malas-malasan untuk melakukan aktivitas sosial, malas-malasan untuk melakukan aktivitas kemanusiaan, malas-malasan untuk melakukan aktivitas keagamaan, maka kondisi yang seperti itulah yang disinggung oleh kalimat “orang yang berselimut”.
Dalam dunia pendidikan, sekarang ini belajar dan mengajar bisa terjadi di mana saja, kapan saja, dan dalam kondisi yang bagaimana pun. Seluruh fasilitas pengetahuan berada sangat dekat dengan kita, maka jika masih ada para pendidik yang merasa malas-malasan melaksanakan tugas pembelajaran dan pendidikan, malas-malasan mengupdate pengetahuan, malas-malasan merancang pembelajaran yang aktif dan efektif, malas-malasan menanamkan karakter dan moral kepada siswanya, maka dia pun juga terkena dengan panggilan orang yang berselimut yang harus segera berubah.
Para pimpinan dan penguasa yang diembankan di pundaknya tugas mulia sebagai agen perubahan, tidaklah sulit untuk menemukan rujukan dan referensi untuk menjadi visioner yang kreatif, jika masih ada yang malas-malasan melaksanakan tugas sebagai amanah dan tanggung jawabnya, malas-malasan mewujudkan visi dan misi kepemimpinannya, malas-malasan untuk memahami dan menjalankan tupoksinya, atau bahkan menyalahgunakan amanah dengan tidak konsisten dan komitmen, maka dia juga termasuk orang yang berselimut yang harus segera bangun.
Para pedagang, pebisnis, dan pengusaha yang pasarnya tersaji secara luas baik manual maupun online, dengan segudang petunjuk untuk menjadi pedagang, pebisnis, dan pengusaha yang berkarakter, maka jika dalam aktivitas tugasnya belum juga jujur dalam melakukan transaksi-transaksi bisnis, atau masih mempermainkan angka-angka dalam timbangan dan kwitansi, masih membual dengan kalimat-kalimat dusta untuk mendapatkan keuntungan dari keawaman pelanggan, maka diapun termasuk orang yang berselimut yang harus segera sadar.
Para pelajar dan mahasiswa yang sedang berada dalam zona kemajuan teknologi, yang menyediakan fasilitas belajar yang sangat mudah, maka jika masih dihantui rasa malas belajar, malas-malasan membaca, malas-malsan mengerjakan tugas, belum bisa membagi waktu untuk belajar dan bermain (santai dan games), masih mengeluh dengan kewajibannya sebagai pelajar dan mahasiswa, maka dia pun juga termasuk orang yang berselimut yang harus segera menyingsingkan lengan baju—bangkit dari kemalasannya.
Untuk seluruh umat secara umum, apapun profesi dan kesibukannya, saat ini kita sedang berada dalam kemajuan dan kemudahan akses apa saja, jika kita masih saja bermalas-malasan untuk kegiatan-kegiatan muamalah, kegiatan kemasyarakatan, dan malas-malasan untuk bersilaturrahmi, maka kita pun juga terkategori orang yang berselimut yang belum bangun dari tidurnya.
Subahanallah, ternyata Tuhan memilih diksi “orang berselimut” mengandung makna dan percikan yang luas bagi perubahan hambaNya. Bila kita jujur merunut seluruh aktivitas, kebiasaan, dan aksi kita, di mana dalam kondisi zaman yang sangat maju, kemalasan-kemalasan semakin menjadi-menjadi, didukung dengan era yang serba instan dengan kehadiran teknologi yang memanjakan dan meninabobokkan penikmatnya, ternyata panggilan “orang yang berselimut” itu relevan untuk menyadarkan generasi sepanjang zaman.
Kita harus memahami dengan benar-benar dan sungguh-sungguh, bahwa melalui kalimat “orang yang berselimut”, Tuhan ingin menyentuh hati dan kesadaran manusia agar sesegera mungkin bangun menyongsong hari-hari dan waktu untuk suatu aktivitas kebenaran dan kebaikan dalam ranah hablun minallah, hablun minannas, dan hablun minal alam.
Yaa ayyuhal-muddats-tsir. Qum fa an-dzir. Wa rabbaka fa kabbir. Wa tsiyaabaka fa thahhir. war-ruj-za fahjur.Wahai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan, dan agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji. Surah Al Muddatstsir ayat 1-5.[]
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram
MasyaaAllah….Melalui tulisan ayahanda ini sebagai pengingat/penyentuh hati untuk tdk terlena dengan kemalas malasan melakukan kewajiban kami sebagai pendidik bagi anak2 kami,putra/putri bangsa, sebagai makhluk yg bermasyarakat, sebagai orang tua…..
Terimakasih ayahanda motivasi hari ini, yang selalu mengingatkan kami , semoga tulisan ini dapat menjadi motivasi
setiap ummat pembacanya,, aamiin ya Allah 🤲
Barakallah ayahanda, semoga senantiasa dlm lindungan Allah kapan dan dimanapun langkahmu berpijak 🤲🤍🤍🤍
Dariku ….anak didikmu yang merindu selalu 🤍