GOW dan Pengembangan Organisasi Perempuan

Saya penasaran. Saya ingin belajar dan memahami kembali apa itu Gabungan Organisasi Wanita (GOW). Bagaimana organisasi ini dibangun, siapa yang menjadi pengurusnya, bagaimana mekanisme kerjanya, dan yang terpenting adalah apa tujuan organisasi ini berdiri. Hal ini menggerakkan jari saya untuk bertanya pada si mesin maha pintar Google. Setelah sebelumnya, saya dengan “rakus” membolak-balikkan hard file yang dibagikan oleh panitia MUSDA II GOW Kabupaten Dompu beberapa waktu yang lalu. Saya juga sibuk membaca kembali rekomendasi yang dibuat oleh komisi C di mana saya menjadi sekretarisnya.

Tapi apa yang saya temukan dari si mesin pintar, ketika saya mengetik GOW, Saya ditautkan dengan kata “GOOD OF WAR” lengkap dengan videonya. Sebuah game petualangan dengan latar Kerajaan Yunani di mana sang tokoh utama bersama anaknya Arterus sepanjang perjalanannya untuk menabur abu istrinya di  tujuh pegunungan tertinggi di dunia harus berkelahi dengan para monster dan musuh lainnya.

Baca juga: Titian Perempuan Bermata Kejora (1)

Meski kali ini si Mbah Google tidak memenuhi keinginan saya, tapi saya berkesimpulan bahwa hal yang mirip sedang dialami oleh GOW Kabupaten Dompu. GOW sepertinya sedang mengalami “good of war” seperti dalam game di atas. Di mana sang tokoh utama sebagai mesin pendorong bagi majunya organisasi wanita di Kabupaten Dompu sedang mencari jalan dan menyusun formasi untuk membawa 36 organisasi wanita yang tercatat di Kesbanglinmas secara resmi menjadi organisasi-organisasi yang mampu memberdayakan perempuan serta dapat berkiprah secara maksimal di masyarakat sebagai agent of change. Katakanlah bagaimana perempuan NU yang terhimpun dalam Muslimat NU, Perempuan Muhammadiyah yang terhimpun dalam Aisyiah, istri-istri pegawai negeri yang tergabung dalam Dharma Wanita, atau para pengusaha perempuan yang tergabung dalam IWAPPI, dan banyak lagi yang lainnya dapat aktif kembali atau lebih aktif menjalankan organisasinya.

Baca Juga  Nawal El Saadawi; Dari Kekejaman Rezim hingga Perempuan di Titik Nol

Sebagai organisasi gabungan dengan tujuan mengembangkan organisasi perempuan Kabupaten Dompu, maka GOW, memiliki kewajiban untuk melakukan pembinaan dan mendorong organisasi tersebut sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal.

Pertanyaannya?
Siapa yang dibina dan didorong?

Yah, pengurus organisasinya dong. Masak orang lain?. Pengurus itu, adalah adalah orang-orang yang mendapatkan mandat dari organisasinya untuk memimpin organisasi yang di maksud. Tapi banyak loh, organisasi perempuan yang orangnya tidak jelas. Nah, itulah fungsi GOW. “Membantu” memperjelas orang-orang di dalam organisasi tersebut lalu ke depannya melakukan Capacity Building sehingga mampu memimpin organisasinya dengan lebih baik. Ini namanya, GOW membantu mencetak pemimpin perempuan dalam setiap organisasi. Bukan sebaliknya, mengganti dan menempatkan orang lain untuk mewakili organisasi yang lain. Itulah maka mengapa salah satu hasil rekomendasi musda II (rekomendasi point 2) mewajibkan Ketua terpilih untuk bersurat kepada organisasi perempuan terutama yang hadir pada saat Musda untuk diutus sebagai pengurus GOW paling tidak dari unsur ketua dan sekretarisnya. Dan kenyataannya masih banyak organisasi wanita yang menunggu “surat cinta” tersebut. Meski isu pelantikan dan baju seragam telah dibagikan. Hehehe.

Baca juga: Titian Perempuan Bermata Kejora (2)

Untuk menghindari politisasi terhadap organisasi wanita di kabupaten Dompu, maka di point rekomendasi ke 3, Musda II merumuskan bahwa GOW harus merupakan organisasi independen yang bebas dari afiliasi politik dan kekuasaan. Meski secara bercanda Ibu Nadirah, ketua komisi C pada saat Musda mengatakan “wah, repot ini. Saya kan orang politik”. Tapi beliau taat azas. Dan menerima keputusan tersebut sebagai langkah strategis membangun organisasi perempuan Dompu menjadi lebih baik.

Dan tentu saja, saya yakin ketua terpilih dalam MUSDA II juga lebih taat azas.

Baca Juga  Mengingat Siti Hajar, Merenungi Kehadiran Perempuan

Saya pikir, inilah yang harus dilakukan. GOW hendaknya tidak menjadi organisasi gagah-gagahan dari anggotanya, apalagi sebagai organisasi cantolan. Tetapi harus dapat memberikan kontribusi terbaik bagi daerah dengan menempatkan orang-orang yang memang patut dan sesuai rekomendasi yang dikeluarkan oleh organisasi masing-masing. Ingat, GOW mendapatkan mandat dan trust yang cukup baik dari Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu sebagai pembina organisasi perempuan yang ditandai dengan dukungan anggaran yang besar. Dan menjadi tidak amanahlah kita, kalau tidak dapat menjalankan amanat organisasi seperti yang tercantum dalam AD/ART GOW Kabupaten Dompu.

Kembali ke GOW versi Arterus di atas. Semoga dengan kesadaran akan misinya yang berat. Arterus, Sang tokoh utama dapat menyingkirkan monster-monster yang menghalangi jalannya dengan pandai-pandai mengatur strategi dan memilih kawan seiring sehingga dia dapat menabur abu istrinya di tujuh gunung tertinggi di dunia. 

Ilustrasi: Liputan6.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *