Ahad, 24 Desember 2023, Sekolah Rintisan Perempuan untuk Perubahan (La Rimpu) melaksanakan kegiatan La Rimpu Award untuk memperingati lima tahun La Rimpu berkontribusi untuk gerakan pemberdayaan perempuan di Bima.
Kegiatan yang dilaksanakan di Kalikuma, Ule, Kota Bima dihadiri perwakilan delapan desa binaan dari tahun 2018 sampai 2023 yakni Desa Ngali-Renda, Desa Kalampa-Dadibou, Desa Nanga Wera-Wora, dan Desa Roi-Roka.
Yayasan yang mengusung jargon mahawo, manggawo, marimpa ini sejak 2018 telah banyak berkontribusi bagi penguatan agensi dan kapasitas bertindak perempuan sebagai agen perdamaian dan perubahan sosial. Tak mengherankan, selama lima tahun berkiprah, dalam beberapa testimoni yang disampaikan ibu-ibu penggerak La Rimpu dari beberapa desa binaan banyak mengungkapkan perkembangan yang luar biasa hebat dan terus berkiprah untuk La Rimpu.
“Saya tidak bisa berbicara banyak, karena, jika tidak salah awalnya La Rimpu hanya berenam sampai berkembang seperti sekarang. Itu semua berkat dorongan dari direktur untuk menghadirkan La Rimpu di setiap desa di Bima.” Ungkap Muslihah, perwakilan dari desa binaan Ngali-Renda.
Perkembangan La Rimpu sampai saat ini tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin direkturnya, Prof. Atun Wardatun yang terus mendorong kerja sama dan integrasi kerja dengan beberapa stakeholders baik dari pemerintah, birokrat, maupun beberapa lembaga untuk urun tangan dalam kerja pemberdayaan perempuan ini.
Selain kegiatan pemberdayaan di desa binaan, La Rimpu juga kerap mengadakan kegiatan capacity building untuk membangun agensi dan kepercayaan diri bagi fasilitator sebelum terjun ke lapangan.
Dalam sambutannya, Prof. Atun Wardatun mengungkapkan bahwa sampai hari ini, La Rimpu telah memiliki fasilitator sampai generasi keempat sejak 2018 dari berbagai latar belakang. Belakangan, beberapa fasilitator juga sedang menempuh pendidikan di Australia melalui skema beasiswa.
“Jadi saya juga kadang-kadang kaget melihat identitas para fasilitator ini, ada yang sudah menempuh jenjang S2 dan tahun ini kami mendapat blessing dari Allah bahwa beberapa fasilitator sudah lulus menjadi ASN.” Ungkap peraih Perempuan Inspirasi Kabupaten Bima 2018 ini.
Selain itu, Prof. Atun Wardatun juga menjelaskan bahwa, pada tahun 2024 nanti, La Rimpu juga telah bekerja sama dengan salah satu lembaga PBB: UN Women. Kerja sama tersebut merupakan bentuk kepercayaan masyarakat dunia yang diamanahkan untuk La Rimpu. Pengakuan tersebut menjadi cambuk bagi La Rimpu untuk terus berkiprah dan memperpanjang nafas perjuangan bagi pemberdayaan perempuan.
“Saya selalu tanamkan pada La Rimpu, ada dua hal yang tidak boleh kita sia-siakan yakni kesempatan dan amanah. Amanah sekecil apa pun harus dikerjakan sebaik-baiknya dan amanah yang besar mencari kita.” Tegasnya.
Dalam pemaparannya, Prof. Atun Wardatun juga mengungkap beberapa tantangan yang dihadapi La Rimpu selama lima tahun berkiprah di antaranya: komunikasi dan intensitas pergaulan La Rimpu dengan partisipan dinilai masih kurang dan semangat La Rimpu yang diibaratkannya seperti iman: yazidu wa yankus (naik-turun).
Tamu undangan lain yang juga hadir ialah Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri dan Pj. Wali Kota Bima, H. Muhammad Rum. Dalam sambutannya Bupati Bima berharap kegiatan La Rimpu Award ini sebagai penyemangat untuk terus menunjukkan dedikasi dan memacu peran perempuan untuk semakin terlibat dalam upaya penyelesaian konflik dan bina damai. Dengan perdamaian tersebut, Bupati Bima berharap terbukanya beragam kesempatan dan akses untuk anak-anak merdeka belajar, orang tua bekerja, dan perempuan untuk mendukung ekonomi keluarga.
Selain itu, Bupati Bima juga mengungkapkan perhatiannya pada kaum perempuan. “Sekali lagi, saya selalu membanggakan kaum perempuan, karena perempuan dari hari ke hari mampu menunjukkan dedikasi dan eksistensinya berperan dalam upaya pembangunan masyarakat.” Ungkap Bupati perempuan pertama di NTB ini.
Hal senada juga disampaikan oleh Pj. Wali Kota Bima, beliau menyampaikan bahwa kerja pemberdayaan perempuan seperti yang dilakukan oleh La Rimpu ini harus menjadi gerakan yang kolektif bersama. Tidak ada lagi sekat-sekat administratif kota/kabupaten yang terlalu kaku.
“Bima secara umum, saya sepakat dengan ibu bupati, tidak ada perbedaan di antara kita kota/kabupaten.” Ungkapnya.
Di akhir acara, Penganugerahan La Rimpu Award diberikan kepada delapan desa binaan dengan beragam kategori di antaranya kategori desa dampingan terkompak dianugerahkan kepada Desa Kalampa-Dadibou, terproduktif diraih Desa Renda-Ngali, kategori desa dampingan terkesan diperoleh Desa Nanga Wera-Wora dan kategori desa dampingan terantusias diraih Desa Roi-Roka.[]
Ilustrasi: Kalikuma Studio