Childfree dan Dilema Pasangan Muda

MENJALANI hidup dengan damai bersama pasangan tentu menjadi dambaan setiap insan yang berkeluarga, di samping itu juga tak kalah penting kehadiran si buah hati sebagai pelengkap kebahagiaan dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Kebahagiaan yang sangat mendalam dirasakan oleh setiap pasangan menjadi seorang ayah dan ibu tatkala sang buah hati membuka mata melihat cakrawala dunia. Kehadiran anak merupakan babak baru dalam kehidupan ayah dan ibu untuk mengarahkan serta mendidik anak untuk meneruskan cita cita keluarga.

Namun, adakalanya pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan dan dalam masa yang lama justru belum dikaruniai anak – tentu dengan ikhtiar yang maksimal untuk mendapatkannya. Hal ini menjadi probem tersendiri bagi keluarga, terlebih lagi bagi keluarga terpandang ataupun masyarakat kelas atas yang merasa malu bila tidak mempunyai keturunan.

Baca juga: Child-Free: Pilihan atau Pelanggaran?

Perkembangan zaman membawa pola pikir manusia berubah sesuai dengan pedoman dan kultur yang dijalankan oleh masyarakat. Perubahan cara pandang terkait dengan keluarga merupakan hal yang sangat sensitif karena berawal dari keluarga semua hal besar akan dilahirkan, dibina, dan dikemabangkan kemudian menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat.

Pada hakikatnya, keluarga menjadi tolok ukur dalam menilai maju mundurnya peradaban, sebab dengan menilai keluarga yang ada hari ini maka akan tergambar jelas bagaimana keadaan bangsa ini dari berbagai lini kehidupan.

Pondasi nilai-nilai kehidupan didapatkan oleh seorang anak ketika masih dalam masa pendidikan bersama orang tuanya dan akan dipraktikkan di masyarakat ketika kelak dewasa. Ironisnya, hari ini yang terjadi, pendidikan karakter yang harusnya diajarkan oleh ayah dan ibu di rumah, kini lebih dibebankan kepada guru di sekolah.

Hal ini menjadi faktor mundurnya karakter serta pola pikir sang anak karena orang tua tidak mengajarkan hal yang seharusnya ia dapatkan di rumah. Maka, tidak sedikit problem sosial yang terjadi hari ini terjadi karena anak tidak lagi mempunyai pedoman hidup atau rambu- rambu dalam menjalani kehidupan termasuk salah satunya kesalahan berpikir menganggap childfree hal yang wajar dalam berkeluarga.

Tuntutan Pekerjaan

Menjadi seorang yang sukses dalam karirnya serta menjadi tokoh terkenal dengan gelar yang banyak serta mendapatkan sanjungan yang hebat dari  masyarakat merupakan dambaan setiap orang. Namun, siapa sangka dengan keberuntungan hidup yang didapatkan menjadi satu akar masalah pula dalam hidup yakni kurangnya waktu untuk keluarga dan pemikiran nyaman dengan pasangan tanpa memikirkan anak atau keturunan.

Akhir- akhir ini bukan lagi fenomena baru bila banyak pasangan yang menikah lalu menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasannya, hingga akhirnya usia tidak lagi produktif dan sulit rasanya jika mengharapkan kehadiran sang anak.

Pola pikir untuk terus melanjutkan karir bukanlah hal yang salah, namun, ada hal yang harus selalu dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan yakni petunjuk agama dan norma-norma kehidupan. Mustahil rasanya jika ada yang mengatakan punya ilmu yang tinggi dan karir yang cemerlang namun memilih untuk tidak meneruskan keturunan. Hal ini sangat bertentangan dengan norma agama dan norma kelaziman yang berlaku dalam masyarakat.

Baca Juga  Anies, PA 212, Bir, dan Relasi Islam dan Negara

Dunia hari ini akan terus berjalan maju dan membutuhkan bibit-bibit baru dalam memajukan peradaban, jika semua orang hari ini berpikiran hanya untuk kesenangan dan kebahagiaan diri sendiri maka bisa dipastikan dalam jangka waktu yang singkat dunia akan kehabisan penghuni.

Oleh karena itu, pandangan-pandangan negatif serta tak berdasar seperti itu harusnya segera ditepis dengan logika yang kuat jika tidak akan semakin berkembang aliran liberal yang mengatasnamakan kebebasan untuk berbuat sesuka hati tanpa aturan agama ataupun nilai bermayarakat.

Gaya Hidup Individualis

Tatanan kehidupan hari ini tidak lagi sama dengan pada masa dahulu kala, yakni perbedaan tidak terlalu terlihat baik masyarakat kelas atas ataupun kelas bawah. Faktanya yang terjadi sekarang tergambar jelas problem complicated karena gaya hidup yang serba instan dan hedon.

Masyarakat tidak lagi dapat membedakan mana hal yang baik dan mana yang buruk ketika keinginan sudah memuncak maka segala hal akan dilakukan demi memuluskan rencananya. Termasuk pemikiran untuk hidup nyaman bersama pasangan tanpa diganggu oleh kehadiran anak.

Pasangan muda yang dipengaruhi oleh berbagai faktor saat ini memilih untuk tinggal dalam rumah atau apartemen yang nyaman di kota jauh dari kampung untuk bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Hal yang lumrah bagi masyarakat kota, tidak peduli dengan siapa pun yang tinggal disekitarnya karena semua sibuk bekerja dan kegiatan lainnya.

Oleh karena itu, gaya hidup seperti ini semakin menyuburkan sikap serta pemikiran-pemikiran seperti childfree. Satu hal yang harus digarisbawahi bahwa pemikiran ini bukan hanya lahir dari gaya hidup di kota ataupun pengaruh orang lain.

Konsekuensi di Masyarakat

Fenomena childfree meskipun belum banyak ditemukan, namun menjadi satu hal yang harus diwaspadai oleh segenap elemen masyarakat, pasalnya pandangan untuk hidup berdua tanpa memiliki keturunan bukan berasal dari budaya atau kebiasaan masyarakat dengan budaya Timur yang kental.

Pandangan ini banyak ditemukan di negara maju yang memiliki pandangan liberal dan tuntutan hidup dari negara yang sangat tinggi. Di negara maju, mereka memutuskan untuk tidak memiliki anak atau bahkan pasangan karena beban yang harus mereka tanggung jika memiliki keluarga serta berbagai kegiatan yang harus mereka lakukan jika sudah berkeluarga.

Baca juga: Predator Anak di Sekitar Kita

Masyarakat luar sangat tidak ingin hidupnya diganggu oleh orang lain karena sudah disibukkan oleh pekerjaan dan kegiatannya. Di samping itu gaya hidup mereka juga tidak seperti di Indonesia yang masih mengenal ramah tamah sesama tetangga satu kampung atau satu tempat tinggal, hingga adanya sikap saling peduli pada kehidupan tetangga dan saling membantu jika dibutuhkan.

Baca Juga  ICT, Pandemi dan Sikap Kita

Sementara di Indonesia, merupakan hal yang wajib untuk kita saling melihat, bertegur sapa, mengetahui keadaan warga di tempat kita berada. Catatan penting yang harus diperhatikan oleh segenap pemegang kekuasaan, tokoh agama, tokoh masyarakat serta para orang tua yang memiliki anak yang akan melangsungkan jenjang penikahan untuk dapat menjelaskan dan mengarahkan pandangan hidup sang anak agar tidak salah arah dalam mengambil keputusan.

Pilihan untuk bahagia bersama tanpa anak bukan kebahagiaan yang sempurna, dalam ajaran agama dan norma juga merupakan hal yang tabu. Manusia akan mampu memberikan warna dalam kehidupan serta kemajuan peradaban, namun bila manusia berpikir untuk tidak lagi meneruskan keturunan, habis sudah cita-cita para leluhur untuk melihat kemajuan dan kebahagian yang sempurna anak cucunya.[]



Ilustrasi: Momies Daily

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *