Jujur terhadap Diri Sendiri

JUJUR menjadi sendi yang sangat penting dalam penegakan syariat agama dan pijakan awal dalam menapaki jalan kebaikan dan kebenaran. Kalau seseorang sudah bisa berlaku jujur apalagi menjadi kostum yang membungkus kepribadiannya,  maka segala yang ada disekitarnya akan menjadi baik, terlindungi dan aman. Itulah sebabnya sifat pertama yang ditanamkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah sifat jujur. Kemuliaan dan ketinggian nilai dari sebuah kejujuran akan nampak tidak hanya bila dilakukan terhadap orang lain, akan tetapi yang paling terasa bekasnya apabila kejujuran itu dilakukan terhadap diri sendiri, dan hal itu memang sangat sulit untuk ditegakkan, tetapi bukan tidak bisa.

Orang yang mampu berbuat jujur terhadap dirinya sendiri akan menemukan nilai kebaikan, nilai kebenaran, dan nilai kebermanfaatan dalam hidupnya. “Wafi anfusikum afala tubshirun”. Di dalam dirimu, mengapa kamu tidak memperhatikannya?, artinya terkadang kita tidak jujur melihat diri kita sendiri. Jika orang sudah tidak jujur dengan dirinya sendiri maka semua yang dilakukan dan katakan adalah kamuflase dan bualan yang mengada-ada, bahkan bisa jadi dia akan melakukan tindakan diluar yang diinginkan atau di luar kata hati yang sesungguhnya.

Sebaliknya jika seseorang berlaku jujur terhadap diri sendiri, maka semua tindakan dan perkataannya akan bermakna, logis, dan bertuah. Contoh; apabila seseorang jujur terhadap kemampuan dirinya—kemampuan berpikir misalnya, maka dia akan memutuskan sesuatu dengan penuh pertimbangan, dengan rasional, dan logis. Jangan sampai tidak jujur dengan kemampuan diri, lalu mememberikan keputusan sekenanya tanpa pertimbangan akal sehat apalagi petimbangan rasional. Ketika tidak jujur, maka pasti akan menanggung rasa lelah, menderita, terpaksa, dan pada akhirnya akan merasakan trauma pisik dan psikis.

Baca Juga  Ketika Fungsi Dinamis Lisan Kita Direnggut

Penting untuk menyoal kesadaran diri masing-masing sebagai bentuk kejujuran terhadap diri sendiri. Jika kondisi tubuh atau kondisi organ sudah mencapai titik diambang lembah ketuaan, maka janganlah merasa diri masih muda, ingatlah akan hak tubuh ini untuk beristirahat, ada hak bagi tubuh untuk harus meregangkan otot-ototnya, dan ada hak bagi raga untuk dibatasi aktivitasnya.

Akan tetapi kebanyakan orang tidak jujur terhadap kondisi dirinya, sehingga dia selalu tampil seperti masih muda, dia lupa bahwa perjalanan panjang masa mudanya dengan sendirinya akan sampai pada titik akhir dan memasuki masa tua. Seluruh aktivitas, seluruh kekuatan, dan seluruh kemampuan yang ada pada raga harus kita sikapi secara jujur dengan mengakui keadaan atau kondisi yang sebenarnya. Apa yang kita rasakan sat ini, apa yang kita miliki saat ini, apa yang kita idap terkait dengan kondisi dan keadaan kita saat ini, perlakukanlah dengan sikap yang jujur.

Ingatlah bahwa jujur tidak pernah akan melahirkan efek negatif dalam setiap kesempatan, dalam setiap keadaan, dan dalam setiap kondisi. Jujur terhadap diri sendiri akan berdampak kesehatan buat diri kita, jujur terhadap kondisi pemikiran akan menghindari kita dari stres, jujur dengan kata hati akan membuat kita menjadi unggul dan menjadi orang yang paling bijaksana, karena kita akan senantiasa merespon sesuatu dengan bijak, melaksanakan sesuatu tanpa tekanan, menghadapi sesuatu tanpa iri, melaksanakan sesuatu tanpa dengki, bahkan akan menjadi orang yang satunya hati dengan perbuatan dan satunya kata dengan perbuatan.

Terhadap kondisi pengelihatan pun juga harus jujur, karena akan membuat mata toleran dalam melihat, mata akan selalu tajam dalam memandang dan akan selalu jernih dalam menatap obyek, karena dia tidak pernah dipaksakan untuk menatap sesuatu yang tidak mampu dia lihat, dan dia tidak akan pernah memaksakan matanya untuk menelisik sesuatu yang tidak terbaca.

Baca Juga  Manusia Sebagai Pembunuh yang Sudah Diramalkan

Islam selalu menghendaki agar kejujuran menjadi kepribadian kita, terutama jujur dengan kondisi hati kita, jujur dengan kemampuan berpikir kita, jujur dengan kondisi raga kita. Orang yang membiasakan dirinya jujur dalam melaksanakan aktivitas sosial, dalam melakukan aktivitas berpikir, dan dalam melakukan aktivitas raga, maka dia akan menjadi orang yang unggul, sebagaimana pujian Tuhan dalam alquran “Kuntum khaira ummatin ukhrijat linnas ta’muruna bil ma’ruf watan hauna anil mungkar”, Kamu adalah umat terbaik yang dikeluarkan ditengah-tengah umat manusia, selalu komitmen dengan kebenaran dan tegas terhadap kemungkaran (itulah figur pribadi jujur).

Gerakan “ta’muruna bil ma’ruf wa tanhauna anil mungkar” adalah sebuah konsep penegakan kejujuran terhadap diri sendiri,  bahwa kalau kita memiliki pribadi yang jujur,  dipastikan kita tidak akan senang dengan dusta, dipastikan tidak akan senang dengan bualan dan kamuflase, dipastikan tidak akan senang dengan kesombongan, dan tidak akan senang dengan kemaksiatan. Kita akan menjadi pribadi yang merdeka, merdeka dari tekanan-tekanan, merdeka dari segala macam ancaman hati, merdeka dari pikiran-pikiran yang menyesatkan, merdeka untuk berdialog dan berhadapan dengan Tuhan, dan pada akhirnya kita akan menjadi orang yang sehat lahir dan batin.[]
Ilustrasi: sharonalena.wordpress.com

1 komentar untuk “Jujur terhadap Diri Sendiri”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *