Dunia Arab Masa Depan: Prediksi dan Tantangannya Tahun 2030

SEPERTI yang kita ketahui, Arab adalah sebuah negara monarki absolut yang dipimpin oleh Salman bin Abdul Aziz al Saud. Namun, secara de facto, pemerintahan dipimpin oleh Pangeran Muhammad bin Salman sebagai Perdana Menteri.

Muhammad bin Salman al Saud atau yang kerap disebut MBS itu adalah seorang wahabi liberal yang menyusun dan memimpin proyek Arab Vision 2030. Menurut MBS, ada beberapa hal yang memotivasinya untuk memajukan arab lewat Arab Vision 2030, di antaranya adalah pertumbuhan populasi yang akan meningkat pesat di tahun 2030 yang diperkirakan mencapai 8 juta jiwa.

Baca juga: Mahar Nikah di Indonesia dan Arab Saudi

Oleh karena itu, Arab dengan minyaknya yang terbatas terpaksa membuka berbagai sektor baru, sehingga Muhammad bin Salman al Saud menyatakan dapat membuka 1,8 juta lowongan pekerjaan baru.

MBS menetapkan tujuan yang sangat mulia untuk kemajuan Arab dan mencoba mengembalikan masa kejayaan Islam.

Jika rencana Perdana Menteri Arab ini berhasil dengan menjadikan Arab sebagai negara yang terbuka dan tidak bergantung lagi dari sumber kekayaan dasar mereka (sumber daya bumi seperti minyak, gas, dan mineral) dan mulai mengembangkan sektor layanan umum seperti kesehatan, pendidikan, infrastruktur, rekreasi, dan pariwisata.

Menurut hemat penulis, langkah  itu ialah jalan pembuka untuk bangsa Timur Tengah khususnya Arab untuk menjadi tolok ukur kemajuan dunia yang saat ini dipegang oleh negara-negara Barat.

Selain memajukan beberapa sektor di atas, Muhammad bin Salman juga mulai memodernisasi (meliberalkan) kebudayaan Arab.

Misalnya, pada wacana gender equality (kesetaraan gender) seperti yang kita tahu dunia Arab yang masih kental dengan budaya patriarkinya, sehingga membuat perempuan-perempuan di Arab memiliki keterbatasan dan akses untuk terlibat mengelola pemerintahan, mendapatkan upah yang berbeda dengan pekerjaan yang sama seperti yang dilakukan laki-laki, dan tidak mendapatkan peluang untuk tampil di ruang publik.

Namun, saat ini, perempuan Arab mulai menerima wacana keterbukaan dan pluralitas. Hal ini ditandai dari cara berpakaian yang tidak lagi bercadar dan tidak berjilbab (meskipun tidak semuanya), dan diizinkannya perayaan festival Halloween yang mulai dilakukan akhir-akhir ini.

Baca Juga  Pesan Abadi Ibadah Haji

Maksud penulis di sini ialah jika kita kembali merujuk pada hukum Islam dan dalil-dalil agama, jelas perempuan dilarang berpakaian terbuka dengan dalih untuk menutup aurat. 

Baca juga: Relasi Historis Nelayan Makassar dan Suku Aborigin Australia

Selain itu, pemerintah-pemerintah Arab sebelumnya juga melarang tindakan perempuan untuk berpakaian terbuka (menampakkan aurat) di ruang publik di negara Arab.

Inilah yang penulis maksud dengan modernisasi kebudayaan yang dilakukan oleh MBS untuk proyek Arab Vision 2030. Seperti yang kita tahu, sebagian besar orang yang datang ke Arab setiap tahunnya adalah muslim yang ingin menjalankan syariat-syariat Islam.

Oleh karena itu, Arab mulai membuka gerbang negaranya supaya para orang dari agama lain juga bisa melihat Arab yang indah dan pluralis sekaligus Islam yang damai dengan jalan modernisasi kebudayaan.

Dengan perkembangan negeri yang begitu pesat, Arab membangun banyak hal baru untuk menyukseskan Arab Vision 2030. Pemerintah membentuk NEOM sebagai kota futuristik, kemudian proyek Laut Merah dan Pulau Surga yang menelan biaya ratusan miliar dolar Amerika Serikat.

Bahkan, Deputi Menteri Investasi Arab Saudi Saad al Shahrani mengatakan bahwa Proyek Arab Vision 2030 secara kumulatif akan menarik investasi senilai US$ 3,3 triliun dan US$ 480 miliar penanam modal asing pada periode 2021 – 2030”. Jika dikonversi ke rupiah dengan kurs Rp. 15.600/US$, maka nilai investasi tersebut nyaris mencapai Rp. 59.000 triliun.

Selain pertumbuhan dan peningkatan dalam negeri,  beberapa dampak positif eksternal bagi perkembangan Arab baru-baru ini ialah kedatangan pesepak bola nomor wahid: Cristiano Ronaldo ke Al-Nassr, klub yang membuat  liga sepakbola Arab dikenal seantero dunia karena berhasil mendatangkan pemain-pemain top dunia cum mendapatkan hak siar yang tinggi melebihi hak siar Liga Asia.

Hal ini tidak bisa dipandang sebelah mata, kehadiran Ronaldo sebagai bintang sepak bola dunia pasti membuat para loyal follower (pendukung setianya) penasaran dan berkemungkinan tinggi menonton liga tersebut secara langsung di Arab, serta dapat meningkatkan pendapatan dari tiket pertandingan dan iklan maupun dapat meningkatkan sektor turis Arab itu sendiri.

Baca Juga  Kemerdekaan Umat Beragama dalam Islam

Dan dari banyak pemikiran “liberal” di atas, dapat dipastikan bahwa banyak ulama konservatif (tradisional) yang belum bisa menerima kemajuan yang direncanakan Salman bin Abdul Aziz tersebut. Jika umat muslim dapat berjalan bersama dan menerima perubahan tersebut, maka Arab bisa dikatakan sukses.

Oleh karena itu, tugas para ulama di sini adalah harus menemukan metode  dakwah yang cocok dengan  era globalisasi sekarang ini, menyesuaikan dakwah dengan budaya kontemporer yang lebih pluralis dan kosmopolit.

Selain itu, dakwah era kontemporer harus mempertimbangkan faktor geopolitik dunia yang semakin cepat dan mempengaruhi dinamika Islam di Arab dan dunia. Hanya dengan begitu, Islam tidak tenggelam di tengah perkembangan zaman.

Jadi, menurut penulis, perkembangan Arab akan ditantang dengan adanya para ulama dan penduduknya yang konservatif, yang sulit menerima perkembangan yang signifikan ini dikarenakan pemerintahan yang liberal oleh MBS.

Oleh karena itu, penulis berharap, perkembangan Arab ini bisa menjadi pembuka kembali masa kejayaan Islam sekaligus Timur Tengah di dunia industri 4.0-5.0 ini. Semoga![]

Ilustrasi: Pixbay

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *