Nabi Yusuf: Penggagas RPJP dan RPJMD Pertama dalam Sejarah

Ketika kita berbicara tentang perencanaan pembangunan jangka panjang dan menengah—RPJP dan RPJMD—mungkin yang terlintas adalah dokumen tebal, istilah birokratis, dan proses musyawarah teknokratis. Namun, siapa sangka, konsep perencanaan strategis ini telah ada jauh sebelum zaman modern, bahkan telah dipraktikkan oleh seorang nabi: Yusuf AS.

Di tengah keagungan istana Mesir Kuno, Yusuf seorang asing, mantan narapidana, namun penuh hikmah menafsirkan mimpi Raja yang gelisah. Dalam mimpi itu, tujuh sapi gemuk dimakan oleh tujuh sapi kurus; tujuh bulir gandum hijau dilahap oleh bulir yang kering. Tak sekadar menjadi penakwil mimpi, Yusuf memandang mimpi itu sebagai rencana pembangunan jangka panjang yang harus segera dirancang dan dijalankan.

RPJP dalam Mimpi

Tujuh tahun masa subur, lalu tujuh tahun masa paceklik ,itulah kerangka RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) yang diturunkan langsung dari langit. Ini bukan sekadar ramalan, tapi petunjuk strategis yang mengajarkan pentingnya perencanaan lintas dekade, kesiapan menghadapi krisis, dan pembangunan berbasis proyeksi masa depan. Yusuf menunjukkan bahwa bangsa yang besar bukan hanya yang hebat hari ini, tapi yang siap menghadapi musim-musim sulit esok hari.

RPJMD dalam Tindakan

Namun mimpi saja tak cukup. Yusuf lalu menyusun RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) yang konkret: menyiapkan lumbung-lumbung, mengefisiensikan konsumsi, menjaga hasil panen, dan membangun sistem logistik pangan nasional. Ia tidak hanya merancang, tapi juga memimpin pelaksanaannya. Dalam sejarah, inilah contoh paling awal dari seorang pemimpin yang menyusun rencana pembangunan menengah yang berbasis data, proyeksi, dan prinsip keadilan sosial.

Yusuf bahkan menawarkan diri: “Jadikanlah aku bendahara negara, karena aku orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan.” (QS. Yusuf: 55). Ia tahu bahwa rencana tanpa kendali akan gagal. Maka RPJMD butuh kepemimpinan kuat yang jujur dan kompeten.

Nabi Yusuf mengajarkan kepada kita bahwa pembangunan bukan hanya soal fisik, tapi soal kebijaksanaan, kesiapsiagaan, dan keberpihakan. Ia bukan sekadar penafsir mimpi, tapi juga pelaksana visi. Ia menggagas model pembangunan jangka panjang dan menengah yang berlandaskan ilmu, iman, dan keberanian mengambil tanggung jawab.

Jika hari ini kita merumuskan RPJP dan RPJMD, maka sesungguhnya kita sedang melanjutkan warisan peradaban yang dimulai oleh seorang nabi yang menjadikan mimpi sebagai visi, dan menjadikan visi sebagai rencana aksi untuk menyelamatkan negeri.

Kita Semua Punya Mimpi,Tapi tugas seorang pemimpin Harus mampu Menafsirkan mimpi mimpi Rakyatnya dengan perencanaan yang baik.[]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *