Yang Hilang dari Kita: Akhlak!

JUDUL di atas terinspirasi dari salah satu buku Prof. Quraish Shihab, buku ini sangat bagus karena mengupas tentang akhlak secara holistik. Inti agama itu adalah akhlak.  Beragama dengan menjalankan ritual-ritual agama seharusnya menghasilkan suatu akhlak yang baik. Karena agama itu berasal dari Tuhan, dan agama itu diperuntukkan buat manusia.  Tuhan menciptakan manusia dan melengkapinya dengan fasilitas dalam kehidupan dunia ini. Tuhan yang paling tahu tentang eksistensi manusia, dan Tuhanlah yang memberikan kepada manusia kompas kehidupan dalam mengatur kehidupan di dunia ini.

Untuk menjadi manusia yang berakhlak,  manusia mesti melakukan komunikasi dengan Tuhan lewat ritual-ritual yang diajarkan dalam agama.  Seluruh ajaran agama yang sudah dimodifikasi dalam berbagai ajaran-ajaran ritual itu tidak ada yang bertentangan dengan fitrah kemanusiaan,  sebab agama itu sendiri adalah fitrah,  biasa disebut dengan fitrah munazzalah, fitrah yang diturunkan  kepada manusia.

Bukan hanya fitrah munazzalah yang diberikan kepada manusia, tetapi juga fitrah yang dalam bahasa Cak Nur, fitrah majbulah, fitrah yang sudah ada dalam diri kita sebelum dilahirkan ke dunia ini, fitrah yang ditiupkan oleh Tuhan sebelum kita lahir. Betapa lengkapnya fasilitas yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan lainnya.

Dalam perspektif ajaran agama, manusia menempati posisi yang sangat istimewa di hadapan Tuhan. Dalam surah at-Tiin, “Sungguh Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik sebaiknya”. Di ayat yang lain di surah al-Isra: 70. “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam”, kedua ayat ini memberikan keistimewaan khusus kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk  Tuhan yang lain.

Dari segi penciptaan, Tuhan menggunakan kata ahsani takwim, dalam bentuk yang paling baik, dari segi fisik atau bentuk manusialah yang teratas dibanding dengan makhluk Tuhan yang lain. Kemudian di ayat yang lain lebih spesifik lagi karena menyangkut  substansi dari manusia. Di mana, letak kemuliaan manusia, sehingga Tuhan memberikan legitimasi sebagai makhluk yang sangat mulia.

Dalam kelanjutan ayat ini, manusia diangkut di darat maupun di lautan, artinya bahwa manusia dapat mengakses apa yang ada di laut maupun yang ada di darat, kemudian Tuhan memberikan rezeki kepada manusia dari yang baik-baik, dan Tuhan memberikan kelebihan yang banyak kepada manusia jika dibanding dengan makhluk-makhluk Tuhan lainnya.

Jadi manusia yang tidak memfungsikan fasilitas yang diberikan oleh Tuhan berupa agama yaitu fitrah munazzalah dan fitrah majbulah atau fitrah yang ada dalam diri manusia itu akan mengalami degradasi moral, atau kebangkrutan moral karena meninggalkan jati diri mereka sebagai manusia.

Itulah perangkat-perangkat yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia sehingga mendapat predikat sebagai makhluk yang teristimewa.  Namun demikian kita sebagai manusia kurang menyadari atau lupa dengan fasilitas yang sangat berharga tersebut,  kita kebanyakan berjalan tanpa kompas agama sehingga kita terjatuh kepada hal-hal yang bertentangan dengan jati diri kita.

Baca Juga  Secokelat Milo, Sebersih Kapas

Manusia memang punya dua potensi yaitu potensi pujur atau potensi yang bisa terjatuh kepada hal-hal yang tidak baik dan potensi takwa yaitu yang selalu membawa manusia menuju jalan yang diridhai oleh Tuhan.

Di dunia modern sekarang ini, tantangan  jalan menuju kebaikan semakin berat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Manusia semakin terpesona atau larut dalam menikmati kecanggihan teknologi. Kebanyakan manusia tersihir dengan daya tarik teknologi sehingga potensi yang sangat berharga dalam diri manusia terkubur. Karena memang, secara psikologis manusia itu lebih tertarik kepada hal-hal yang sifatnya jangka pendek yg lebih menjanjikan kenikmatan.

Itulah salah satu sifat  yang paling menonjol dalam diri manusia, mudah tertarik kepada hal-hal yang sifatnya jangka pendek. Jadi manusia yang tidak memfungsikan fasilitas yang diberikan oleh Tuhan berupa agama yaitu fitrah munazzalah dan fitrah majbulah atau fitrah yang ada dalam diri manusia itu akan mengalami degradasi moral, atau kebangkrutan moral karena meninggalkan jati diri mereka sebagai manusia.

Jadi akhlak itu sangat berkait dengan pemanfaatan potensi keunggulan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Manusia modern seharusnya kembali kepada jati diri mereka sebagai manusia. Manusia harus menyadari, bahwa keunggulan yang dimilikinya bagian dari intervensi Tuhan supaya manusia bisa menjadi khalifah Tuhan dimuka bumi. Malaikat pun salah satu makhluk Tuhan yang sangat taat kepada perintah Tuhan, itu memberikan penghormatan kepada manusia yakni Nabi Adam, karena Malaikat paham akan kelebihan manusia.

Itulah sebabnya Syeikh Yusuf Al Makassari pernah mengatakan bahwa inti beragama itu adalah akhlak. Ajaran-ajaran agama yang kita jalankan sehari-sehari berupa ritual-ritual ibadah mesti punya dampak sosial berupa akhlak yang baik. Inti akhlak adalah silaturahim, dan inti silaturahim adalah selalu memfibrasikan pesan-pesan kebahagiaan kepada saudara sesama makhluk Tuhan.

Baca Juga  Menyoal "Single Mom" dalam Rumah Tangga

Sangat menarik cover buku Prof. Quraish Shihab, “Yang hilang dari kita AKHLAK”, dan kata akhlak sengaja ditulis agak rendah ke bawah. Itu artinya bahwa akhlak sekarang ini adalah barang yang sangat langka. kita mengalami degradasi moral atau degradasi akhlak. Dan memang sebelum datangnya Islam yang dibawa oleh Muhammad, keadaan masyarakat arab pada waktu itu sangat berada dalam akhlak yang sangat buruk yang dikenal dengan zaman jahiliyah.

 Muhammad datang dengan membawa reformasi moral, membawa pembaharuan. Masyarakat jahiliyah pada waktu itu sangat anti terhadap ajaran yang dibawa oleh Muhammad, karena akan menggeser faham-faham nenek moyang mereka yang selama ini dia percayai. Islam datang dengan membawa ajaran Tauhid dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan universal. Dan masyarakat Quraisy merasa asing terhadap ajaran yang dibawa oleh Muhammad.

Salah satu statement dalam Islam bahwa, pada mulanya  Islam itu datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing. Artinya bahwa kebenaran itu akan terasa asing di hadapan orang-orang yang sudah terkontaminasi dengan ajaran-ajaran sesat yang sangat mengedepankan materialisme seperti terjadi pada zaman awal kerasulan Muhammad, dan kebenaran akan kembali asing di zaman jahiliah modern sekarang ini. Dan siapa saja konsisten dalam menyampaikan kebenaran di saat akhlak masyarakat semakin menurun maka orang-orang itulah akan mengalami keberuntungan.[]

 

Ilustrasi: Kalikuma Studio

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *