KKN itu, Kuliah Kerja Nyata bukan Kuliah Konflik Nyata

Menjadi mahasiswa merupakan sebuah prestasi dan anugerah

TENTU aforisme ini akan disetujui hampir banyak orang. Hampir rata-rata dari kita akan mengatakan bahwa kuliah dan menjadi mahasiswa adalah sebuah keberuntungan yang luar bisa. Mereka yang dilahirkan dari keluarga kaya bisa dengan nikmat berkuliah, adapun sisi lain orang-orang dengan ekonomi biasa juga bisa merasakan kuliah. Tetapi tidak “selancar” dari mereka yang memiliki privilege.

Menjadi mahasiswa artinya menjadi sosok yang lebih dari siswa. Menurut penulis pun, menjadi mahasiswa merupakan label yang mengharuskan tidak hanya duduk manis dibangku dan menerima teori. Akan tetapi mahasiswa akan lebih dari itu, mereka terjun ke lapangan, kemudian mengabdi untuk masyarakat banyak.

Tidak bisa dipungkiri, pengabdian ke masyarakat oleh para mahasiswa merupakan tipologi dari Tridharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian). Tentu hal ini menjadi catatan penting bahwa mahasiswa bukan sekedar diam menerima teori, akan tetapi bagaimana bisa mereka mengaplikasi teori yang didapatkan dibangku kuliah ke masyarakat.

Tentu tujuan baik ini sejalan dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 yakni upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Mengabdi ke masyarakat sama halnya membantu masyarakat dalam menstimulasi perubahan lebih baik. Tentu akan sulit, namun tiada alasan menolak tanpa mencoba, tiada alasan untuk mengatakan tidak bisa sebelum mencoba. Semua akan terbiasa ketika mencoba, dan akan bisa jika kita ingin mencoba.

Tujuan tulisan ini adalah membahas mengenai fenomena yang viral di sosial media mengenai mahasiswa dan pengabdiannya terhadap masyarakat. Tema besar yang diangkat adalah bagaimana mahasiswa hari ini sebagian kecil menjadi oknum memiliki ilmu, tetapi mereka gagap pada pengaplikasian. Bahkan, lebih parahnya lagi adalah mereka buta dan melakukan penyimpangan.

Mereka lupa bahwa dirinya mahasiswa, sosok yang lebih dewasa daripada siswa. Mereka hadir sebagai sosok pemberi manfaat dengan akhlak dan ilmu yang baik. Akan tetapi, beberapa contoh kasus yang terjadi hari ini sudah mencerminkan, beberapa oknum mahasiswa yang tidak cerdas menggunakan ilmu pengetahuan yang didapatkannya.

Ilmu Lurus, Tapi Kelakuan “Sesat”

Baca Juga  Jatuh-bangun Etos Intelektual-Ulama dan Gerakan Kultural yang Bisa Dilibati

Tentu kita menemukan beberapa kasus di sosial media. Bahkan ketika kita scroll sosial media dan membuka Google Chrome dan Mengetik “Penyimpangan yang dilakukan mahasiswa ketika KKN”, atau lebih spesifik kasus diketik “Kasus-kasus kuliah kerja nyata”. Maka kita akan menemukan berbagai berita mengenai penyimpangan yang dilakukan mahasiswa di tempat KKN mereka.

Tentu ini sangat disayangkan. Apalagi kasus yang masih hangat terjadi mengenai beberapa mahasiswa yang ber-KKN di sebuah desa, kemudian mereka dengan entengnya membuat story di sosial media dengan mengatakan buruknya desa tersebut, bahkan mengatakan fasilitas desa dan posko yang tidak mempuni. Tindakan tersebut tidak etis, tidak ada sedikitpun celah untuk membela mereka dalam bertindak demikian.

Kemudian kasus yang lain adalah mahasiswa KKN Yang menghina nama sebuah desa tempat mereka ber-KKN. Tentu ini perbuatan yang sangat disayangkan. Ketika mereka diterima baik di masyarakat, bahkan disambut dengan senyum ramah masyarakat. Dengan bacotnya, para mahasiswa itu menghina sebuah desa yang menghargai kedatangan mereka.

Kasus lain dalam KKN sering terjadi adalah penzinahan. Tentu ini sangat sangat tidak etis, mahasiswa datang ke sebuah desa untuk mengabdi, mengamalkan ilmu-ilmu yang didapatkan. Tentu ketika mereka datang ke desa untuk merealisasikan Tridharma Perguruan Tinggi, kemudian mereka melakukan penzinahan di desa tempat mereka ber-KKN. Tentu kejahatan itu sudah tidak bisa dimaafkan. Perbuatan busuk dan tidak bermoral ini tidak bisa ditoleransi.

Dan yang terbaru dalam kasus KKN terjadi di sebuah desa di Indonesia, mereka datang mengabdi. Datang sebagai mahasiswa dan berbaur dengan masyarakat. Mereka dengan kesombongan mengatakan sesuatu yang menyakiti hati satu desa tersebut. Dengan mengatakan “semua wanita desa itu tidak ada yang cantik”.

Perkataan itu pun akhirnya viral di sosial media. Masyarakat tentu tersinggung dengan perkataan mahasiswa tersebut, yang akhirnya mereka diusir oleh masyarakat setempat. Mengabdi artinya menjadi masyarakat sekaligus bermanfaat, bukan hadir dan diterima dengan hormat akan tetapi timbal balik dari mahasiswa malahan berkelakuan “sesat”.

Ketika sosial media tidak digunakan dengan bijaksana. Maka buah yang dihasilkanpun akan menimbulkan bencana. KKN pada hakikatnya menumbuhkan kepekaan dan kepedulian terhadap masyarakat, bukan malahan menimbulkan konflik yang begitu hebat.

Mahasiswa memang pintar beretorika, pintar soal pengetahuan dan bahkan punya ide gagasan setinggi monas. Akan tetapi, jika semua itu tidak digunakan dengan bijaksana. Apalah daya, itu akan menjadi bumerang bagi kita semua.

KKN adalah contoh bagaimana kita mampu menggunakan ilmu ke masyarakat. Hadir di sana untuk berkontribusi dalam hal-hal positif, bukan malahan semena-mena dalam hal-hal negatif. Tidak ada yang sempurna, semua punya kurang dan juga punya nilai lebihnya. Akan tetapi, semua akan lebih bermakna ketika itu semua digunakan dan dipikirkan dengan bijaksana.

Kasus-kasus penyimpangan di lokasi KKN tentu sangat disayangkan. Ketika mahasiswa sudah ada di desa tujuan, sedikitnya jaga ucapan dan tindakan, sepintar-pintar apa pun kita, tetapi ketika tindakan kita menyimpang dalam aturan sosial masyarakat, maka justifikasi bahkan nama buruk akan disematkan ke diri kita. 

Ketika ber- KKN, orang akan menghormati dan menghargai kita ketika kita pun menghormati dan menghargai mereka. Tentu ini menjadi hal penting untuk dicatat bahwa kejadian-kejadian KKN seperti penyimpangan disebutkan pada tulisan sebelumnya tidak diulangi. Ada nilai malu terhadap mahasiswa di desa orang, bukan bertindak dungu dan sok cerdas lalu menampilkan kebodohan kita ke masyarakat.

Dan dalam kasus-kasus sebelumnya kita belajar, bahwa KKN merupakan kuliah kerja nyata yang bertujuan mengabdi untuk masyarakat, bermanfaat, dan selalu mengedepankan adab dan bijaksana dalam setiap hal apa pun.[]
Ilustrasi: Hipwee

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *