Sketsa Pemikiran, Perjuangan, dan Kontribusi TGH. Abdul Halim Sesela

Namanya adalah Abdul Halim bin Amak Syam (Abdullah) seorang pejuang yang syahid di jalan Allah bin Amak Dinah (Abdurrahaman) bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Abu Bakar, Ibu Abdul Halim adalah seorang perempuan cantik dan putih bernama Maimunah.

TGH. Abdul Halim dilahirkan di tengah tengah keluarga ahli ilmu yang terbiasa belajar dan mengajar Al-Qur’an ditengah tengah masyarakat, disamping itu keluarga beliau juga dikenal sebagai para pejuang, ini dibuktikan oleh ayahnya yang syahid di jalan Allah. TGH. Abdul Halim dilahrikan di Dusun Kebun Indah Desa Sesela pada tahun 1878 M.

Ayahnya adalah seorang alim pendakwah ulung yang syahid dijalan Allah, dibunuh oleh raja Bali yaitu Anak Agung pada tahun 1890 M, atas dasar laporan orang-orang yang iri kepada beliau sehingga beliau difitnah sebagai prompak yang menyiapkan masa untuk memberontak kala itu, kerena sering mengumpulkan para fakir miskin di halaman rumahnya untuk mengajar dan memberikan mereka beras dan kebutuhan pokok lainnya pada musim paceklik.

Setelah sepeninggal ayahnya Abdul Halim kecil dan saudara-saudaranya mengasingkan diri ke tempat yang berbeda beda untuk menghidarkan diri dari kejaran Anak Agung sekaligus untuk menjaga diri dan keutuhan iman dan agama, tidak lama setelah sepeninggal ayahnya ibunya juga pergi ke pangkuan Sang Ilahi untuk selama-lamanya maka jadilah Abdul Halim dan saudara-saudaranya yatim di usia belia (belum dewasa).

Dalam situasi yang sulit ini, mereka harus mengandalkan bantuan dan perlindungan dari 78 keluarga dan masyarakat di Desa Pejarakan untuk mencari nafkah dan menjaga saudara-saudaranya. Abdul Halim dan keluarganya dibantu oleh Ummu Kaltsum, salah satu saudara tertua dari Abdul Halim”

Ummu Kaltsum yang mengambil tanggung jawab sebagai pencari nafkah dan juru masak untuk mereka semua, menjadi pilar penting dalam menjaga kelangsungan hidup keluarga yang terpukul oleh berbagai tragedi tersebut.

Sejak kecil TGH. Abdul Halim dilatih oleh orang tuanya untuk menjalani hidup sederhana. Beliau dilatih bertani, yang pada waktu itu menjadi salah satu mata pencaharian hidup. Dibekali dengan latihan seperti itulah beliau tumbuh menjadi remaja yang mandiri. TGH. Abdul Halim memiliki 7 Saudara Laki-laki dan 1 saudari perempuan.

Orang tua beliau Amaq Syam memperlakukan putra-putrinya dengan sangat-sangat adil, tidak mengistimewakan satu dengan yang lainnya. Itulah yang menyebabkan TGH. Abdul Halim sangat akur dengan saudara-saudarinya, karena Amaq Syam berprinsip kewajiban orang tua adalah memperlakukan putra-putrinya dengan perlakuan yang adil dan selanjutnya diserahkan kepada Allah SWT. Memang, putra-putri beliau ditakdirkan oleh Allah menjadi manusia yang rajin dalam urusan ibadah, mengaji dan semuanya ditakdirkan memiliki akhlak yang mulia.

 Namun TGH. Abdul Halim di dukung oleh saudara-saudarinya untuk menjadi eskalator yang kelak mengantarkan umat ini menuju derajat mulia di sisi Allah SWT. Karena saudara-saudari beliau sangat bangga dan menyaksikan saudaranya yang satu ini memiliki talenta dan ketauladanan yang sangat membanggakan. Walaupun demikian, TGH. Abdul Halim tetap bersikap tawadhu dan pengasih terhadap sesama.

Diceritakan pada hari Senin tahun 1898 M, Van Therhout seorang penjajah dari belanda bersama para bala tentaranya mendatangi Desa Sesela untuk mengambil pajak atau upeti secara paksa, kala itu di bawah instruksi kepemimpinan pasukan Amak Nurisyah TGH. Abdul Halim muda ikut melawan dan memerangi para penjajah kala itu, begitu pula pada waktu kedatangan Jepang pada tahun 1942 M-1945 M, TGH. Abdul Halim ikut mengarahkan dan membakar semangat anak muda untuk mengusir penjajah dari Negeri Sesela.

Baca Juga  Kartini, Feminisme, dan Manusia Jenis "Ketiga"

Abdul Halim belajar al-Qur’an dan kitab-kitab kecil (matan) kepada sang ayah sampai ajal menjemputnya, kemudian setelah itu beliau melajutkan belajar mendalami ilmu agama kepada sang guru di sebelah penjuru timur sana TGH. Umar Kelayu murid dari TGH. Amin Sesela, TGH. Abdul Latif Sesela, TGH. Musthafa Sekarbela, TGH. Zainuddin Sumbawa, dan, TGH. Musthofa Gegutu, TGH. Jamali Pagutan, TGH. Ibrahim Al-Khalidy Kediri, TGH. Musthofa Kediri, setelah menimba ilmu pada TGH. Umar Kelayu TGH. Abdul Halim diajak oleh sang guru untuk berhaji sekaligus diam untuk menimba ilmu dan mengambil ijazah thoriqoh al-mu’tabarah dari para ulama-ulama besar di negri makkah sana, salah satunya Syaikh Abdul Karim Al-Bantani.

Setelah kembali dari tanah suci Makkah, TGH. Abdul Halim menikah dengan seorang perempuan salihah bernama Siti Ruqoiyyah yang kemudian melahirkan putra bernama TGH. Ahamad Sarudji, selanjutnya beliau kembali menikah yang kedua kalinya bersama seorang perempuan salihah bernama Siti Aisyah binti Musthafa bin Qhasim, dari istri kedua ini beliau mendapatkan satu putri bernama Siti Hamidah dan satu orang putra bernama TGH. Muhammad Anwar, kemudian TGH. Abdul Halim menikah yang ketiga kalinya bersama seorang perempuan salihah bernama Siti Jamilah yang meliharkan satu orang putra bernama TGH. Abdul Hamid.

TGH. Abdul Halim memulai pengembaraan dakwahnya pada tahun 1919 M, dengan membuka halaqah-halaqah ilmu di rumahnya tepatnya di sekenen (gazebo yang bertiang enam) yang ada di halam rumah beliau dan di masjid-masjid wilayah kecamatan Gunung sari dan Batu Layar khususnya di masjid belek (besar) Jami’ Nurussalam Sesela.Disamping itu  beliau juga sibuk bertani dan aktif menyambung silaturrahmi untuk membangun relasi dakwah dengan para sahabatnya seperti TGH. Badaruddin bin TGH. Umar Kelayu, TGH. Soleh Lopan, TGH. Rais Sekarbela dan Para Tuang Guru lainnya di zaman itu.

Selanjutnya TGH. Abdul Halim membangun mansjid bersama para masyarakat setempat di Dusun Kebun Indah yang pada waktu itu diberi nama Masjid Al-Muttaqin yang kemudian hari ini dikenal dengan nama Masjid Jami’ Al-Halimy Sesela Kebun Indah.

 Selain itu di tahun yang sama 1919 M, beliau juga mulai merintis gerbeng (balai kecil tempat tinggal para santri) yang pertma kali ada di Gunung Sari Batu Layar Lombok Barat, di antara alumni yang berhasil lulus dari gerbeng (Rubath) adalah TGH. Umar bin Abdul Aziz Kapek, TGH. Abdul Hamid bin TGH. Abdul Latif, TGH. Anas Batu Layar, dan TGH. Abdul Hadi bin Sulaiman.

Setelah para masyarakat dan santri yang datang mengaji semakin banyak maka TGH. Abdul Halim merasa perlu untuk mendirikan sebuah madrasah yang menjadi tempat menimba ilmu untuk para santri secara lebih formal, maka pada tahun 1954 beliau mendirikan sebuah madrasah yang diberi nama dengan Madrasah An-Najah Sesela dengan dibantu oleh anaknya TGH. Muhammad Anwar dan cucu pertamanya TGH. Ahmad Sanusi yang kala itu mereka berdua baru selesai menimba ilmu dari Al-Alim TGH. Ibrahim Kediri.

“Selain mendirikan madrasah, jasa beliau yang terkenang di benak masyarakat Sesela adalah pernah memindahkan aliran Sungai Meninting dan Sungai Lauk yang mengapit Desa Sesela, beliau sangat mempedulikan masyarakat kala itu apabila terjadi hujan lebat dan air sungai membesar terjadilah banjir yang menggenangi pemakaman umum Desa Sesela dan rumah rumah warga sekitar, maka dengan penuh kesadaran dan kasih sayang TGH. Abdul membeli tanah-tanah di sekitar sungai lalu mengajak para muridnya untuk memindahkan arah sungai tersebut ke arah yang kita lihat hingga saat ini”

 Selain itu beliau juga pernah membuka jalan yang berada di Desa Medas Gunung sari yang sampai hari ini jalan tersebut masih terus digunakan oleh masyarakat umum. Selain itu TGH. Abdul Halim juga dikenang sebagai seorang dermawan yang selalu mengumpulkan masyarakat fakir miskin untuk diberi makan dan beliu juga sering kali mengadakan sunat massal untuk anak anak kecil yang balita pada waktu itu.

Baca Juga  Rakyat Pemimpin, kan? Ya, Traktir, Dong!

Setelah perjuangan dan pengabdian yang begitu panjang, TGH. Abdul Halim menghembuskan nafas terakhirnya pada Ahad, 23 Muharram 1388 H. Bertepatan dengan 21 April 1968 M. di Rumah Sakit Umum Mataram. guru mulia, sang perintis pesantren itu kembali kepada pangkuan sang Ilahi dengan tenang dan ikhlas. Sebelum meninggal beliau (TGH. Abdul Halim) menyibukkan dirinya selalu berzikir, membaca al-Qur’an serta mengulang-ulang Syair:

إِلَهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلًا ÷ وَلَا أَقْوَى عَلَى النَّارِ الْجَحِيْمِ

فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبِيْ ÷ فَإِنّْكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ

Artinya: Wahai Tuhanku aku tidak pantas menjadi penduduk surgamu, akan tetapi aku juga tidak mampu untuk merasakan pedihnya adzab di dalam nereka mu

Maka terimalah taubat ku dan ampunu segala dosaku, karena sungguh engkau adalah dzat yang maham mengampuni segala macam dan bentuk dosa.

Pesan-pesan TGH. Abdul Halim

“Teruslah belajar dan mengajar, karena keduanya adalah jalan terbaik menuju Allah Swt, maka barang siapa yang meninggal dalam jalan ini, maka sungguh dia meninggal dalam keadaan syahid”

“Teruslah membaca dan mempelajari Al-Qur’an karena tiada teman yang membersamai hingga liang lahat kecuali al-Qur’an”

“Ulama itu ibarat lampu penerang yang bisa menerangi orang-orang di sekitarnya ataupun di bawahnya”

“Besarkan Madrasah ini, Jagalah kesatuan dan persatuan, jangan libatkan madrasah ini ke dalam ranah politik praktis”

Pengakuan Para Ulama Tentang TGH. Abdul Halim

TGH. Siradjuddin Al-Jarinjuwi: “TGH. Abdul Halim adalah ulama besar yang mempuni keilmuannya tetapi di samping itu beliau sangat tawaduk”

TGH. Ibrahim Al-Khalidi Kediri: “TGH. Abdul Halim adalah ulama besar yang sangat tawadu, wira’I, zuhud, dan memiliki berbagai macam keistimewaan dan kelebihan, sungguh akhlaknya di ats ilmunya”

TGH. Umar bin Abdul Aziz Kapek: “TGH. Abdul Halim adalah rujukan saya dalam fatwa”

Sumber Data

Buku Genologi TGH. Abdul Halim, Penulis Drs. TGH. Munajib Kholid

Buku Antologi Cerita Rakyat Pitutur Negri Sesela, Penulis Partispan Bepupek 2023

Wawancara keluarga besar dan keturunan TGH. Abdul Halim

Wawancara Para Tetua Desa Sesela dan Alumni-Alumni Senior Ponpes Al-Halimy di Gunung Sari Batu Layar Khususnya dan di Pulau Lombok Umumnya

 

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *