Tentang Shalawat, Thariqat, dan Haqiqat (1)

SHALAWAT kepada Nabi (sebut shalawat) adalah amalan dan ibadah paling dahsyat, membawa keberkahan dan kabar gembira bagi yang mengamalkannya dengan istiqomah (konstan). Shalawat adalah kunci pembuka seluruh kebaikan dan keberkahan. Juga kunci penutup seluruh aib dan kejelekan. Shalawat juga amalan yang merubah taqdir buruk seorang hamba di lauhul mahfudz. Seorang hamba yang memperbanyak shalawat akan beruntung dan terhindar dari celaka dan takdir buruk lainnya.

Syekh Abdullah Sirajuddin berkata, bahwasannya orang yang paling banyak mendapat kabar gembira dari Allah adalah yang paling banyak shalawatnya. Shalawat ini merupakan jalannya para kaum shalihin agar sampai kepada Allah. Seluruh ibadah mungkin diterima atau ditolak. Kecuali shalawat, karena shalawat amalan yang Allah juga melakukannya, demikian juga para malaikatNya.

Syekh Usman al-Qalubawi dari Thariqah Qadiriah Ja’aliah memiliki rahasia-rahasia (asror) shalawat sebagaimana dikisahkan oleh para muridnya. Dalam sehari beliau membaca al-Qur’an 15 juz, membaca shalawat Dalail al-Khairat 100 kali khataman, membaca Shalawat Anasiah (allahumma solli ala sayyidina muhammadin wa ala alihi wa sallim) 100 ribu kali. Ditambah lagi wirid tasbih, istighfar, dan tahlil dari syekh murabbinya, Syekh Ahmad al Ja’ali al Mutsanna.

Adapun Syekh Abdurraman al Ja’ali, juga mursyid Thariqah Qadiriah, setiap hari membaca Dalail al Khairat 40 kali. Beliau sering “dijumpai” oleh Rasulullah dan Sayyidah Fatimah binti Rasulillah, dan keningnya sering dicium Sayyidah Fatimah binti Husain. Beliau diberi izin oleh Syekh Usman Qolubawi untuk menyebarkan thariqah yang mulia ini. Berikut asror (rahasia) shalawat yang dikupas tuntas oleh Syekh Abdurrahman al Ja’ali.

Dalam salah satu majlisnya, sang Syekh mengatakan, bershalawat adalah amalan yang mendatangkan suatu kenyataan, betapapun menurut kebanyakan orang mustahil. Seorang murid yang selalu hadir dalam hadrah syekhnya menginginkan agar dalam hadrah syekh tidak hanya hadirnya Nabi. Tetapi juga meminta kepada Allah agar dihadirkan pula ruh para sahabat Nabi kesayangannya yakni Sayyidina Usman dan kedua istrinya Sayyidah Ummu Kultsum dan Sayyidah Ruqayyah binti Rasulillah. Sang Syekh lantas menambahkan sang murid untuk memperbanyak shalawat dan sidq (jujur, semacam keikhlasan) dalam meminta kepada Allah. Sang murid pun meminta seraya bershalawat kepada Nabi tidak kurang dari sembilan ribu perhari.

Baca Juga  Tidak Sadar Menjadi Orang Kalah

Pada suatu hari apa yang dimintanya menjadi kenyataan. Inilah yang dimaksud oleh Syekh Abdurrahman al Ja’ali sebagai sumber haqiqah, yakni memperbanyak shalawat dan sidq dalam thalab (mengharap ilmu) pada Allah. Apabila orang sudah ber-mujalasah (bersimpuh) dengan Nabi maka selesai hikayahnya, dalam arti tinggi derajatmya. Dan asbab (sebab) teragung untuk ruh seseorang bisa ber-mujalasah dengan Nabi di dunia dan akhirat adalah istiqamah memperbanyak shalawat.

Di dalam thariqah, selain mendapatkan wirid asas (wirid standar) dari syekh murabbi, seorang muridin juga menerima wirid shalawat. Wirid shalawat ini bersumber dari tiga manusia mulia. Sumber pertama, muridin mendapatkan shalawat dari Nabi, yakni shalawat yang tertera dari nash hadis seperti Shalawat Ibrahimiah (allahumma solli ala sayyidina muhammadin kamashallaita ‘ala sayyidina Ibrahim),  Shalawat Anassiah (allahumma solli ala sayyidina muhammadin wa ala alihi wa sallim).

Sumber kedua, seorang muridin mendapatkan Shalawat Ilhamiah dari syekh murabbi-nya langsung. Biasanya syekh murabbi melihat Nabi SAW secara sadar maupun mimpi, dan Nabi SAW memberikan sighat (lafal-bacaan) shalawat tertentu kepadanya.

Sumber ketiga, seorang muridin memperoleh shalawat yang di-ijazahkan oleh wali qutub sohib (pengampu) thariqah tersebut. Apabila thariqahnya Qadiriah, maka ia mengamalkan shalawat Syekh Abdul Qadir Jailani. Apabila thariqahnya Sanusiah, maka ia mengamalkan shalawat Imam Sanusi. Apabila thariqahnya muridin tersebut Sammaniah, maka ia mengamalkan shalawat Syekh Abdul Karim Sammani, dan begitu seterusnya.

Setiap mursyid mendidik muridnya dengan cara berbeda beda. Tetapi ada sebagian mursyid mendidik muridinnya dengan istiqomah memperbanyak shalawat. Gambaran menyibukkan diri dengan shalawat ialah seperti salah seorang istri Syekh Haj Hamd dari Sudan. Syekh Haj Hamd adalah salah seorang wali Thariqah Qodiriah Ja’aliah dari Sudan yang sempat mengaji di al Azhar. Beliau dinikahkan oleh Syekh Ahmad al Ja’ali al Mutsanna (salah satu wali besar di Sudan juga). Syekh Ahmad al Ja’ali al Mutsanna menikahkan putrinya bernama Sayyidah Sarrah (wali perempuan berkulit putih kekuningan dari Sudan).

Baca Juga  Merindui Asa yang Mencintai

Gambaran agung dari bershalawat adalah Sayyidah Sarrah itu. Ketika malam dari jam 12 sampai azan Subuh ia hanya menggunakan waktunya untuk bershalawat. Dalam rentang waktu itu, ia bisa menyelesaikan 30,000 shalawat dan menghatamkan kitab shalawat Basyair yang panjangnya 10 halaman sebanyak 20 kali.

Sementara gambaran kecilnya seperti ada pada seorang murid yang meluangkan waktunya untuk bershalawat setelah Shalat Ashar sampai azan Maghrib. Isytighal (bersibuk diri) dalam bershalawat itu lebih dahsyat daripada iktsar (memperbanyak shalawat). Maksudnya, kualitas yang dilewati dalam waktu-waktu yang intens tetap lebih baik dari kuantitas jumlahnya.

Bershalawat itu sangat penting. Pada kenyataannya, shalawat adalah ibadah yang paling ringan tetapi kemuliannya paling dahsyat. Shalawat adalah jalannya ahlul bait (keluarga Nabi), sahabat Nabi dan para auliya agar sampai dengan cepat menuju Allah.

Tidak diragukan bahwa semua ahlul bait itu ahli shalawat, seperti Sayyidah Fatimah binti Imam Husain. Beliau semenjak kanak sudah ahli memperbanyak shalawat atas kakeknya, yakni Sayyidina Muhammad SAW. Sayyidah Fatimah adalah putri Imam Husain dari istrinya yang bernama Ummu Ishaq binti Tolhah bin Ubaidillah. Dari jalur ayah beliau adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan dari jalur ibu, beliau adalah keturunan salah seorang sahabat Nabi yang diberi bisyaroh (janji-kabar gembira) surga.

Semua ahlul bait dan wali qutub adalah ahli memperbanyak shalawat. Biasanya keshalihan dan kewaliaannya tampak sejak kanak, karena memperbanyak shalawat. Orang yang istiqamah memperbanyak shalawat bisa dijamin salamnya selalu dijawab oleh Nabi. Mimpi tidak menjadi keutamaan. Seringkali Allah menyembunyikan mimpi karena hikmah, bukan karena Nabi tidak merindukannya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *