Orang Bima (Dou Mbojo) menyebut Istana Kesultanan Bima dengan Asi Mbojo. Sementara nama resminya adalah Museum Asi Mbojo.
Dan hampir semua orang Bima pernah berkunjung ke Asi Mbojo, walau tidak semua mengetahui apa saja sisa peninggalan Sultan Bima tersebut dari Sultan I, La Kai atau Sultan Abdul Kahir, nama aslinya Ma’bata Wadu merupakan Raja Bima I yang masuk Islam. Ia dinobatkan tahun 1620. Adapun sultan terakhir atau sultan ke-XIV yaitu Sultan Muhammad Salahuddin atau Sultan Makakidi Agama (1915-1951). Wafat di Jakarta ketika pergi berobat dan dimakamkan di Pemakaman Karet Bivak.
Tapi, tahukah Anda, arti Asi dari nama Asi Mbojo “istana Bima”, tersebut?
Dalam sebuah dialog tidak formal dengan alm. Ruslan yang lebih dikenal dengan Alan Malingi yang pada wafatnya beliau adalah Kepala Museum Asi Mbojo menjelaskan bahwa Asi itu berari:
1. Yaitu mengeluarkan semua tenaga dalam rangka melahirkan bayi dalam kandungannya bagi seorang ibu hamil (ngedan = asi ana)
2. Usaha keras berupa mengeluarkan BAB atau air seni bagi manusia dan hewan (asi ta’i ro tari’i).
Apa hubungan usaha Asi tersebut dengan nama Asi Mbojo?
Lebih lanjut Alan Malingi menjelaskan bahwa:
1). Asi tersebut adalah mengeluarkan bayi dalam perut merupakan usaha melahirkan bayi yang masih suci dan generasi di masa yang akan datang.
Begitu jugalah bahwa di Asi Mbojo itulah para raja/sultan mengeluarkan peraturan, titah dan hukum suci bagi kelangsungan hidup dan kepatuhan hukum bagi rakyatnya dan keamanan serta keutuhan kerajaannya (Dou labo Dana). Ini akan terwujud apabila para raja/sultan Bima memiliki Nggusu pidu ro waru.
2). Asi ta’i ro tari’i adalah usaha mengeluarkan kotoran dalam tubuh manusia dan hewan. Ini maknanya adalah bisa saja di Asi Mbojo itu tempat mengeluarkan sesuatu yang kotor bagi rakyat dan kesultanan Bima apabila para raja dan para besar terdiri dari raja zalim.
Itulah penjelasan lisan Alan Malingi kepada penulis sekitar Maret 2023 sewaktu saya bertamu ke Asi Mbojo. Asi Mbojo dirancang oleh arsitek kelahiran Kota Ambon bernama, Rahatta. Beliau diundang oleh pemerintah kolonial Belanda ke Bima.
Bangunan dua lantai yang dibangun pada tahun 1927 adalah hampir sama dengan pembangunan Gedung Sate Bandung yang kini mrnjadi Kantor Gubernur Jawa Barat yang di depannya terkenal dengan Lapangan Gasibu. Sedangkan Asi Mbojo di depannya ada Lapangan Serasuba.
Asi berbentuk perpaduan gaya Eropa dan Bima yang menggantikan bangunan istana yang sebelumnya bergaya Portugis abad ke-19.
Asi Mbojo atau Istana Bima adalah istana peninggalan Kerajaan Bima. Asi Mbojo terletak di Jalan Sultan Ibrahim No 2, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Saat ini, Asi Mbojo menjadi Museum Bima yang merupakan monumen fisik kerajaan Bima. Bangunan ini masih tampak anggun walupun telah melintasi waktu yang cukup panjang.
Di masa lalu, bangunan ini bukan semata-mata pusat pemerintahan melainkan juga sebagai sebagai kediaman serta lambang identitas sebuah bangsa.
Ilustrasi: Kalikuma Studio
ASN di Kantor Kemenag Kota Bima