Kesalahan Logika Iblis

KETIKA Tuhan akan menciptakan makhluk yang namanya manusia, tiba-tiba malaikat merasa tidak puas, dengan rencana Tuhan tersebut karena malaikat selama ini sudah melakukan penyembahan tanpa henti. Kenapa Tuhan akan menjadikan lagi makhluk yang lain di luar malaikat. Apakah Tuhan tidak puas dengan adanya malaikat, makhluk yang tidak pernah membantah selama ini.

Seluruh perintah Tuhan, dia jalankan dengan sami’na wa ata’na, bukan dengan sami’na wa asaina? Malaikat agak protes dengan rencana Tuhan tersebut. Karena dalam persepsi malaikat bahwa manusia ini akan membuat berbagai permasalahan-permasalahan kemanusiaan seperti saling membunuh, perang, melakukan pembunuhan lewat bom bunuh diri dan sebagainya.

Rupanya kacamata yang dipakai malaikat adalah kacamata rabun, tidak bisa melihat jauh ke depan, mereka membayangkan manusia dari sisi negatifnya saja. Malaikat belum memahami manusia yang akan diciptakan oleh Tuhan. Penglihatan malaikat masih sangat parsial, tidak bisa mendeteksi kelebihan-kelebihan yang dimiliki manusia.

Jawaban Tuhan sangat singkat dan jelas, “Sesungguhnya aku tahu apa yang kamu tidak tahu“, Tuhan juga tidak langsung menyalahkan  malaikat, karena ada sisi sisi kebenaran di balik pernyataan malaikat. Bahwa ke depan sesuai dengan prediksi malaikat akan terjadi tragedi-tragedi kemanusiaan yang dilakukan oleh manusia. Namun pandangan Tuhan tidak terbatas, bahwa di balik penciptaan manusia ada hal yang sangat substantif yakni proses perkembangan ilmu ke depan, yang akan mengawal eksistensi kehidupan dan kemajuan peradaban.

Mungkin karena Tuhan menggunakan kata “Kullaha” seluruhnya, ini adalah bentuk pengajaran dari Tuhan yang bersifat sempurna untuk manusia, di banding dengan makhluk makhluk yang lain.

Inilah yang tidak terbaca dalam benak malaikat, malaikat memang makhluk yang sudah ter-install dengan tugas-tugas yang sudah baku. Sehingga tidak bisa berkreasi atau menciptakan bentuk-bentuk peradaban yang unggul. Dan ketika Tuhan menguji malaikat dengan pertanyaan-pertanyaan dengan menyuruh menyebutkan nama-nama yang berkaitan dengan langit dan bumi, malaikat tidak bisa menjawabnya, dan memohon ampun kepada Tuhan.

Dan manusia disuruh untuk menjawab pertanyaan tersebut dan menjawabnya dengan baik. Di sinilah malaikat mengakui bahwa ternyata manusia memiliki keunggulan yang sangat luar biasa dibanding makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Mungkin karena Tuhan menggunakan kata “Kullaha” seluruhnya, ini adalah bentuk pengajaran dari Tuhan yang bersifat sempurna untuk manusia, di banding dengan makhluk-makhluk yang lain.

Baca Juga  Beban Ganda Ilmuwan Sosial

Lalu dengan keunggulan tersebut, Adam mendapat kehormatan dari Tuhan, di mana Tuhan menyuruh seluruh makhluknya untuk bersujud kepada Adam, sebagai bentuk penghormatan kepadanya atas keberhasilan menjawab pertanyaan pertanyaan keilmuan dari Tuhan. Keilmuan inilah yang  diwariskan oleh Adam kepada anak cucunya, untuk bisa terangkat derajatnya di hadapan Tuhan.

Perangkat ilmu inilah sehingga seluruh makhluk Tuhan bersujud kepada Adam. Manusia sebagai ahli waris dari Adam, hendaklah menjaga dengan baik warisan yang sangat berharga dari Adam, yakni mengimplementasikan proses keilmuan untuk membangun peradaban umat. 

Ada yang menarik, ketika Tuhan memerintahkan seluruh makhluknya untuk bersujud kepada Adam, dan semuanya bersujud kecuali iblis. Iblis ini salah satu makhluk Tuhun yang dulunya sangat taat beribadah kepada Tuhan, namun ketika ada perintah untuk bersujud kepada Adam, dia langsung terperanjat karena perintah itu sangat bertentangan dengan logika kesenioran, iblis ini makhluk sangat lama mengabdi kepada Tuhan, kontribusinya sudah sedemikian besar, dan tingkat kesenioran berbeda jauh dari Adam.

Sehingga, perintah itu dia tidak laksanakan. Ada persamaan antara malaikat dan iblis, sama-sama meragukan perintah Tuhan, malaikat ragu ketika akan diciptakannya manusia, tapi dia bertobat kepada Tuhan, ketika Tuhan memberikan ujian kepada kepada Adam, dan berhasil melewati ujian tersebut.

Sedangkan iblis membantah perintah untuk bersujud kepada Adam, dan tidak melakukan pertaubatan seperti yang dilakukan oleh malaikat. Bahkan iblis berjanji akan menyesatkan seluruh keturunan Adam. Di sinilah kesalahan fatal yang dilakukan oleh iblis, karena di samping tidak mau bersujud kepada Adam yang merupakan perintah dari Tuhan. Iblis juga punya dendam yang sangat panjang, sepanjang kehidupan manusia di muka bumi. Itulah yang menyebabkan Tuhan sangat marah terhadap iblis, Sekalipun juga Tuhan tetap memberikan tempo kepada iblis sampai hari akhir kelak.

Baca Juga  Pelajar STM dalam Demo UU Cipta Kerja

Di samping dua kesalahan iblis di atas yakni membangkang terhadap perintah dan juga rasa dendam yang sangat panjang, iblis juga punya kesalahan berfikir atau kesalahan dalam berlogika. Ketika diaudit oleh Tuhan, kenapa tidak mau bersujud kepada Adam, iblis memberikan alasan primordialis, bahwa dia diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Unsur api lebih mulia dari tanah. Di sinilah kerancuan berfikir yang dilakukan oleh iblis. Dia memberikan argumentasi bahwa sumbernya itu dari api dan sumber Adam dari tanah, apa betul sumber api lebih mulia dari tanah. Inilah yang perlu kita kritisi dari logika berfikir iblis.

Iblis merasa unggul karena bersumber dari api. Kalau kita menggunakan logika kealaman, jelas tanah itu lebih kuat dari api. Ketika ada angin kencang mungkin api akan tertiup, sedangkan tanah akan tetap berada pada posisinya, dan tidak terpengaruh dengan angin kencang. Api itu bisa mati dengan siraman air. Sedangkan tanah, akan semakin kuat ketika disiram dengan air.

Dalam pandangan fikih Islam, tanah itu punya kekuatan atau alat pembersih untuk menghilangkan najis yang melengket ke tubuh.  Dan masih banyak yang bisa dijadikan perbandingan antar keduanya. Di sinilah kita bisa membantah  kesalahan logika dari iblis, karena menjadikan api yang merupakan asal muasal dari iblis, lebih di atas dari pada sumber kejadian manusia yaitu tanah.

Ini harus menjadi pelajaran buat manusia, kadang kita terperangkap dalam logika seperti iblis, yang merasa bangga dengan sumber kebesarannya, padahal sumber kejadian manusia lebih mulia atau lebih bermanfaat daripada sumber kejadian dari api. []



Ilustrasi: National Geographic Indonesia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *