Indonesia dikenal sebagai negara dengan keragaman budaya yang kaya, di mana setiap daerah memiliki tradisi dan adat istiadat yang unik. Di antara sekian banyak tradisi yang ada, prosesi Merariq dari Lombok dan pernikahan adat Bima di Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi contoh menarik bagaimana dua tradisi yang berbeda dapat bersatu dalam harmoni. Artikel ini akan membahas kedua prosesi tersebut, menyoroti elemen-elemen kunci yang menciptakan keselarasan di tengah perbedaan.
Merariq adalah sebuah tradisi pernikahan yang berasal dari masyarakat Sasak di Lombok. Prosesi ini dikenal dengan ritual yang melibatkan penculikan pengantin wanita oleh pihak pria, yang dilakukan dengan cara yang penuh makna dan simbolis. Meskipun terlihat sebagai tindakan paksaan, dalam konteks budaya Sasak, ini merupakan bentuk ungkapan cinta dan komitmen.
Ritual dan Makna
Pertama, penculikan: Dalam prosesi Merariq, pria akan “menculik” wanita yang dicintainya dengan persetujuan keluarga. Ini bukanlah tindakan kriminal, melainkan bagian dari tradisi yang telah berlangsung lama. Kedua, negosiasi Keluarga: Setelah penculikan, keluarga pria akan melakukan negosiasi dengan keluarga wanita untuk membahas mahar dan persyaratan pernikahan. Proses ini mengedepankan dialog dan saling menghormati antara kedua belah pihak.Ketiga, upacara Adat: Setelah semua persetujuan tercapai, upacara pernikahan dilaksanakan dengan berbagai ritual adat seperti pembacaan doa, tarian tradisional, dan penyajian makanan khas.
Pernikahan Adat Bima
Di sisi lain, pernikahan adat Bima juga memiliki keunikan tersendiri. Masyarakat Bima dikenal dengan tradisi yang kaya akan simbolisme dan nilai-nilai kekeluargaan. Pernikahan di Bima biasanya melibatkan serangkaian ritual yang panjang dan rumit.
Ritual dan Makna
Kedua, ritual Adat: Pernikahan adat Bima melibatkan berbagai ritual seperti pengantaran seserahan, pembacaan doa, serta tarian tradisional yang menggambarkan kebudayaan lokal. Ketiga, perayaan Bersama: Setelah upacara inti, biasanya diadakan perayaan besar-besaran yang melibatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat setempat. Ini menjadi ajang untuk memperkuat ikatan sosial antar komunitas.
Harmoni dalam Perbedaan
Meskipun prosesi Merariq dan pernikahan adat Bima memiliki cara dan simbolisme yang berbeda dalam merayakan cinta dan komitmen, keduanya menunjukkan bahwa tradisi dapat saling melengkapi satu sama lain.
Kesamaan Nilai
Pertama, keluarga sebagai inti: Baik dalam Merariq maupun pernikahan adat Bima, keluarga memegang peranan penting. Keterlibatan orang tua dan kerabat dalam setiap langkah prosesi menunjukkan betapa pentingnya dukungan keluarga dalam membangun hubungan.Kedua, penghormatan terhadap tradisi: Kedua prosesi ini menekankan pentingnya menghormati tradisi masing-masing. Masyarakat Sasak dan Bima sama-sama menjaga warisan budaya mereka sambil beradaptasi dengan perubahan zaman.
Ketiga, perayaan komunitas: Kedua acara tersebut tidak hanya menjadi momen bagi pasangan pengantin tetapi juga menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk berkumpul, merayakan kebersamaan, dan memperkuat ikatan sosial.
Seni dan Budaya sebagai Jembatan
Seni budaya menjadi jembatan penting dalam menyatukan kedua tradisi ini. Melalui seni tari, musik, dan kuliner khas masing-masing daerah, masyarakat dapat saling mengenal dan menghargai keunikan satu sama lain. Pertunjukan Seni: Dalam beberapa acara pernikahan modern, elemen-elemen dari kedua budaya sering kali digabungkan. Misalnya, penampilan tarian Sasak dalam acara pernikahan adat Bima atau sebaliknya.
Kulinari: Makanan merupakan bagian integral dari setiap upacara pernikahan. Menghadirkan hidangan khas dari kedua daerah dapat menjadi simbol persatuan di tengah keragaman. Pakaian Adat: Pengantin sering kali mengenakan pakaian adat dari kedua budaya sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan masing-masing.Prosesi Merariq dari Lombok dan pernikahan adat Bima adalah contoh nyata bagaimana dua tradisi berbeda dapat bersatu dalam harmoni tanpa menghilangkan identitas masing-masing. Dengan saling menghargai dan memahami nilai-nilai budaya satu sama lain, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis.
Melalui kolaborasi seni budaya serta keterlibatan komunitas dalam merayakan perbedaan ini, kita dapat melihat bahwa keragaman bukanlah penghalang tetapi justru kekuatan yang memperkaya kehidupan sosial kita sebagai bangsa Indonesia. Ini adalah pelajaran berharga bahwa dalam keragaman terdapat keindahan yang harus dirayakan bersama-sama.
Ilustrasi: dimensiindonesia.com
Mahasiswa Magister Hukum Keluarga Islam Pascasarjana UIN Mataram





