HUNIAN yang akan kita diami di kampung akhirat sangat bergantung dari apa yang kita persiapkan dalam kehidupan saat ini, sebagaimana Tuhan firmankan dengan bahasa yang sama pada tiga surah dalam al-Qur’an yakni surat Al An’am ayat 32, surat An Nahl ayat 30, dan surat Yusuf ayat 109. “Waladdarul akhiratu khairun lilladzina yattaqun”. Sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.
Mencermati isyarat yang didialogkan Tuhan dalam ayat di atas terkait dengan kampung akhirat yang menjadi tujuan akhir dari kesudahan hidup kita, sesungguhnya kita ditakdirkan Tuhan sebagai arsitek yang merancang kediaman terindah dan terbaik di kampung akhirat.
Kehidupan yang kita jalankan di jagat raya dalam bentuk amal saleh dan aktifitas sosial adalah fasilitas yang Tuhan sediakan sebagai bahan dasar dari bangunan yang kita desain. Semakin bagus dan berkualitas aktifitas yang kita jalankan sebagai bahan dasar, maka semakin berkualitaslah bangunan yang akan kita diami di kampung akhirat, sebaliknya semakin rendah kualitas bahannya, maka semakin jeleklah kualitas bangunan yang akan kita huni.
Baca juga: Salat Memberi Energi Baru
Melakukan amalan terbaik selama beramal saleh, merupakan bahan dasar dari bangunan hunian di kampung akhirat. Amal saleh hendaknya kita tunaikan dengan sebaik-baiknya, bukan asal-asalan apalagi asal melebur kewajiban. Salat sebagai barometer amal saleh misalkan, harus kita tunaikan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan seruan Nabi saw. “idza kumta fi shalatika fashalli shalata muaddi’”. Kalau Engkau mengerjakan salat, maka salatlah seperti salatnya orang yang hendak meninggalkan (dunia).
Anjuran Nabi yang singkat tersebut, ingin mendialogkan dengan kita agar di dalam melaksanakan amalan apa pun harus dengan sungguh-sungguh dan dengan pelaksanaan yang terbaik.
Demikian pula dalam memberi sedekah, juga harus yang terbaik dari apa yang kita miliki, jangan asal memberi apalagi sengaja memilih barang-barang yang kita sendiri sudah tidak merasa layak. Karena kualitas amalan yang kita tunaikan dalam hidup kita saat ini, akan bermuara pada kondisi bangunan kampung akhirat yang akan kita huni.
Kemudian melakukan amal saleh harus sebanyak-banyaknya, semakin banyak amalan yang kita tunaikan, maka semakin banyak pulalah bahan dasar untuk hunian terbaik di kampung akhirat. Mari kita mengambil pelajaran dari bangunan yang kita dirikan di dunia, jika bahan dasarnya kurang, maka bangunan yang kita dirikan tentunya tidak kuat dan tidak tahan lama.
Memperbanyak keterlibatan diri dalam event-event amalan sunnah dan amalan sosial sama maknanya dengan menyiapkan bahan dasar yang cukup untuk bangunan di kampung akhirat. Jangan pernah melewatkan perhatian kita dari wadah-wadah amal sunah maupun amalan sosial yang kita temukan dalam keseharian hidup kita, walaupun amalan itu kecil.
Bahan dasar selanjutnya dari hunian kampung akhirat adalah melakukan amal saleh dengan sebenar-benarnya. Amalan yang kita tunaikan harus benar-benar lahir dari kesadaran diri—yang terjalankan secara otomaticle, di mana pun dan dalam kondisi apa pun.
Baca juga: Kecanduan Salat, Bisakah?
Amalan yang lahir dari kesadaran diri itulah bahan dasar yang orisinil, yang asli, yang lahir dari pemahaman yang cukup. Dengan bahan dasar yang orisinil, akan menjadikan bangunan di kampung akhirat menjadi berkualitas.
Amalan terbaik, amalan terbanyak, dan amalan yang sebenar-benarnya, akan menentukan kualitas bangunan yang kita rancang untuk hunian di kampung akhirat.
Mari kita renungkan satu perumpamaan dari saduran tulisan Dr Ahmad Amin, seorang pujangga Mesir kenamaan, “Tahukah kalian perbedaan antara sutra asli dan sutra tiruan? Tahukah kalian beda antara harimau asli dengan gambar harimau? Tahukah kalian perbedaan antara api yang sedang menyala dengan kata “api” yang keluar dari mulut orang yang menyebut kata api? Tahukah kalian beda antara manusia yang hilir mudik bekerja dengan patung yang dipajang di etalase, diberi baju layaknya manusia? Tahukah kalian beda antara sang Ibu yang menangisi putrinya yang wafat dengan wanita yang dibayar untuk menangis?”
Kalau kalian bisa membedakannya, maka begitu pulalah kiranya perbedaan antara beramal yang benar dan beramal secara asal-asalan atau tiruan.
Baca juga: Kesempurnaan Pemahaman Agama
Dari saduran perumpamaan di atas, pahamlah kita bahwa untuk meraih hunian kampung akhirat yang terbaik, dibutuhkan amalan yang orisinil, serius, dan sungguh-sungguh, karena dalam amalan saleh yang tiruan, seperti salat misalkan, hanya akan berbentuk gerakan tubuh belaka, haji hanya perjalanan tamasya, dan upacara ritual hanyalah adegan sandiwara.
Di samping amalan yang serius, juga penting melakukan amalan saleh tanpa batas, artinya terus menerus dan berkesinambungan walaupun sedikit. Dan amalan yang berkesinambungan akan melahirkan kebiasaan berbuat baik setiap waktu dan setiap saat.
Beramal saleh secara berkesinambungan akan menjadi bahan dasar dari hunian yang terawat di kampung akhirat, bangunan yang terpelihara, dan bangunan yang indah—tahan lama sepanjang masa. Karena berkesinambungan itu semakna dengan peduli dan mendapat perhatian.
Jadi takdir kita dalam menjalani hidup di bumi, sesuai ayat di awal tulisan ini, harus kita pahami bahwa hari-hari yang kita lewati sesungguhnya kita sedang melakukan aktifitas sebagai arsitek yang sedang merancang sekaligus medesain dan membangun hunian untuk kita diami di kampung akhirat.
Jika kita ingin hunian yang layak kelak, saat inilah waktu yang tepat untuk mendesain yang terbaik, terindah, berkualitas, dan terawat, tentunya dengan bahan dasar amal saleh dan amal sosial yang terbaik, sebanyak-banyaknya, yang sebenar-benarnya, dan berkesinambungan. “Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah.” Hunian terbaik di kampung akhirat, bergantung dari amalan terbaik semasa hidup di dunia.[]
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram
Ya Allah.
..alhamdulillah atas segala nikmat Nya, merasa masih bnyak kurang dalam kualitas ibadah, kualiatas amal oleh dan amal sosial, masih perlu bnyak berbenah untuk mendasain hunian terbaik di kampung akhirat…..🥺🥺🙏
Tidak ada terlambat sahabat 😇💪ya Allah…yaa Rahman yaa Rahiim….., semoga setiap laku beriringan dengan RhidaAllah…aamiin aamiin Allahumma aamiin🤲
Jazakalah khairan katsir ayahanda,,,🙏🤍
Tulisan tulisan ini adalah tanda syg, perhatiannya ayahanda untuk kami anak2mu…..🤍😍 sehat selalu dan terus menebar dakwak penuh berkah ayah 🤲🥰👍