Diskusi yang dihadiri hampir 200 peserta melalui daring menghadirkan Prof. Abdul Wahid, Guru Besar Antropologi Agama UIN Mataram.
Aba Du Wahid, sapaan akrab Prof. Abdul Wahid, dalam materinya menjelaskan tentang budaya politik, kosmopolitanisme, dan intertekstualitas dari Bo Sangaji Kai.
Selain itu, ia menguraikan pengaruh dan kosmopolitnya budaya Bima dari lokus lokal sampai global. Selain itu, ia juga menjelaskan dinamika pengaruh Kesultanan Bima di Manggarai.
Dalam penelitiannya pada 2016 dan 2023 lalu, ternyata ada perbedaan cara pandang identitas dan cara mengidentifikasi diri dari generasi tua dan muda di Reo, Nusa Tenggara Timur.
“Oleh karena itu, dengan masifikasi sejarah dan budaya seperti yang kita lakukan hari ini, harapannya generasi muda di Reo dan Bima bisa kembali menggali identitas dan kesadaran bahwa Bima dan Reo dulu mempunyai peradaban yang luar biasa.” Jelas Ketua Dewan Kebudayaan Daerah NTB ini.
Sementara itu, Dr. Dewi Ratna Muchlisa menjelaskan bahwa sejarah panjang dari Bo Sangaji Kai juga berkelindan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di Bima.
Sebagai contoh, perubahan aksara Bima dan gaya penulisan dalam naskah-naskah Bima. Selain itu, Dr. Dewi Ratna Muchlisa juga menjelaskan hubungan erat Kesultanan Bima dan Kesultanan-Kesultanan yang ada di Pulau Sulawesi.
Kegiatan ini ditutup dengan foto bersama seluruh peserta dan harapan agar kegiatan tersebut bisa menambah wawasan sejarah dan budaya Bima.
Ilustrasi: Kalikuma Studio