Kurban, Wasilah Ketakwaan

BERKURBAN sesungguhnya menjadi simbol yang dapat mempertegas kondisi hati seorang hamba terhadap Tuhannya. Hamba yang berkurban dengan sendirinya telah mempraktikkan suatu kesadaran bahwa berkurban itu tidak diperuntukkan hanya bagi yang berkemampuan—sama seperti perintah salat, akan tetapi diwajibkan bagi siapa saja yang dapat merasakan nikmat Tuhan yang begitu banyak tercurah kepadanya.

Jika salat menjadi ibadah harian sebagai wujud rasa berterima kasih kepada Tuhan atas nikmat yang begitu banyak, lalu kesyukurannya itu dinyatakan dengan cara bersujud lima waktu setiap hari, maka ibadah kurban hendaknya kita jadikan sebagai ibadah tahunan, sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga atas nikmat yang kita rasakan selama perputaran masa dalam setahun.

Konsep di atas akan lebih mudah dipahami apabila kita membaca, menelaah, dan sekaligus memahami secara mendalam apa yang dinyatakan Tuhan dalam firman-Nya di surah al Kautsar ayat 1-3:

innā a’ṭainākal-kauṡar, fa ṣalli lirabbika wan-ḥar, inna syāni`aka huwal-abtar”. Terjemahannya: Sesungguhnya Kami telah memberimu nikmat yang banyak, maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).

Ayat di atas menegaskan bahwa anjuran untuk salat sebagai lambang kesyukuran atas nikmat Tuhan yang kita rasakan setiap detik, senafas dengan anjuran berkurban di dalam satu ayat dan satu surat. Artinya jika salat menjadi amalan harian bagi siapa saja yang merasa beriman atas curahan nikmat Tuhan kepadanya, maka berkurban hendaknya juga menjadi ibadah tahunan yang rutin kita tunaikan sebagaimana rutinnya ibadah salat setiap hari.

Dan nyatanya ayat yang melandasi perintah berkurban tidak disandingkan dengan label istito’ah (berkemampuan) sebagaimana perintah hajji dan tidak pula dilabeli nishab (berkemampuan secara kuantitas) sebagaimana perintah zakat.

Kemudian di dalam praktik berkurban, sebagaimana asal mula perintah kurban yang dialamatkan kepada nabi Ibrahim as dan Ismail as, hanyalah sebagai wasilah yang mengantarkan nilai keimanan dan ketakwaan seorang hamba kepada Tuhannya, yang selama ini tumbuh dan berkembang di dalam hatinya.

Baca Juga  Tuhan pun Berselawat

Yang dimaksud dengan wasilah adalah sesuatu yang menyambung dan mendekatkan sesuatu dengan yang lain atas dasar keinginan yang kuat untuk mendekat. Tentu saja kurban salah satu dari sekian banyak cara yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada keridhaan Tuhan. 

Imam al-Gazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin menegaskan, kurban merupakan simbol dari penghilangan sifat dan nafsu hewani yang ada dalam jiwa manusia yang menjadi penghalang (hijab) manusia untuk dekat kepada Tuhannya.

Setelah kita memahami bahwa hewan yang kita sembelih sebagai simbol dan sekaligus wasilah, maka penting kita renungkan secara mendalam isyarat dari firman Tuhan pada surah al Hajj ayat 37:

Layyanālallāha luḥụmuhā wa lā dimā`uhā wa lākiy yanāluhut-taqwā mingkum, każālika sakhkharahā lakum litukabbirullāha ‘alā mā hadākum, wa basysyiril-muḥsinīn”. Terjemahannya: Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Tuhan, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Tuhan telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Tuhan terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

Banyak makna yang tersirat dari firman Tuhan di atas terkait dengan praktik berkurban, antara lain: Pertama, berkurban hendaknya dilakukan dengan mengurbankan hewan yang sehat, bukan hewan yang mahal, karena nilai pengurbanan itu pada kualitas, bukan pada kuantitas. Kedua, berkurban hendaknya dilakukan secara rutin setiap tahun, karena nikmat Tuhan itu mengalir tak kenal henti. Ketiga, menjadikan nyawa hewan kurban sebagai wasilah dengan cara menyuarakan pesan-pesan mulia dalam bentuk niat, hajat, dan doa-doa pilihan pada saat menjelang hewan itu disembelih, karena darah dan daging tak sampai kepada Tuhan, yang sampai adalah nilai ketaqwaan yang dihembuskan melalui niat. Keempat, Berkurbanlah dan kemudian lupakanlah daging dan darah dari hewan yang sudah dikurbankan, biar yang tersimpan di sisi Tuhan adalah kualitas rasa dan asa ketakwaan di dalam hati yang kita hadirkan saat hewan disembelih.

Baca Juga  Ramadan; Bulan yang Memuliakan

Sebagai catatan kaki dari kolom hikmah ini, konon nabi Ibrahim as saat meletakkan pisau  di leher putra kesayangannya Ismail as, beliau sambil menutup matanya memohon dengan tulus dan totalitas “Ya Tuhanku, jasad dan ruhnya Ismail adalah milik-Mu. Aku pasrahkan dan aku serahkan ruh dan jasad Ismail kepada-Mu. Dan dengan ridha-Mu ya Tuhan, aku memohon ganti jasad dan ruh yang lebih baik daripada Ismail”. Seketika itu Jibril menghadap Tuhan. Dan seketika itu pula Tuhan memerintahkan malaikat untuk membawa seekor domba, sebagai ganti atas pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Saat itu tanpa disadari oleh nabi Ibrahim dan putranya Ismail, bahwa Tuhan telah menggantikan sesembelihannya dengan yang bernyawa, di mana Ibrahim menempelkan rasa ketakwaan, kepatuhan, dan kepasrahannya secara total atas perintah Tuhan pada nyawa sesembelihannya itu, yang tidak lain adalah nyawa seekor domba.

Maka penting bagi kita untuk dapat meletakkan niat tulus  dan doa-doa pilihan pada aktivitas kurban itu, disaat menjelang nyawa hewan terhembus dari tubuh, daging, dan aliran darahnya, untuk kembali kepada asal kedatangannya yakni keharibaan Tuhan robbul ‘izzati. []

1 komentar untuk “Kurban, Wasilah Ketakwaan”

  1. Terima kasih, sangat menarik bahasan ini.
    Pendidikan yang sungguh sangat besar dalam ibadah qurban ini.
    Dalam kutipan arti dari surah al-kautsar, sejauh yg bisa sy faham, bahwa perintah Allah kepada hamba-Nya yg bertakwa, menyandingkan dg tegas antara ibadah pribadi (shalat) dan ibadah sosial (qurban). Tunaikan shalat dan berqurbanlah, kr kamu telah menerima nikmat yang banyak. Wallahua’lam
    Semoga Allah swt mengampuni kita. Aamiin.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *