EMBUN masih memeluk hari saat kami menapakkan kaki keluar kapal di Pelabuhan Padang Bai. Dengan wajah sedikit kuyu, menenteng bawaan masing-masing kami berjalan menuju mobil travel yang sudah menjemput kami. Mungkin rasanya kurang seru jika setiap perjalanan tidak dipenuhi dengan cerita “huru-hara” penuh gelak tawa dan sedikit “tragedi” yang memancing senyum.
Dalam mobil semua sibuk menikmati bekal yang dibawa mulai dari role pisang, lemper, arem arem, permen pala hingga opak opak (jajanan tradisional yang terbuat dari singkong). Suasana pasar tradisional seolah tumpah ruah seketika di mobil. Perjalanan pertama dimulai dengan tujuan Tanah Lot.
Kami sangat menikmati suasana sepanjang perjalanan. Deretan rumah dengan sentuhan ornamen khas penduduk setempat memanjakan mata. Sambil sesekali menelisik tempat sarapan yang representatif. Sudah biasa jika warga “+62” jika belum makan nasi, maka akan bilang belum makan.
Warung Soto Cak Man yang terkenal enak itu terlewati karena mata kami kurang awas, akhirnya kami mampir di warung pojok Jawa untuk sarapan. Selesai sarapan kami melanjutkan perjalanan hingga tiba di parkiran Tanah Lot. Mengapa parkiran, karena kami belum mandi dan tentu saja kami ingin cantik jelita sebelum sesi foto selfi dimulai.
Masyaa Allah, Pesona Tanah Lot benar-benar memasung mata. Mungkin sahabat akan sepakat dengan saya bila menyaksikan sendiri atau jika belum sempat pastikan jika anda berlibur ke Bali tempat ini menjadi tujuan Anda.
***
Bedugul adalah tujuan perjalanan kami selanjutnya yang merupakan salah satu destinasi andalan di Bali. Saat menuju Bedugul saya teringat ketika menuju jalur puncak Sembalun, Lombok Timur. Yah sebelas dua belaslah. Meski tanjakannya tidak terlalu seekstrim dan menguji nyali seperti jalur Sembalun. Tetapi sama-sama menyuguhkan pesona yang mampu menghipnotis.
Daerah dengan ketinggian 1.250 mdpl memiliki udara yang sejuk dengan deretan buah durian, markisa, dan sayur-sayuran segar yang memanjakan mata sepanjang sisi jalan yang dijual pedagang. Melihat ini saya juga teringat jalur ke Telaga Sarangan, Magetan, Jawa Timur. Dengan deretan hasil bumi, pesona danau, dan cuaca yang sama.
Tepat di depan pintu gerbang masuk Bedugul, kami mampir di warung Taliwang Lombok dan memesan menu sesuai selera. Di daftar menu saya melihat ada plecing kangkung Lombok (pecinta plecing sejati) sementara suamiku sangat penasaran dengan ayam betutu. Ayam betutu yang sangat nikmat kami rasa dengan balutan rempah yang sangat menggugah selera.
Setelah makan siang, kami menuju danau Beratan, danau di Bedugul ini sangat bersih, dipenuhi dengan berbagai macam jenis bunga yang memukau serta pesona pura yang berada di pinggir danau. Pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri tumpah ruah di sini. Terlihat saat memasuki pintu masuk dengan bus-bus besar dan kendaraan berbagai jenis yang ada di parkiran. Dan antri berfoto di depan danau dan spot foto lainnya.
Puas berkeliling kami menuju Vila Lake View atas rekomendasi pemilik rumah makan Taliwang tadi. Vila dengan spot danau Beratan yang sangat indah dan fasilitas yang sangat baik dengan harga yang juga tidak terlalu menguras kantung (versi kami). Letaknya yang sangat strategis karena dekat dengan fasilitas umum (pasar tradisional) dan masjid yang sangat megah dan besar tepat di kiri jalan menuju arah Kebun Raya Bali.
***
Seharian eksplor Tanah Lot dan Danau Beratan membuat badan kami sedikit lelah dan tentu saja malamnya kami semua tidur dengan nyenyak. Dan saat menyambut pagi badan terasa sangat fresh apalagi ditemani secangkir jahe merah hangat dan sepotong roti.
Dari rooftop penginapan, dapat kami saksikan matahari pagi ini tersenyum malu-malu dibalik mendung dan menyajikan landscap yang indah di danau. Maha Besar Allah SWT yang menyajikan lukisan alam yang indah. Rasa syukur menyesaki dada menyaksikan ini semua.
Tepat pukul delapan pagi semua sudah siap untuk cek out dan berjalan menuju parkiran menunggu jemputan yang akan mengantar kami menuju Kebun Raya Bali. Sembari menunggu jemputan kami mengisi waktu untuk belanja oleh-oleh di pasar tradisional yang berada persis di sebelah kiri pintu gerbang vila. Beberapa panganan ringan dan buah markisa menjadi sasaran belanja. Dan tak lupa tiga buah durian ukuran sedang sukses masuk ke keranjang belanja. Niatnya akan kami eksekusi bersama di kebun raya.
Tak lama, jemputan datang dan kami menuju Kebun Raya Bali. Suasana kebun raya ini hampir sama dengan Kebun Raya Bogor dengan pepohonan yang rimbun dan udara yang sangat lembab dan sejuk. Kami hirup oksigen murni tanpa polutan ini dengan rasa bahagia agar bisa memonopoli ruang dalam paru paru.
Dan tak lupa mencari tempat spot foto yang menarik. Sekilas deretan pohon yang menjulang ini (entah apa namanya) sepanjang jalur danau mengingatkan deretan pohon yang ada di hutan pinus Jogja. Mobil berhenti di spot danau yang membuat kami tak henti melantunkan tahmid, takjub atas keindahan ciptaan-Nya.
Di parkiran, kami ingat dengan buah berduri yang sempat kami beli. Di area parkiran dengan beralaskan spanduk bekas kami menikmati durian lokal Bali yang sangat manis dan enak dengan harga yang cukup murah. Puas meng-eksplore kebun raya kami lanjut ke Bloom Garden (taman bunga) yang menurut kami sangat keren dan indah. Sangat tertata dan membuat kami terkagum-kagum. Tak terasa kami menghabiskan banyak waktu di Bloom Garden dan memutuskan agar secepatnya kembali ke mobil.
Sebenarnya bukan hanya itu alasan kami cepat pulang, tetapi ada hal yang membuat kami “dipaksa pulang”. Karena dalam rombongan ada ibu kepsek dan calon pengawas yang akan dilantik secara mendadak dan harus berada di Lombok pada hari Kamis, 22 Juni 2023.
Mobil kembali bergerak menuju Kuta untuk trip selanjutnya. Sayang saat perjalanan menuju Kuta kami dijebak macet dan sampai hotel hampir petang. Hotel kami berada persis di depan pantai Kuta dan sedikit masuk ke jalan sempit yang hanya cukup satu mobil.
Jujur saat memasuki hotel dan mengamati suasana sekitar, saya merasa “asing” di negeri sendiri. Karena hotel itu dikepung oleh mayoritas bule. Saya merasa sangat tidak nyaman. Itu juga salah satu alasan mengapa saya ikut suami pulang lebih awal dari rencana semula meninggalkan rombongan yang lain.
Alhamdulilah suami juga ikut dilantik sebagai pengawas Lombok Barat melalui jalur khusus Guru Penggerak (indahnya jadi guru penggerak) Dan cerita kami harus berakhir sebelum waktunya dan meninggalkan rombongan yang masih akan berkunjung ke destinasi wisata yang lain.[]
Guru di SMPN 2 Labuapi