Adapun yang menjadi penunjang kehidupan manusia adalah berupa harta benda yang kita miliki, seperti rumah, binatang ternak, sawah, ladang, emas dan perak, kuda, mobil, bahkan jet pribadi.
Sedangkan yang menjadi sumber hiburannya bisa berupa wanita (istri), anak- anak, keluarga, makanan dan minuman serta tempat- tempat wisata lainnya.
Dalam hal kepemilikian harta dan anak serta keturunan ini, Allah SWT sudah mengingatkan kepada kita bahwa keduanya akan bisa menjadi fitnah atau ujian bagi kehidupan umat manusia. Hal ini telah Allah tegaskan dengan firman-Nya dalam surat At-Taghaabun: 15 yang artinya”
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (ujian bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Keduanya tidak dilarang dan disalahkan untuk dikuasai dan dimiliki oleh umat manusia. Hanya saja, jangan sampai karena begitu sangat mencintai dan memiliki itu semua, lalu seorang manusia melupakan dan menjadikan kehidupannya terjatuh dan membawanya ke lembah yang dilarang atau berbuat maksiat kepada Allah SWT serta melupakan untuk berzikir dan beribadah kepada-Nya.
Islam sebagai agama yang sempurna menegaskan bahwa kebahagiaan dengan mendapatkan karunia berupa harta dan anak tidaklah sempurna, jika tidak dibarengi iman dan amal saleh yang akan menunjang kehidupan dan kebahagiaan dunia dan akhiratnya.
Oleh karena itu, bagi seorang mukmin, kehidupan akhirat jauh lebih penting dan lebih utama daripada kehidupan dunia. Sehingga kesenangan yang dia rasakan di dunia, tidak akan menjadi penyebab kelalaiannya untuk mengejar kehidupan yang lebih kekal dan kebahagiaan abadi di akhirat kelak.
Rasa cinta dan menguasai harta seharusnya membawa dampak positif dengan memberikan sumbangan dan perbuatan baik lainnya seperti mengeluarkan zakat, Infak, sedekah dan sumbangan- sumbangan lainnya, untuk kehidupan sosial kemasyarakatan seperti di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Rasa cinta kepada anak adalah dengan memberikan pendidikan dan latihan yang baik berupa: pembiasaan untuk taat kepada Allah, melatihnya berbuat baik, beribadah, mencerdaskanya, dan mengajaknya untuk menjadi warga negara yang patuh pada hukum dan norma- norma yang berlaku dan menjadi calon pemimpin umat masa depan. Pemimpin politik, pengusaha, pekerja sosial keagamaan, ulama, dan bahkan birokrat dan pejabat yang jujur dan adil.
Marilah kita selalu berdoa dengan doa sederhana “Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
Ilustrasi: Pinterest.
ASN di Kantor Kemenag Kota Bima