“Lingi” Asi Tanpa Alan Malingi (Obituari untuk Alan Malingi)

PADA tanggal 25 Juni 2023, saya mengirim file tulisan yang menyoal penggunaan nama “Mbojo” yang digugat oleh Bung Muslimin Hamzah. Namun, sebelumnya, Ruslan Muhammad yang lebih dikenal dengan nama pena Alan Malingi, sempat “curhat” pada saya perihal adanya sosok yang menyoal nama “Mbojo”. 

Balasan pesan Whats App saya tidak terbalas hingga sekarang. Saya kemudian maklum, hingga muncul berita duka yang menyebutkan Alan Malingi telah tiada bertepatan dengan Hari Bhayangkara 1 Juli 2023 di RSUP NTB sekitar pukul 06.00 WITA.  Almarhum meninggalkan seorang seorang istri plus empat orang anak.

Saya pertama kali bertemu muka dengan almarhum belum terlalu lama. Wajar saja, almarhum tinggal di Bima, saya di Makassar. Saat saya pulang ke Bima hanya tak cukup seminggu, jarang juga bertemu. Pada tahun 2019, menjelang akhir Desember waktu itu, almarhum hadir sebagai pembicara pada peluncuran buku saya dengan Dr. H. Muslimin AR Effendy, M.Si tentang TGH Abd. Ghany Masykur di Gedung Muhammadiyah Kota Bima. 

Setelah pertemuan itu, saya menjadi akrab. Sekali waktu, saya ada di Kota Bima meluangkan waktu menyambangi Asi Mbojo, tepatnya, ia mengepalai museum tersebut
. Almarhum menjelaskan ikhwal benda-benda warisan masa lalu Kerajaan Bima yang dipajang di museum tersebut. Tampaknya, dia sangat menguasai nama dan jenis warisan sejarah masa lalu Kesultanan Bima tersebut. 

Setelah pertemuan itu, saya kerap mengiriminya buku-buku karya saya. Terakhir saya mengiriminya buku tulisan salah seorang kolega dosen di Unhas mengenai penamaan “Pakdaengan” di kalangan masyarakat etnik Makassar yang saya sunting. 

Almarhum kemudian membalas dengan mengirimi saya dua buku “Bima di Simpang Jalan (Dari buah pikiran yang tercecer)” dan “Bima Heritage Jejak Islam di Tanah Bima”. Jauh sebelumnya, saya juga menerima buku setebal 305 halaman yang berjudul “Petuah Tanah Bima Memutar Kembali Memori saat petuah membumi di tanah Bima”. Ketiga buku tersebut diterbitkan el-Sufi Publishing merupakan karya almarhum pada tahun 2022. Luar biasa  produktif! 

Dikenal dengan nama lahir Ruslan Muhammad, Alan Malingi dilahirkan di Bima 20 April 1973. Karya- karya fiksinya antara lain “Novel Sejarah Nika Baronta” (Meraih salah satu penghargaan di Ubud Writers And Readers Festival 2012), “Temba Kolo”, “Bunga Rampai Legenda Dana Mbojo“, “Novel Wadu Ntanda Rahi”, “Cerita Rakyat Bima Jati Kasipahu“, “Kembalinya Sang Putera Mahkota“, “Cergam Petualangan Darere“, “Cergam Parise Buncu“, “Cergam Murka Sang Kiyai“, “Cergam Kidung Terakhir Seorang Ibu“, “Cergam La Leme Loki Dan La Kabe Tuta“, “Cergam Kisah Sepotong Bambu“, dan “Cergam Oi Mbora“.

Karya-karya nonfiksinya antara lain “Biografi Sultan Muhammad Tadjul Arifin Sirajuddin“, “Sultan Muhammad Salahuddin“, “Sultan Abdul Kahir I“, “Sultan Abdul Kahir II“, “Kota Bima dalam Gambar“, “Mendayung di Antara Karang (Refleksi Setahun Kepemimpinan Ferry-Usman)“, “Dua Tahun Kita Bersama (Refleksi Tahun Kedua Kepemimpinan Ferry-Usman)“, “Bersama Membangun Negeri (Refleksi Tahun Ketiga Kepemimpinan Ferry-Usman)“.

Selain itu, Alan Malingi juga menulis “Buletin Wisata Akbar Pemkab. Bima“, “Museum Asi Mbojo Penghubung Masa Lalu dan Masa Kini“,  “Museum Samparaja”, “Rangkaian Upacara Adat Kelahiran Masyarakat Bima-Dompu“, “Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Bima- Dompu“, “Galery Patu Mbojo- Dompu“, “Mengenal Alat Musik Tradisional Bima-Dompu“, “Mengenal Tarian Tradisional Bima“.

Upacara Adat Hanta UA PUA“, “Kerajinan Tradisional Masyarakat Bima-Dompu“, “Permainan Rakyat Tradisional Bima-Dompu“, “Senjata Tradisional Masyarakat Bima-Dompu“, “Gerabah Bima“, “Ragam Motif Tenun Bima-Dompu“, “Mengenal Alat Tenun Tradisional Bima-Dompu“,  “Jelajah Kekayaan Tambora“, “Aneka Kuliner Khas Bima-Dompu“,  “Pakaian Adat Bima“, “Mengenal Objek-Objek Wisata di Daerah Bima“, serta sejumlah buku seni-budaya Mbojo lainnya, dan baru-baru ini menulis Buku tentang Sambori.

Alan Malingi yang menamatkan pendidikan di  SMPN 1 Kota Bima dan SMAN 1 Kota Bima ini boleh dikatakan sosok yang sulit dicari duanya dalam literasi dan pemerhati budaya Bima, sepeninggal Dr. Hj. Maryam R. Salahuddin. Dia merupakan ‘penjaga” budaya Bima yang tekun. Kepergiannya benar-benar membuat “lingi” (rindu) Asi Mbojo dan literasi mengenai budaya Bima. 

Selamat jalan Bung Alan Malingi. Anda  boleh pergi, tetapi Anda menitipkan dua nisan  kepada yang masih hidup. Satu di Pemakaman Umum Sadia, Kota Bima dan satu lagi karya-karya Anda yang ada di dalam ingatan banyak orang![]

Ilustrasi: Romantika Bima

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *