KITA pernah mendengar istilah kepribadian ganda, yakni kondisi ketika seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Kepribadian ganda disebut juga gangguan identitas disosiatif. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh pengalaman traumatis yang terjadi berulang-ulang di masa kanak-kanak.
Penderita kepribadian ganda memiliki dua atau lebih kepribadian di dalam dirinya, yang satu sama lain berbeda atau bahkan bisa bertolak belakang. Kepribadian lain ini dalam istilah psikologi dinamakan sebagai alter ego.
Saat alter ego mengambil alih kesadaran, penderita akan menjadi pribadi lain dengan nama, usia, jenis kelamin, bahkan sifat yang berbeda dengan dirinya.
Selama kesadarannya diambil alih oleh alter ego, penderita kepribadian ganda juga akan mengalami perubahan perilaku. Mereka bisa melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaannya sehari-hari. Seperti, penderita bisa menjadi orang yang taat pada hukum, sopan, dan berperilaku sesuai norma yang ada di masyarakat, bisa saja melakukan pencurian, berlaku kasar, atau mudah memaki.
Saat penderita kepribadian ganda ditanya mengapa ia melakukan hal yang tidak biasa tersebut, ia akan memungkirinya, mengatakan bahwa ia tidak ingat pernah melakukannya, atau menunjuk pada orang lain di dalam dirinya sebagai pelakunya. Artinya, praktik kehidupan yang dilakukan terkadang direproduksi dengan tidak sadar.
Perlu diketahui bahwa kepribadian ganda tidak berkaitan dengan ritual budaya atau keagamaan. Kepribadian ganda juga bukan termasuk fenomena kesurupan, seperti anggapan sebagian orang pada budaya tertentu.
Menurut beberapa ahli, ada delapan gejala yang menunjukkan bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki kepribadian ganda, yakni: pertama, sering tidak sadar akan hal yang dilakukan. Ketidaksadaran ini bukan disebabkan oleh amnesia, melainkan karena memiliki kepribadian yang lebih dari satu.
Baca juga: Memahami Kehidupan sebagai Festival
Kedua, tidak dapat mengingat waktu dengan jelas. Sering tidak menyadari waktu yang sedang berjalan, sering bingung tentang jam, hari, tanggal tertentu. Ketiga, merasa sakit ketika berpindah kepribadian. Biasanya merasa sakit yang tanpa diketahui penyebabnya, dan ini terjadi ketika proses pergantian kepribadian.
Keempat, memiliki rasa trauma yang mendalam. Gangguan ini muncul akibat ia tidak dapat menerima dirinya sendiri saat mengalami kejadian trauma, sehingga secara tidak sengaja timbullah karakter baru dalam dirinya. Kelima, lupa identitas diri sendiri. Tidak dapat menjelaskan identitas dirinya, seperti nama, usia, alamat, dan hal-hal lain tentang dirinya sendiri.
Keenam, memiliki kemampuan yang berubah-ubah. Terlihat ahli dalam banyak bidang, setiap pribadi yang dimilikinya mempunyai kemampuan sendiri-sendiri. Ketujuh, sering depresi dan tidak bahagia dengan dirinya sendiri. Perasaan ini muncul karena ia mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara tiba-tiba dan terus menerus. Kedelapan, sering mengalami halusinasi. Ia merasa terganggu dengan suara-suara tidak jelas yang tiba-tiba terdengar entah dari mana asalnya. Hal ini juga yang menyebabkan depresi.
Itulah kepribadian ganda dengan beberapa indikasi yang mungkin dalam kehidupan sosial di masyarakat sering kita jumpai, dan itu adalah penyakit kejiwaan.
Tulisan kolom hikmah saat ini, akan mengkonfimasi kepada para pembaca terkait dengan “kehidupan ganda” yang bukan penyakit, akan tetapi pola kehidupan menyimpang yang banyak terjadi dalam praktik kehidupan nyata.
Baca juga: Belajar Memahami Kehidupan
Jika kepribadian ganda merupakan penyakit psikis yang diderita akibat trauma masa lalu, berbeda dengan kehidupan ganda, bukan penyakit fisik maupun psikis, akan tetapi kehidupan ganda merupakan satu istilah untuk menyindir kebiasaan seseorang yang mencampuradukkan antara perbuatan benar dan perbuatan batil, yakni rajin melakukan amalan yang diperintahkan oleh Tuhan dan rajin juga melakukan amalan yang dilarang oleh Tuhan.
Kalau kita bisa katakan bahwa pola kehidupan ganda itu terjadi sebagai akibat gangguan imani, di satu sisi kehidupan senantiasa melakukan amalan-amalan yang baik, pelakunya taat dalam melakukan amal kebaikan seperti ibadah ditunaikan dengan sangat rajin, amalan sosialnya baik, amalan kemanusiaannya baik.
Akan tetapi, di sisi kehidupan yang lain rajin pula melakukan amalan kejelekan (maksiat), seperti menipu, memanipulasi, menggunjing, merekayasa, mengambil yang bukan haknya, dan sebagainya. Dalam istilah lain, amal baiknya jalan dan amal buruknya pun juga jalan.
Gejala kehidupan ganda juga terjadi pada seseorang yang memiliki kebiasaan berpura-pura dalam aktivitas yang dijalankan, pura-pura sebagai muslim yang taat di hadapan khalayak ramai, jika berbicara dan bertransaksi pura-pura jujur, pura-pura santun, padahal di balik prilaku indahnya itu, dia sebenarnya pembohong, pembual, tidak amanah, berperangai buruk, dan dia sesungguhnya orang yang munafik—bermuka dua.
Berhati-hatilah kita dengan pola kehidupan ganda, karena Tuhan dengan tegas mengingatkan di surah al Baqarah ayat 42, “Wa lā talbisul-ḥaqqa bil-bāṭili wa taktumul-ḥaqqa wa antum ta’lamụn”. Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.
Larangan Tuhan di dalam ayat di atas sangat tegas agar kita tidak menjalani kehidupan ganda, suatu pola kehidupan yang tidak tegas pada jalan kebenaran, tidak istikamah pada jalur keimanan, tidak amanah dalam urusan kebaikan, dan tidak jelas dalam perkara yang hak.
Gejala kehidupan ganda biasanya sering menghinggapi orang-orang yang berada pada lingkaran transaksi, lingkaran lobi-lobi, lingkaran politik, dan lingkaran negosiasi.
Kebiasaan menikmati pola kehidupan ganda, lambat laun akan membentuk karakter menzalimi diri sendiri, karena dengan terbiasa menjalani pola kehidupan ganda, bisa jadi akan menumpulkan kemampuan membedakan mana material yang hak dan mana material yang batil.
Pada akhirnya marilah kita berusaha untuk menjauhi kebiasaan melakukan pola kehidupan ganda, karena kebiasaan buruk itu dapat menggurita menjadi penyakit kronis—komplikasi antara kepribadian ganda dan kehidupan ganda. Kata orang bijak; “Kehidupan ganda adalah kehidupan yang merugi dan menipu, ibarat gundukan kuburan, di atasnya batu nisan putih bersih, tetapi di dalamnya tulang belulang”.[]
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram
Istiqamah