Berpuasa Siang dan Malam

SYARIAT berpuasa di bulan Ramadan pada hakikatnya berlatih mengontrol dan menahan diri sepanjang waktu dalam bilangan tiga puluh hari, dengan harapan bahwa kebiasaan takwa yang dilatihkan akan menjadi bagian kepribadian dan karakter.

Tuhan menjelaskan tentang perintah puasa di dalam firman-Nya di  surah al-Baqarah ayat 183, bahwa aktivitas berpuasa itu dilakukan agar orang beriman mencapai derajat ketakwaan.

Takwa dalam ayat Tuhan tersebut merupakan harapan yang harus dicapai, dalam bentuk pribadi yang mencirikan ketakwaan, yakni menjalankan aktivitas orang-orang bertakwa sepanjang hari dan terus menerus, bukan hanya ketika berpuasa, tapi untuk bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya.

Kemudian takwa juga merupakan predikat yang dijanjikan Tuhan bagi seseorang yang mempuasakan Ramadan dengan dasar iman. Sebagai predikat yang harus diraih, maka takwa itu harus diperjuangkan dengan serius dan sungguh-sungguh, bukan predikat yang bisa didapatkan dengan berpangku tangan, sekadar berharap belas kasihan Tuhan, akan tetapi ia harus dikejar dan direbut oleh seorang hamba, dengan niat tulus, ibadah yang sungguh-sungguh, dan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Ramadan: Menyelentik Hidup Minimalis

Jadi takwa sebagai capaian dari pendidikan Ramadan hendaknya menjadi perilaku yang melekat dan kepribadian yang berkelanjutan, bukan hanya nampak di sepanjang Ramadan, akan tetapi nampak di sepanjang hidup seorang hamba dan mewujud dalam bentuk perilaku nyata.

Di kalangan ulama salaf, ada ungkapan yang cukup indah, “Kun Rabbaniyyan, wala takun Ramadhaniyyan”. Jadilah  kalian hamba-hamba Tuhan yang Rabbani (sepanjang waktu), bukan menjadi hamba Tuhan hanya di bulan Ramadan.

Untuk mewujudkan diri sebagai seorang hamba yang beriman, maka praktik puasa yang kita jalankan hendaknya dilaksanakan sepanjang waktu selama satu bulan di bulan Ramadan, dari terbit fajar hingga matahari terbenam, dan dari bergantinya hari dengan malam hingga terbit fajar lagi. Idealnya sebagai orang beriman harus berpuasa sepenuh waktu di bulan Ramadan, bukan hanya di siang hari.

Baca Juga  Aku Butuh Kejujuranmu

Selama ini kita lebih dominan berpuasa hanya di siang hari, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, setelah cahaya matahari tertelan oleh gelapnya malam, sebagian besar dari kita tidak lagi sedang berpuasa.

Mestinya dalam aktivitas apa saja, sedang di mana saja, dalam kondisi yang bagaimana saja, dan dalam nuansa seperti apa saja, selama kita berada di bulan Ramadan, hendaknya pada seluruh putaran waktu siang dan malam selama satu bulan, kita tetap pada kondisi berpuasa (mengontrol dan menjaga diri).

Saat  berbuka kita terkadang lupa bahwa kita sedang dalam waktu berpuasa, sehingga semua benda yang berbentuk makanan dan minuman kita santap dengan lahap dan kalap, dengan persepsi bahwa selama seharian kita telah menahan diri dari segala macam makanan dan minuman.  

Maka saat berbuka puasa seperti seorang yang balas dendam atas penderitaan menahan diri dari lapar dan dahaga, kita tidak ingat lagi tentang puasa, yang kita rasakan bahwa kita sedang berbuka, sehingga apa pun yang tersaji disantap dengan lahap.

Idealnya pada saat menikmati sajian berbuka puasa, hendaknya kita tetap ingat sedang berada dalam kondisi berpuasa, sehingga tidak semua sajian makanan dan minuman tertelan, tetapi cukup sesuai kebutuhan orang berpuasa yang sedang berbuka.   

Demikian pula pasca berbuka puasa, apa yang tertahan di siang hari seakan-akan harus terbayar di malam hari, ada yang mengisi malamnya dengan main-main, ngerumpi sampai tidak sadar dirinya mengghibah, ada yang terus-menerus ngemil (makan makanan ringan), ada yang nongkrong, dan masih banyak lagi bentuk aktivitas lainnya yang melalaikan.

Baca juga: Ramadan: Balas Dendam Ketakwaan

Cobalah untuk berusaha berpuasa dari hal-hal yang tidak bermanfaat, sekalipun melakukannya di malam hari. Termasuk juga berusaha untuk berpuasa dari memikirkan dan merencanakan hal-hal yang tidak pantas. Waktu-waktu di malam hari di bulan Ramadan harus tetap dalam posisi berpuasa dari aktivitas-aktivitas yang melalaikan, diganti dengan aktivitas yang bernuansa puasa yang bernilai ibadah.

Baca Juga  Dari Tuhan dan Kembali ke Tuhan

Kemudian kita juga harus berpuasa dari tidur yang berkepanjangan, perjalanan waktu malam sepanjang dua belas jam hendaknya kesempatan tidur dipuasakan dengan cara mengurangi tidur, dan memanfaatkan waktu untuk terjaga salat di pertengahan malam hingga waktu sahur.

Jangan kita fungsikan rumah itu hanya sebagai tempat untuk tidur dan makan, agar tidak sama statusnya dengan rumah hewan dan makhluk lain (baca: kandang atau sangkar), namun digunakan untuk tilawatil qur’an, qiyamul lail, dan memperbanyak istigfar.

Begitu tiba waktu sahur, maka menyantap makanan yang tersaji  hendaknya tetap pada posisi berpuasa, yakni menikmati sajian makanan yang sederhana dan tidak berlebihan. Ingatlah, bahwa nilai aktivitas makan sahur, bukan pada banyaknya porsi yang harus dimakan, akan tetapi pada nilai keberkahannya.

Pada akhirnya untuk menggapai kualitas ibadah puasa di bulan Ramadan, kita harus segera menyadari bahwa orang-orang yang beriman hendaknya berpuasa sepanjang waktu di bulan Ramadan, bukan hanya di siang hari.

Situasi berpuasa tetap kita pertahankan, baik sebelum berbuka puasa, saat berbuka puasa, dan pasca berbuka puasa, tetaplah kita berada pada kondisi sedang berpuasa, berusaha untuk mengontrol dan menahan diri sepanjang waktu di bulan Ramadan.[] 

         

1 komentar untuk “Berpuasa Siang dan Malam”

  1. Mantap benar
    Semoga bisa menjadi spirit tuk selalu gairah dan penuh sukacita meraih berkah dan ampunan Allah swt. Amiin

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *