Babak Belur di Pilpres, Menang Konsisten di Pemilihan Legislatif

PEMILU 2024 ini akhirnya memang bisa diprediksi, di mana Prabowo memenangkan Pemilihan Presiden dengan suara terbanyak melampaui 50 persen (56-57%) suara, menggungguli dua calon lainnya, jika kita melihat hasil hitung cepat dari pelbagai lembaga survei. Hitung cepat ini tidak bisa dibantah, yang tidak suka dengan Prabowo-Gibran dengan ragam alasan harus diterima, termasuk saya sih.

Jika melihat hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, kita bisa mengetahui, bahwasannya Ganjar-Mahfud ini justru kalah di kandang banteng sendiri. Ini misalnya bisa dilihat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan bahkan Bali, yang kebanyakan didominasi oleh pilihan kepada Prabowo-Gibran. Namun, bagi saya, hal yang menarik untuk dilihat adalah bagaimana perolehan suara legislatif dari partai politik yang mendukung.

Jika melihat hasil quick count dari Litbang Kompas temuannya justru menarik. Harus diakui, data yang diambil oleh Litbang Kompas ini masih 40,60 % tetapi setidaknya bisa menjadi sedikit gambaran bagaimana suara masyarakat di parlemen melalui pemilihan Partai Politik. PDI-P justru memenangkan kursi parlemen sebanyak 18,11%, disusul oleh Golkar sebesar 13,85 % sebagai posisi kedua, dan PKB dengan 12,25% dan disusul Gerindra pada posisi keempat sebesar 12,74%.

Jika dibandingkan dengan Pemilihan parlemen pada tahun 2019, posisinya justru tidak banyak berubah meskipun terjadi sedikit penurunan dan stagnasi. Perubahan mengejutkan justru terjadi pada PKB. Pada tahun 2019, PDI-P 19,33%, Golkar 12.13%, Gerindra sebesar 12,57%, PKB nyondok diurutan keempat dengan 9,69 %. Meskipun untuk proporsinya naik sekitar 3%.

Sementara itu, partai pengusung Anies-Imin yang lainnya justru mengalami penurunan. Pada tahun 2019, Nasdem mendapatkan perolehan suara sebesar 9,05% dan pada 2024 ini hanya 8.18%. PKS sebelumnya mendapatkan suara 8,21% dan sekarang sebesar 6,94% (kayaknya sih gara-gara shadowing partai Gelora ini ya?).
Kenaikan suara parlemen justru didapatkan oleh PAN. Sebelumnya saat mendukung Prabowo dalam Pilpres 2019, perolehan suara di parlemen sebesar 6,84% dan sekarang menjadi 7,21 %. Sementara itu, partai Demokrat selalu bermain ambigu dan masih mengunggulkan kharisma SBY dengan ikutan gabung dukung Prabowo keciptran kenaikan suara dari 7,77% menjadi 8,18%.

Dari perolehan suara ini menunjukkan betapa pemilih suara PDI-P ini cukup konsisten, meskipun dalam soal Pemilihan Presiden tetap memilih Prabowo-Gibran. Kurang tepat juga kalau dibilang suara PDI-P berpindah secara besar-besaran dan bagaimana faktor Jokowi menjadi penentu utama. Ini karena, di level akar rumput, loyalitas suara PDI-P untuk legislatif masih tidak terkalahkan.

Yang mengejutkan justru terjadi pada PKB yang melesat menjadi nomor keempat terbesar. Keren banget ini, dampak Cak Imin jadi cawapres (menyalah abangku cak Imin!). Satu hal lagi, konsistensi suara di Pemilihan Legislatif ini juga bagian dari kebingungan banyak pemilih di antara sekian banyak calon tapi tidak banyak yang mereka kenal. Memilih partai yang sudah dikenal kemudian jadi pilihan terakhir, daripada kemudian mereka enggak nyoblos.

Memang, sekali lagi, datanya masih 10,50% belum bisa menggambarkan secara keseluruhan. Namun, jika ini terus konsisten, untuk menjaga suara rakyat agar berada dalam jalur rel yang benar, kekalahan suara PDI-P di Pilpres sebenarnya bisa ditumpahkan dengan menjadi oposisi. Hal yang sama bisa dilakukan oleh PKB. Dalam periode SBY selama 10 tahun, PDI-P cukup berhasil memainkan peranan kritis tersebut. Namun, untuk PKB rasanya sulit sekali.

Hal yang perlu saya tekankan kembali, jikalau PDI-P dan PKB akhirnya akan menjadi partai oposisi, imajinasi ketakutan teman-teman terkait dengan naiknya Prabowo-Gibran menjadi Presiden dan Wakil Presiden, setidaknya bisa sedikit diredam dengan kehadiran partai oposisi tersebut. Apalagi, PDI-P dikangkangi begini dalam Pilpres, masa enggak berani melawan di parlemen?[]


Ilustrasi: Kalikuma Studio

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *