Arif dan Dewasa di Ruang Virtual

KEMUDAHAN yang kita rasakan sebagai dampak perkembangan teknologi saat ini, tak sedikit membuat kita kebablasan dalam menyikapinya. Hampir semua cerita tentang siapa saja, di belahan dunia mana saja, dapat kita akses dan terima dengan mudah di mana saja dan kapan saja.

Kondisi itu terkadang membuat kita tidak mampu mengontrol diri, baik dalam memposting sesuatu ataupun mengonsumsi postingan yang pantas dan tak pantas dalam ruang virtual.

Terlalu indah rayuan di ruang virtual, sehingga menghipnotis pemikiran sehat kita dalam menikmatinya, dan dengan rayuan itu sangat mungkin bagi kita untuk tidak mampu menggunakan pemikiran sehat dalam melakukan aksi dan reaksi terhadap apa yang kita lihat, kita tonton, dan kita baca.

Penting bagi kita untuk selalu mawas diri dan berhati-hati terutama dalam menggunakan pemikiran sehat saat memosting dan mengonsumsi postingan di media sosial, agar tidak terjebak pada tindakan yang tidak sehat dan tidak dewasa.  

Iming-iming akan mendapatkan keuntungan, mendapatkan bonus, dan mendapatkan kemudahan akses, sering kali membuat kita tergiur dan lupa untuk mengedepankan pemikiran sehat dan kritis.

Baca juga: Ibu, Rahim Peradaban

Demikian pula iming-iming gratisan tanpa bayar, sering kali membuat pemikiran sehat kita tidak berfungsi untuk menyaring apa yang pantas dan tidak pantas untuk dilihat, ditonton, dibaca, dan disebar.

Apalagi ada iming-iming bahwa menyebarkan kebenaran tak perlu bersusah payah, tetapi cukup hanya dengan memainkan jari jemari. Tawaran ini sering kali membuat gerakan jari jemari kita tak terkontrol, sehingga pemikiran sehat pun menjadi tidak mampu memilah antara bacaan, tontonan, dan konten yang benar dan yang hoaks.

Ingatlah, bahwa yang memosting dan yang mengonsumsi postingan pada ruang virtual, memiliki posisi yang sama dalam ukuran standar perbuatan baik dan buruk. Jika di-qiyas-kan dengan perbuatan suap menyuap, di mana kata Rasul saw, bahwa yang memberi suap dan yang menerima suap sama-sama di neraka. Maka orang yang memosting dan yang mengonsumsi postingan akan mendapatkan nilai amalan yang sama, bergantung dari material yang diposting. 

Baca Juga  Ramadhan: Relasi Harmonis dengan Tuhan

Patut kiranya untuk kita berhati-hati, bahwa seluruh aksi dan reaksi yang kita lakukan, baik dalam ruang nyata maupun ruang virtual, akan tercatat dengan rapi dalam catatan yang amat teliti. Apakah aksi itu dilakukan secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, semuanya akan tercatat di sisi Tuhan. 

Dan sadarilah bahwa dalam sistem pencatatan Tuhan, tak ada revisi, tak ada editing dan tak ada tip ex yang dapat menindih bekas aksi dan reaksi yang kita lakukan, sehingga bekasnya menjadi hilang, namun dia akan tetap menjadi tulisan tentang diri kita kapan dan di mana aksi dan reaksi itu terjadi, tidak akan pernah tergantikan.

Mā yalfiẓu ming qaulin illā ladaihi raqībun ‘atīd”.Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. Demikian Tuhan menegaskan kondisi itu pada surat Qaf ayat 18.

Dalam ruang virtual, entah disengaja atau tidak, kita dapat melihat dengan jelas bagaimana ruang aksi itu tersaji dengan atmosfer yang sangat arif dan ramah bagi siapa saja yang ingin menampakkan eksistensi dirinya, dengan ruang posting yang tak berbayar, dan begitu juga untuk ruang konsumtif yang disajikan dengan begitu menggiurkan.

Maka dalam memasuki ruang virtual, penting kita ingat bahwa di dalam ruang itu tidak ada reviewer, tidak ada editor, dan tidak ada penilaian kelayakan, semua yang masuk pada ruang itu sangat layak. Para konsumenlah yang didaulat secara tak langsung untuk menjadi reviewer, editor, dan penilai atas kelayakan materi yang dikonsumsi.

Ruang virtual hanya mengusung prinsip dan visi berbagi, tetapi muatan konten yang dibagi tidak menggunakan standar orang-orang atau kelompok dan komunitas tertentu, tidak pula dibatasi konten tertentu. Bisa material kebaikan dan kebermanfaatan, atau bisa juga keburukan atau gambar dan berita bohong, karena antara konten kebaikan dan keburukan tidak pernah sama dalam pandangan orang yang berbeda.

Baca Juga  Menyoal Sifat Asasi Manusia

Kita sangat gampang menemukan konten yang berisi nasehat, dakwah, atau kajian-kajian keagamaan dan gambar-gambar religi atau konten yang menyentuh sisi sosial dan kemanusiaan, tetapi juga tidak sulit menemukan berita-berita hoaks, fitnah, cacian, dan gambar-gambar tak senonoh atau tak pantas.

Kita perlu memiliki kemampuan dan kedewasaan yang cukup dalam menyikapi kebebasan aksi dan reaksi di ruang virtual, sehingga kita tertuntun dalam menyajikan sesuatu yang pantas untuk diposting dan tertuntun pula dalam mengonsumsi postingan yang layak.

Baca juga: Moderasi dan Tantangan Agama di Era Digital

Jangan pernah mengira bahwa apa yang tersaji di ruang virtual dan sikap kita terhadap material yang ada di dalamnya, terbebas dari tanggung jawab. Apa yang kita sajikan untuk dikonsumsi dan dinikmati oleh mata, telinga, dan hati atau pikiran di mana saja dan di dalam ruang apa saja, secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, akan kita pertanggungjawabkan.

Innas-sam’a wal-baṣara wal-fu`āda kullu ulā`ika kāna ‘an-hu mas`ụlā”. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggunganjawabnya (QS. Al Isra’ ayat 36).[]


1 komentar untuk “Arif dan Dewasa di Ruang Virtual”

  1. Barakallah ayahnda…alhmdulillah selalu bersyukur ketika ada jembatan yg penghubung antara kita melalui tulisan2 indah penuh m@faat yang menjadi cerminan, inspirasi,semangat dan motivasi untuk menjadi lebih baik kedepannya…
    Doakan kami ayahanda…
    Ingatlah kami dalam setiap doa2 baikmu….

    Salam rindu,,
    Semoga sehat selalu,,aamiin
    Aamiin yaa Mujibassailiin 🤲

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *