Guru dan Proyeksi Masa Depan Bangsa (Cacatan Kecil Hari Guru Nasional 2021)

Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia hari ini sebagai akibat dari krisis pendidikan cukup beragam. Mulai dari aspek sosial, politik, budaya, ekonomi, serta aspek lainnya. Walaupun saat ini kita banyak menyaksikan prestasi anak Indonesia mengalami peningkatan yang cukup baik, seperti diraihnya prestasi di berbagai olimpiade internasional.

Namun di sisi lain, kemunduran telah terjadi pada aspek yang sangat fundamental, yaitu moralitas. Kemunduran aspek ini menyebabkan krisis pendidikan akhlak – dalam dunia pendidikan kita, sehingga dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat menahan laju kemerosotan akhlak yang terus menggrogoti anak bangsa.

Melihat beberapa kasus pelanggaran akhlak (adab) yang terjadi pada generasi (anak didik), tampak jelas tidak tertanamnya dalam diri anak didik, apa yang disebut dengan akhlak yang baik atau adab. Kasus pelanggaran akhlak atau adab yang terjadi pada anak didik dapat kita perhatikan di sekitar kehidupan kita.

Jelasnya bisa juga kita perhatikan melalui media massa, yaitu kasus tawuran antar pelajar, narkoba, pelecehan seksual, pergaulan bebas, minum-minuman keras dan kasus-kasus dekadensi moral lainnya. Kasus-kasus seperti itu dapat menghambat generasi kita untuk menjadi generasi yang produktif, yaitu generasi yang mampu merubah peradaban bangsa yang bermartabat di masa yang akan datang.

 Generasi (anak didik) yang progres merupakan generasi yang cerdas, kreatif,  inovatif, kritis, bertanggung jawab, kompetitif, tidak plin-plan, jujur, santun, berakhlak mulia, dan mempunyai budi pekerti luhur. Dengan kata lain, generasi (anak didik) yang progres adalah generasi yang mengintegrasikan antara iman, amal dan ilmu sekaligus dalam menjalani kehidupan di dunia. Untuk itu, dalam dunia pendidikan sangat diperlukan peran guru untuk mencetak peserta didik  yang beradab sebagai regenerasi penerus agama dan bangsa.

Mereka yang Disebut Guru

Sampai saat ini masalah guru seakan semakin menarik untuk dibahas dan semakin urgen untuk diangkat ke permukaan. Baik sebagai sosoknya yang unik maupun sebagai manusia yang serba bisa. Dalam sorotan penulis, guru merupakan sosok yang serba bisa. Lalu apa sih yang menjadikannya menarik untuk dibicarakan.? Ya, tentu saja banyak, coba kita lihat dulu apa sih sebenarnya guru itu? Guru itu kata orang Jawa digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh).

Guru menjadi panutan/teladan bagi anak didik. Itulah yang menjadikan sosok guru menarik. Belum lagi yang lain, yang terkait dengan beban amanah yang harus dilaksanaknnya, menjadi guru merupakan sebuah pekerjaan yang tidak semua orang dapat melaksanakannya, apa lagi untuk menjadi seorang guru yang diimpikan bagi setiap anak didik.

Dalam UU No.14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa “guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, memimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan megevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru professional harus mempunyai kualifikasi akademik minimum sarjana (S1) atau diploma IV (D IV), menguasai kompetensi (pedagogik, professional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

Baca Juga  Spiritualitas dan Modernitas: Tantangan Agama di Masa Depan (1)

Dengan demikian, kehadiran seorang guru bukan sekedar mengajar dan berdiri di depan kelas, melainkan seorang yang mampu memberikan inspirasi bagi pertumbuhan intelektual dan moralitas anak didik. Guru adalah sosok manusia yang senantiasa memberi contoh yang baik dalam segala aktivitas kehidupan anak didik di dalam maupun di luar kelas, guna mencapai tujuan hidup yang lebih bermartabat. Guru adalah manusia yang rela menyumbangkan sebagian besar waktunya untuk berbagi ilmu kepada semua anak didiknya bahkan kepada seluruh lapisan mayarakat.

Guru bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan tetap berusaha mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik demi kelangsungan sebuah proses pendidikan. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohani, agar mencapai tingkat kedewasaan serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi segala tugas dan kewajibannya sebagai makhluk hidup.

Dengan kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah dan masyarakat, maka di pundak guru diberikan amanah yang lur biasa mulianya, walaupun sangat berat untuk dilaksanakan. Mau tidak mau guru harus menerima itu semua. Hal ini juga mengharuskan guru untuk senantiasa memperhatikan segala sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya dalam lingkungan sekolah melainkan juga harus perkembangan anak didiknya di luar sekolah.

Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidak semua orang bisa menjalaninya, karena pekerjaan seorang guru adalah harus merelakan sebagian kebahagiaannya buat orang lain, demi lahirnya generasi-generasi yang diharapkan oleh masyarakat, agama dan bangsa.

Guru dan Tanggung Jawabnya

Guru merupakan manusia yang paling bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik, mengubah segala bentuk prilaku dan pola pikir manusia, membebaskan manusia dari belenggu kebodohan. Pribadi yang beradab (berakhlak mulia) adalah yang senantiasa menjadi harapan pada setiap anak didik. Tak seorang pun guru yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat atau manusia yang tidak berguna.

Oleh sebab itu, dengan penuh dedikasi dan loyalitas yang tinggi guru berusaha memberi bimbingan dan pembinaan agar kelak anak didik yang mereka bina dapat menjadi tumpuan keluarga, bangsa, dan agama. Jadi, pada dasrnya guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina akhlak anak didik.

Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma kepada anak didik agar anak didik tau mana perbuatan susila mana perbuatan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan amoral, mana perbuatan yang beradab dan biadab, semua norma itu tidak harus dijelaskan di depan kelas, namun yang paling membekas jika itu diperlihatkan pada segala tingkah laku seorang guru baik dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat, karena pendidikan sebenarnya tidak semata-mata melalui perkataan saja, melainkan melalui prilaku, sikap, dan perbuatan. Inilah yang disebut dengan keteladanan.

Baca Juga  Ayat Alam Hayat dalam Studi Al-Qur’an

Bukankah, tugas utama pendidikan terhadap anak didik di sekolah adalah membangun jiwa mereka agar siap menerima berbagai ilmu pengetahuan dan kelak mengaplikasikannya demi kebaikan bersama. Guru merupakan ujung tombak pelaksana pendidikan sekolah. Maju mundurnya kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas guru, baik kualitas intelektual maupun kualitas moral (akhlak).

Untuk memperoleh anak didik dengan sumber manusia yang tinggi dan mempunyai akhlak atau adab yang bagus, maka dibutuhkan guru yang memiliki sumber daya manusia tinggi dan mempunyai akhlak atau adab yang bagus pula. Maka dari itu, diharapkan kepada guru untuk terus meningatkan kualitas dirinya untuk membangun generasi bangsa yang beradab di masa yang akan datang.

Dari paparan penulis di atas dapat dipahami bahwa, peran guru sangat strategis untuk membangun generasi bangsa yang produktif sekaligus generasi yang beradab di masa yang akan datang.

Setiap tanggal 25 November para guru di seluruh penjuru tanah air Indonesia merayakan hari guru nasoinal/HUT PGRI, karena pada tanggal tersebut pemerintah telah menetapkan sebagai hari guru nasional/HUT PGRI. Oleh sebab itu, dalam peringatan hari guru nasional/HUT PGRI ke 76 yang jatuh pata tanggal 25 November 2021 kali ini tidak hanya dirayakan secara seromonial belaka.

Akan tetapi, ini adalah moment bagi guru untuk mengevaluasi diri sudah sejauh mana aplikasi peran dan tanggung jawabnya dalam mengembangkan potensi anak didik untuk masa depan bangsa. Guru harus bisa memahami dan mengaplikasikan peran dan tanggung jawabnya dalam mengajar, mendidik, mengarahkan dan membina anak didik dengan professional dan proporsional. Bangsa hari ini dan akan datang membutuhkan generasi-generasi yang produktif dan inovatif yang mampu mengintegrasikan antara iman, ilmu dan amal dalam mewujudkan bangsa yang bermartabat di mata dunia.  

Di akhir tulisan ini, penulis sampaikan selamat hari guru nasional/HUT PGRI yang ke 76. Semoga guru-guru Indonesia selalu membangun kekuatan dan kebersamaan untuk mewujudkan guru professional, sejahtera, dan bermartabat untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta dapat membangun generasi-genarasi bangsa yang beradab. Amiin allaahumma amiin. Wallaahu a’lam.

Ilustrasi: Liputan6.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *