Sosialisasi Perpres Pencegahan Ekstremisme di NTB: La Rimpu Kolaborasi dengan Berbagai Pihak

Sekolah Rintisan Perempuan untuk Perdamaian (La Rimpu) bekerja sama dengan AMAN Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi NTB, melaksanakan sosialisasi perpres tentang pencegaham ekstremisme.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber ahli dari berbagai latar belakang sebagai pemantik diskusi, antara lain: Zaim Nasution (Direktur Kerja Sama Regional dan Multilateral BNPT), Lalu Abdul Wahid, S.H., M.H. (Kepala Bakesbangpol Provinsi NTB), Dwi Rubiyanti Kholifah (Direktur AMAN Indonesia), dan Prof. Dr. Suprapto, M. Ag. (Peneliti dan Guru Besar UIN Mataram).

Selain itu, hadir juga memberikan sambutan Andhika Chrisnayudhanto (Deputi Kerja sama Internasional BNPT) dan Prof. Atun Wardatun, M.Ag., M.A., Ph.D. (Direktur La Rimpu), dan Miss Ellen (Australian Embassy Jakarta).

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Agustus 2022 di Hotel Prime Park Lombok. Dihadiri para undangan dari lintas organisasi kemasyarakatan, sosial, keagamaan, dan profesi. Serta beberapa perwakilan dari perguruan tinggi dan dinas-dinas terkait yang ada di wilayah Provinsi NTB, baik secara online maupun offline.

Para peserta yang hadir merupakan stakeholders yang memiliki peran yang sangat besar di masyarakat yang diharapkan mampu secara bersama-sama menyusun draft rencana aksi daerah penanggulangan ekstremisme (RAD-PE) yang terdiri dari tiga pilar, yaitu: pencegahan, penegakan hukum, dan kemitraaan/kerja sama, dan selanjutnya diusulkan kepada Gubernur NTB selaku pemangku kebijakan.

Dalam sambutannya, Direktur La Rimpu, Prof. Atun Wardatun memberikan apresiasi kepada AMAN Indonesia sebagai partner kerja sama La Rimpu dan menegaskan bahwa La Rimpu hadir untuk merubah stigma tentang perempuan sebagai sumber fitnah, tetapi perempuan merupakan sumber perdamaian.

Dalam hal penanggulangan ekstremisme, perempuan harus menjadi garda terdepan terutama untuk menjaga keluarga dari paham-paham radikal yang masuk melalui berbagai cara. Sehingga akhir dari kegiatan sosialisasi ini adalah penyusunan RAD-PE yang salah satunya memberikan ruang kepada perempuan untuk terlibat secara aktif dalam perumusan maupun pelaksanaan di lapangan.

Baca Juga  Menepis Mitos Menjadi Penulis

Pada akhir sesi, panitia menjaring masukan atau usul-saran dari para perserta yang hadir secara offline, kemudian ditindaklanjuti dengan membentuk tim penyusunan draft RAD-PE sebagai usulan untuk pemerintah daerah.

Sebagai penutup, Prof. Atun Wardatun yang memandu diskusi memberikan penguatan bahwa kita harus mengutamakan pendekatan the whole government and society seperti yang disampaikan oleh Zaim Nasution karena penanganan ekstremisme harus dilakukan secara holistik dan melibatkan seluruh unsur dan lapisan masyarakat sehingga peran serta kita menjadi sangat penting untuk menangkal paham ini.[]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *