Ilmu Kanuragan Kapitalisme

Diskursus kapitalisme belum benar-benar mati. Mungkin juga tidak akan pernah mati. Kelas-kelas sosial baru lahir, tumbuh, dan berkembangbiak, mencipta kelas sosial baru dengan sesuatu yang baru pula. Dengan tesis semacam itu, jelas ada “apa-apa” dalam organisme bernama kapitalisme ini.

Susunan organisme ini hidup dan sejalan dengan laku-laku manusia. Namun, yang perlu digarisbawahi ialah: Kerja kapitalisme sudah sejauh mana berkontribusi pada munculnya meritokrasi dan redistribusi kesejahteraan? Hal ini penting untuk kita refleksikan dalam satu-dua tahun ke depan, menjelang tahun-tahun politik.

Kredo semacam apa yang mengembangbiakkan orang-orang berduit yang menguasai alat produksi negara menguasai hajat hidup mayoritas manusia dalam sebuah negeri itu. Dalam bahasa yang lebih sederhana “ilmu kanuragan” apa yang membuat kapitalisme tumbuh.

Kekuasaan

Dalam pidato kebudayaan Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014 berjudul Arus Balik Kebudayaan: Sejarah sebagai Kritik, Hilmar Farid menyinggung keruntuhan budaya maritim di Nusantara yang diwakili dua kerajaan: Banten dan Makassar. Di Banten, Heriyanti Untoro sebagaimana dikutip Hilmar Farid menjelaskan bahwa praktik-praktik perdagangan maritim yang dilakukan oleh Kerajaan Banten waktu sudah termasuk kapitalisme pribumi.

Bibit-bibit kapitalisme tersebut “dilindungi” oleh kekuasaan Banten di bawah Sultan Ageng Tirtayasa. Jelas, ini hanyalah bibit, belum sebagai sebuah kredo khusus apa yang dinamakan kapitalisme sebagaimana pengertian di Barat.

Pada aras kekuasaan lain, kapitalime lahir sebagai bentuk kritik atas feodalisme. Namun, di beberapa kebudayaan tertentu, ternyata daya kritik kapitalisme tidak cukup kuat untuk meruntuhkan budaya feodalisme. Wal hasil, feodalisme terus berkembang, kapitalisme pun terus berekspansi. Sebagai sebuah area studi, Indonesia mempunyai banyak keunikan untuk mengawinkan dua terma ini. Seperti kita ketahui, Indonesia selalu bisa berayun di antara dua karang, sambil mempersilakan semuanya berkembang.

Hal itulah yang ditunjukkan oleh kekuasaan Orde Baru. Richard Robinson, seorang Indonesianis dari Australia yang banyak mengkaji sejarah Orde Baru. Tesis yang dikembangkan oleh Richard bahwa penestrasi negara-negara Barat dan mulai munculnya kebudayaan baru dalam politik-ekonomi Indonesia lewat tangan ketiga (swasta) melalui berbagai perusahaan membuat bayi-bayi kapitalisme muncul kembali.

Baca juga: Daur Ulang Penindasan: Pantulan Orwell

Baca Juga  Menyoal Legalitas Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) Pegawai KPK

Hal itu dilacak dalam jejak sejarah Indonesia dari VOC hingga perusahaan-perusahaan Belanda yang berhasil dinasionalisasi pada masa Soekarno. Walau perusahaan tersebut berhasil dinasionalisasi, tapi ide dan spirit kapital perusahaan-perusahaan tersebut tidak bisa dihilangkan begitu saja. Kondisi tersebut berdayung-sambut dengan pergantian kekuasaan ke Orde Baru di masa awal lewat kebijakan ekonomi grub Mafia Barkeley.

 Penjelasan menarik para “mafioso” ini justru datang dari Henneman Samuel, sosiolog Universitas Indonesia dalam bukunya Geneologi Kekuasaan Ilmu Sosial Indonesia: dari Kolonialisme Belanda hingga Modernisme Amerika. Dalam bukunya Henneman menyitir sinis orang-orang dalam Mafia Barkeley yang ia sebut orang-orang yang memang dididik dan “sengaja” disekolahkan oleh kekuasaan untuk mengembangkan ide-ide modernisme fungsional ala Talcott Parsons yang sedang dikembangkan di Indonesia.

Lebih jauh dari itu, Mafia Barkeley sebagai think tank ekonomi Orde Baru dalam menyemai kapitalisme cenderung permisif dengan agenda-agenda pembangunan lewat pihak ketiga. Hal itu juga dibuktikan dengan munculnya perusahaan-perusahaan multinasional yang menjamur selama Orde Baru, salah satunya, Freeport Indonesia.

Pembacaan secara kronologi waktu semacam ini sedikit banyak membantu cara pandang kita terhadap maraknya kapitalisme hari-hari ini, bahwa sejarah pembentukan kapital, moda produksi, dan permainan kekuasaan di antara keduanya saling kait-kelindan. Oleh karena itu, melihat Indonesia hari ini dengan penetrasi kapital di segala lini kehidupan menjadi biasa adanya.

Dengan kenyataan demikian, siapa yang berani memutus sejarah?

Oligarki

Beban utama kata oligarki hari-hari ini merujuk pada politik. Tidak bisa tidak, dalam politik yang mengandalkan kapital tinggi, anak biologis sekaligus ideologisnya yakni oligark. Kaum-kaum seperti sedang bergentayangan hari-hari ini. Sadar atau tidak sadar Anda juga termasuk yang sedang diincarnya. Apalagi kalau tidak untuk “suara” Anda nanti.

Baca juga: Bagaimana Tambang Merampas Ruang Hidup Kita

Baca Juga  Membaca Tafsir Sosial Dawam Rahardjo

Menurut penulis, oligarki yang menguasai dan mewarnai politik Indonesia hari-hari ini akan menjadi dosa sejarah selama aturan tentang biaya politik tidak diatur secara ketat dalam sistem politik kita. Namun, menarik untuk ditunggu, bagaimana daya taring oligarki baru dalam pemilu proporsional tertutup. Mungkin saja kekuatannya akan banyak terkuras, tapi jelas, tenaga cadangannya mungkin saja lebih banyak.

Jika kekuasaan oligark terus terpelihara, yang jelas proses meritokrasi dan lahirnya generasi baru “pencerahan” akan terancam mandek dan kekuatannya akan sirna di bawah bayang-bayang kekuatan modal dan uang. Dan itu bukan hanya si subjek yang dirugikan, tapi juga jalannya sejarah ke depan yang akan dipertaruhkan.

Melihat gelagat tersebut, oligarki sebagai ilmu “kanuragan” kapitalisme yang besar yang bisa menyerang akal sehat, intelektualisme, kesadaran, dan kenormalan sebagai manusia. Oleh karena itu, sebagai sebuah seruan moral, jelas penguatan modal sosial, budaya, simbolik masyarakat akan jauh lebih penting daripada penguatan modal politik masyarakat.

Sebagaimana Bourdieu, dengan akumulasi modal-modal tersebut sebagai basis kekuatan masyarakat yang akan melahirkan habitus sebagai wacana tanding atas penetrasi ilmu “kanuragan” kapitalisme itu. Jelas, kita membutuhkan arena, dan arena itu harus kita kuasai sama-sama dan kita menangkan, bukan?

 

Ilustrasi: Pojok Wacana

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *