DALAM konsep beragama, khususnya Islam, kita temukan satu konsep bahwa kehidupan di planet bumi atau di dunia dengan segala dimensi dan dinamikanya, berlaku kefanaan, yakni satu simbol yang mewakili makna sementara dan bukan primer bagi suatu kondisi yang kita nikmati. Sebagaimana ungkapan-ungkapan dalam al-Qur`an, bahwa dunia digambarkan sebagai suatu kesenangan yang menipu, permainan, sandiwara, senda gurau, perhiasan, berbangga-banggaan dan menumpuk-numpuk harta kekayaan.
Gambaran yang diberikan al-qur’an untuk dinamika kehidupan dunia, nampak sekali kefanaannya, tidak ada gambaran yang menjelaskan bahwa pernak pernik dunia ini dapat dinikmati dalam masa yang panjang, namun lebih kepada keterwakilan masa yang singkat. Apakah memang benar bahwa apa yang kita alami dari dinamika kehidupan ini adalah singkat?
Coba kita runut pengalaman masing-masing kita didalam menikmati beberapa elemen dari kesempatan dapat meraih, merasakan, mendapatkan, dan memiliki pernak pernik dunia, mulai dari menikmati kehidupan itu sendiri atau umur yang diberikan Tuhan, menggunakan kesempatan untuk mengabdi, menikmati titipan berupa harta, kesehatan, kesempatan, jabatan, dan kekuasaan. Mari dengan sadar kita telisik semuanya, seperti apakah kehadirannya dalam hidup kita?.
Masa untuk hidup atau umur misalnya, ia berjalan dan terus berjalan tanpa henti bahkan tanpa balik arah, sehingga perputaran dan peredaran waktu terkait dengan umur dan kehidupan yang kita nikmati, terasa begitu cepat, terkadang kita tidak percaya bahwa kehidupan yang kita lalui sudah separuh abad, rasanya baru kemarin kita remaja, baru kemarin kita sekolah, dan baru kemarin kita meninggalkan masa lajang, dan seterusnya.
Dalam tafakkur kita tentang perjalanan umur dan fase kehidupan yang kita lalui, memang terasa bahwa masa-masa yang kita alami ini terasa sangat singkat. Perputaran waktu, pergantian malam dan siang, pergantian hari, hingga pergantian bulan dan tahun terasa begitu cepat. Mungkinkah disebabkan oleh karena umur atau kehidupan yang sudah berjalan selama ini, tidak mengenal kata kembali?, dia tertelan oleh putaran waktu.
Setelah menyadari betapa umur dan kehidupan ini begitu singkat, kita coba telusuri masa mengabdi sebagai makhluk Tuhan yang dianugerahi hasrat sosial, hidup bermasyarakat, berkelompok, berorganisasi, bersosialisasi, hingga bergabung dalam komunitas tertentu. Seberapa panjang dan seberapa lama umur ini telah terkikis oleh pengabdian?
Bila kita merefleksi kembali aktivitas pengabdian sebagai salah satu bagian yang manfaat bagi rentangan umur kita, rasanya diri ini belum seberapa jauh terbenam dalam aktivitas mengabdi pada tugas dan tanggung jawab kemanusiaan. Walau umur kita sudah separuh abad, pengabdian kita masih terasa amat singkat. Mungkinkah karena berjibaku dalam aktivitas sosial merupakan sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan, sehingga waktu dan kesempatan terasa sangat singkat?.
Begitu indah dan senangnya pabila hal-hal yang menyenangkan dalam hidup ini dapat kita nikmati dalam waktu yang panjang, seperti waktu luang dan kesempatan—tentu menjadi idaman setiap orang untuk dapat menikmatinya dalam masa yang lama. Misalkan waktu dan kesempatan untuk bahagia, waktu dan kesempatan hidup sehat, waktu dan kesempatan untuk bersenang-senang, untuk memiliki sesuatu yang diinginkan, termasuk harta, dana, hingga waktu dan kesempatan untuk medapatkan kekuasaan.
Dalam angan dan khayal, kesempatan-kesempatan indah tersebut akan kita rasakan dalam waktu yang panjang, akan tetapi lagi-lagi waktu dan kesempatan untuk menikmati momen indah itu terasa amat singkat, tidak tersadarkan tiba-tiba kita sudah berada di penghujung akhir dari waktu dan kesempatan berkhidmat.
Setelah merunut jalan panjang kehidupan yang telah kita lalui, kita baru menyadari bahwa ternyata apa yang kita alami dan lakoni dalam hamparan kehidupan dunia ini memang begitu singkat. Wajar kalau Nabi SAW mengingatkan kita untuk senantiasa awas dalam lima perkara, “ightanim khomsan qobla khomsin syabaabaka qobla haromika wa sihhataka qobla saqomika wa ghinaka qobla faqrika wa farooghoka qobla syughlika wa hayaataka qobla mautika.”
Manfaatkanlah lima perkara sebelum kamu kedatangan lima perkara. Yakni Masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Sehatmu sebelum datang sakitmu. Masa kayamu sebelum datang faqirmu. Waktu luangmu sebelum waktu sibukmu. Masa hidupmu sebelum datang kematianmu.
Karena fase dan masa menikmati dimensi konten dari dinamika kehidupan yang kita alami begitu singkat, maka sisi kemanfaatan dan kemaslahatan dari setiap fase yang kita nikmati, senantiasalah menjadi komitmen diri untuk kita lakukan, karena sesingkat apa pun masa dan fase kehidupan yang sempat kita rasakan dan alami di dunia, Tuhan barengi dengan rekam jejak dan tanggung jawab.
Itulah dunia, bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalamnya, begitu singkat, begitu cepat, dan begitu dekat. Berbaik sangkalah dan optimislah bahwa pasca kehidupan dunia, Tuhan menyiapkan fase keabadian. “Kullu man ‘alaiha faan, Wa yabqa wajhu rabbika zul jalali wal ikram”. Tiap elemen yang terjadi di bumi akan lenyap, dan yang akan kekal hanyalah wajah Tuhanmu yang Maha tinggi dan Maha mulia. (QS: Ar-Rahman: 26-27).[]
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram
MasyaaAllah…..
Pagi ini lagi dan untuk yg kesekian kalinya ayahnda mmberikan pelajarn yg sllu buat hati (saya hususnya) tergugah ,, menyentuh fii Qalbi…
Tersadar dengan waktu yg bgtu terasa singkat n cepat berlalu, bnyak harapan n impian yg blm terwujud,, semoga Allah mudahkan, dan saya yakin semua akan indah pada waktunya, selau menanamkan diri untuk sllu bersyukur, menjalani menikmati setiap fase yg di lalui…. Aamiin
Jazakallah ayahandaku …. You are the best for me,, 😇😇🥰